Selamat tahun baru! Tahun 2022 ini ada berbagai peristiwa yang bisa diamati seperti Gerhana Bulan Total, hujan meteor serta papasan planet.
Gerhana
Musim gerhana tahun 2022 akan diisi oleh 4 gerhana dengan komposisi 2 gerhana bulan total dan 2 gerhana matahari sebagian. Musim pertama gerhana dimulai bulan April dan musim kedua akan terjadi pada bulan Oktober.
1 Mei – Gerhana Matahari Sebagian
Musim pertama gerhana 2022 dimulai dengan Gerhana Matahari Sebagian yang terjadi tanggal 1 Mei 2022. Gerhana ini tidak bisa diamati dari Indonesia karena tidak dilewati jalur gerhana yang terjadi tengah malam sampai pagi hari. GMS ini hanya bisa diamati dari Amerika Selatan, Antartika, Lautan Pasifik dan Lautan Atlantik.
Selama GMS, lokasi yang dilintasi gerhana hanya akan mengalami peredupan atau berkurangnya cahaya Matahari, saat Bulan perlahan menutup sebagian piringan Sang Surya.
16 Mei – Gerhana Bulan Total Perigee
Dua minggu setelah Gerhana Matahari, pengamat di Bumi bisa menyaksikan Gerhana Bulan Total pertama di tahun 2022. Peristiwa ini tidak teramati dari Indonesia karena terjadi di pagi sampai siang hari. GBT 16 Mei 2022 terjadi bertepatan dengan Bulan berada di perigee atau yang sering disebut sebagai Bulan Super a.k.a Supermoon.
GBT 16 Mei akan berlangsung selama 5 jam 18 menit 40 detik dengan durasi gerhana total selama 1 jam 24 menit 53 detik.
Gerhana Bulan Total yang terjadi pada tanggal 16 Mei 2022 bisa disaksikan oleh pengamat di Eropa Barat, Eropa Selatan, Asia Selatan, Asia Barat, Afrika, sebagian besar Amerika Utara, Amerika Selatan, Lautan Pasifik, Lautan Atlantik, Lautan Hindia dan Antartika.
Proses GBT dimulai dengan gerhana penumbra yang dimulai pada pukul 08:32:05 WIB dan kontak terakhir penumbra yang mengakhiri seluruh proses gerhana pada pukul 13:50:49 WIB. Sementara itu, kontak kedua saat Bulan memasuki umbra Bumi dan gerhana sebagian dimulai terjadi pada pukul 09:27:52 WIB dan gerhana total dimulai pukul 10:29:03 WIB sampai 11:53:55 WIB. Setelah gerhana total berakhir, Bulan pun meninggalkan umbra Bumi dan gerhana sebagian berakhir pada pukul 12:55:07 WIB. Puncak gerhana terjadi pada pukul 11:11:28 WIB.
25 Oktober – Gerhana Matahari Sebagian
Gerhana Matahari kedua sekaligus yang terakhir di tahun 2022 terjadi pada tanggal 25 Oktober. Musim kedua ini dimulai dengan Gerhana Matahari Sebagian yang lagi-lagi tidak dapat diamati dari Indonesia. Gerhana yang dimulai pukul 15:58:21 WIB ini hanya bisa diamati dari Europa, Asia Selatan, Asia Barat, Afrika Timur, Afrika Utara, dan Atlantik.
Selama GMS, lokasi yang dilintasi gerhana hanya akan mengalami peredupan atau berkurangnya cahaya Matahari, saat Bulan perlahan menutup sebagian piringan Sang Surya.
8 November – Gerhana Bulan Total
Sebelum mengakhiri tahun 2022, Gerhana Bulan Total akan menjadi peristiwa menarik di langit malam. Gerhana ini bisa diamati dari Eropa Utara, Eropa Timur, Asia, Australia, Amerika Utara, sebagian besar Amerika Selatan, Pasifik, Atlantik, Lautan Hindia, Arktik, Antartika. GBT ini juga bisa diamati oleh pengamat yang ada di Indonesia.
Pengamat di Indonesia bisa menyaksikan peristiwa GBT 26 Mei 2021 setelah matahari terbenam. Karena GBT 8 November 2022 dimulai pukul 15:02:15 WIB, maka saat Matahari terbenam, Bulan terbit dalam kondisi gerhana sudah dimulai. Untuk pengamat di Indonesia timur, seluruh fase sebagian dan total bisa diamati. Bagi pengamat di Indonesia tengah, seluruh fase total bisa diamati sampai akhir gerhana. Untuk indonesia bagian barat, Bulan terbit dalam kondisi gerhana total dan pengamat bisa menyaksikan puncak GBT sampai akhir proses gerhana.
Proses GBT dimulai dengan gerhana penumbra yang dimulai pada pukul 15:02:15 WIB dan kontak terakhir penumbra yang mengakhiri seluruh proses gerhana pada pukul 20:56:09 WIB. Sementara itu, kontak kedua saat Bulan memasuki umbra Bumi dan gerhana sebagian dimulai terjadi pada pukul 16:09:12 WIB dan gerhana total dimulai pukul 17:16:39 WIB sampai 18:41:36 WIB. Setelah gerhana total berakhir, Bulan pun meninggalkan umbra Bumi dan gerhana sebagian berakhir pada pukul 19:49:03 WIB. Puncak gerhana terjadi pada pukul 17:59:11 WIB.
Planet
4 Januari — Perihelion
Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan elips. Artinya ada saat dimana Bumi berada pada titik terdekatnya dengan Matahari dan ada kalanya Bumi berada sangat jauh dari Matahari. Pada tanggal 4 Januari, Bumi berada di titik terdekat dengan matahari pada jarak 0,983 AU atau 147.105.052 km dari Matahari.
4 Juli — Aphelion
Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan elips. Artinya ada saat dimana Bumi berada pada titik terdekatnya dengan Matahari dan ada kalanya Bumi berada sangat jauh dari Matahari. Pada tanggal 4 Juli, Bumi berada di titik terjauh dengan matahari pada jarak 1,0167 AU atau 152.098.455 km dari Matahari.
12 Maret — Venus – Mars
Venus dan Mars bisa diamati berpasangan sangat dekat hanya terpisah 3,9º di arah timur sebelum matahari terbit. Keduanya berada pada ketinggian 39º saat Matahari terbit. Kedua planet ini bisa mulai diamati sejak pukul 02:46 WIB saat keduanya terbit.
5 April — Mars – Saturnus
Mars dan Saturnus bisa diamati berpasangan sangat dekat hanya terpisah 0,3º di arah timur sebelum matahari terbit. Keduanya berada pada ketinggian 42º saat Matahari terbit. Kedua planet ini bisa mulai diamati sejak pukul 02:25 WIB saat keduanya terbit.
1 Mei — Venus – Jupiter
Venus dan Mars bisa diamati berpasangan sangat dekat hanya terpisah 0,23º di arah timur sebelum matahari terbit. Keduanya berada pada ketinggian 36º saat Matahari terbit. Kedua planet ini bisa mulai diamati sejak pukul 03:07 WIB saat keduanya terbit.
29 Mei — Jupiter – Mars
Jupiter dan Mars bisa diamati berpasangan sangat dekat hanya terpisah 0,6º di arah timur sebelum matahari terbit. Keduanya berada pada ketinggian 59º saat Matahari terbit. Kedua planet ini bisa mulai diamati sejak pukul 01:33 WIB saat keduanya terbit.
15 Agustus – Oposisi Saturnus
Planet yang cincinnya tampak indah itu akan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi tanggal 15 Agustus. Saat oposisi, Saturnus akan berada pada jarak 8,86 AU dengan diameter piringan 18,8 detik busur.
Jadi jangan lewatkan! Saturnus akan tampak lebih terang dibanding waktu lainnya dengan kecerlangan 0,3 magnitudo. Gunakan teleskop dan kamera untuk memotret planet cincin ini. Cincin Saturnus akan tampak miring 13º terhadap arah pandang pengamat.
Bagi pengamat di Bumi, Saturnus bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai fajar.
17 September – Oposisi Neptunus
Tidak mudah untuk mengamati planet es biru ini. Tanggal 17 September menandai posisi terdekatnya dengan Bumi. Saat oposisi Neptunus sedang berada pada jarak 28,91 AU di rasi Aquarius dengan kecerlangan 7,8 magnitudo. Untuk bisa melihat planet es ini, siapkan teleskop dan jangan kecewa jika menemukan Neptunus hanya titik biru di teleskop anda. Saat oposisi, Neptunus tampak sedikit lebih besar dengan diameter pirinan 2,4 detik busur.
Bagi pengamat di Bumi, Neptunus bisa diamati dengan teleskop sejak Matahari terbenam sampai fajar.
27 September – Oposisi Jupiter
Planet terbesar di Tata Surya akan berada pada posisi terdekat dengan Bumi dan tampak sangat terang di langit malam. Saat oposisi, Jupiter akan berada pada jarak 3,95 AU dengan diameter piringan 48,8 detik busur. Para pengamat bisa menikmati kehadiran Jupiter di rasi Sagittarius dengan kecerlangan -2,9 magnitudo sejak Matahari terbenam sampai fajar menyingsing. Pengamat juga bisa mengamati satelit-satelit galilean yang mengitari planet raksasa tersebut.
Bagi pengamat di Bumi, Jupiter bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai fajar.
9 November – Oposisi Uranus
Uranus, si planet es raksasa akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 18,69 AU. Planet yang bergerak menggelinding ini akan tampak unik sebagai titik warna biru kehijauan di teleskop. Untuk menemukannya, arahkan teleskop ke rasi Aries. Saat oposisi Uranus sedang berada di rasi Aries dengan kecerlangan 5,7 magnitudo dan diameter piringannya 3,8 detik busur.
Ekuinoks & Solstice
20 Maret – Ekuinoks
Matahari berada di ekuinoks atau di atas garis khatulistiwa. Lamanya siang dan malam menjadi sama yakni 12 jam. Bagi masyarakat di belahan bumi utara, tanggal 20 Maret merupakan Vernal Ekuinoks atau titik balik musim semi yang menandai awal musim semi. Di belahan Bumi selatan, ekuinoks di bulan Maret merupakan ekuinoks musim gugur yang menandai awal musim gugur.
Vernal Ekuinoks akan terjadi tanggal 20 Maret pukul: 22:27 WIB, ketika Matahari berada di rasi Pisces.
21 Juni – Solstice (Summer Solstice – Belahan Utara ; Winter Solstice – Belahan Selatan)
Titik balik musim panas bagi masyarakat di Belahan Bumi Utara dan titik balik musim dingin bagi penduduk di Bumi Belahan Selatan. Selain itu, bagi penduduk di belahan selatan, ini merupakan malam terpanjang dan bagi mereka yang berada di utara, ini adalah siang terpanjang.
Titik balik musim panas akan terjadi tanggal 21 Juni pukul: 16:08 WIB, ketika Matahari berada di rasi Gemini.
23 September – Ekuinoks
Matahari berada di ekuinoks atau di atas garis khatulistiwa. Lamanya siang dan malam menjadi sama yakni 12 jam. Bagi masyarakat di belahan bumi utara, tanggal 22 September merupakan Ekuinoks Musim Gugur atau titik balik musim gugur yang menandai awal musim gugur. Sebaliknya di belahan Bumi selatan, ekuinoks di bulan September merupakan vernal ekuinoks atau ekuinoks musim semi yang menandai awal musim semi.
Autumnal Ekuinoks akan terjadi tanggal 23 September pukul: 07:58 WIB, ketika Matahari berada di rasi Virgo.
21 Desember – Solstice (Winter Solstice – Belahan Utara ; Summer Solstice – Belahan Selatan)
Titik balik musim dingin bagi masyarakat di Belahan Bumi Utara dan titik balik musim panas bagi penduduk di Bumi Belahan Selatan. Selain itu, bagi penduduk di belahan selatan, ini merupakan siang terpanjang dan bagi mereka yang berada di utara, ini adalah malam terpanjang.
Titik balik musim dingin akan terjadi tanggal 22 Desember pukul: 04:43 WIB, ketika Matahari berada di rasi Capricornus.
Hujan Meteor
3 – 4 Januari – Hujan Meteor Quadrantid
Tahun 2021 akan diawali oleh pertunjukkan hujan meteor Quadrantid di langit dari tanggal 28 Desember – 12 Januari. Puncak hujan meteor Quadrantid akan berlangsung tanggal 3 – 4 Januari 2021 dan tampak muncul dari rasi Bootes yang terbit pukul 02:44 WIB di arah timur laut. Bulan dalam fase Bulan baru sehingga tidak ada cahaya Bulan yang bisa mengganggu pengamatan di malam hari.
Berbeda dengan hujan meteor lainnya, intensitas maksimum hujan meteor Quadrantid hanya terjadi beberapa jam. Quadrantid berasal dari puing-puing Komet Wirtanen saat berpapasan dengan Bumi pada tahun 1974. Saat malam puncak, pengamat bisa menikmati setidaknya 120 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 41 km/detik. Akan tetapi, bagi pengamat di belahan Bumi Selatan, hujan meteor Quadrantid tidak sebaik pengamat di Utara dan banyaknya meteor yang bisa dinikmati juga lebih sedikit.
22 – 23 April – Hujan Meteor Lyrid
Hujan meteor yang berasal dari debu ekor komet Thatcher C/1861 G1 akan mencapai puncak tanggal 23 April. Setiap tahun, hujan meteor Lyrid berlangsung dari 14 April sampai 30 dan bisa diamati setelah rasi Lyra yang jadi arah datangnya, terbit pukul 22:08 WIB.
Saat Lyrid mencapai intensitas maksimum, pengamat hanya bisa melihat 20 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 48,8 km/detik.
Bulan setengah yang terbit tengah malam cukup terang dan bisa mengganggu perburuan hujan meteor Lyrid. Waktu terbaik untuk pengamatan mulai tengah malam ketika arah datang Lyrid sudah cukup tinggi sekitar 30º di atas horison. Pada saat bersamaan, Bulan juga terbit di timur.
6 Mei – Hujan Meteor Eta Aquariid
Dimulai tanggal 19 April – 28 Mei, hujan meteor Eta Aquarid yang berasal dari sisa komet Halley akan mencapai maksimum tanggal 6 Mei. Hujan meteor tersebut akan tampak tampak datang dari rasi Aquarius dan bisa diamati setelah lewat tengah malam sampai jelang fajar, setelah rasi Aquarius terbit pukul 01:22 WIB.
Di malam puncak, seharusnya pengamat bisa melihat 60 meteor yang berasal dari sisa komet Halley setiap jam dengan kecepatan 66,9 km/detik. Bulan sudah terbenam sebelum rasi Aquarius terbit sehingga tidak akan ada cahaya Bulan yang menambah faktor penerang dalam berburu hujan meteor.
28 Juli — Hujan Meteor Piscis Austrinid
Hujan meteor Piscis Austrinid akan menjadi hujan meteor pertama yang berada pada puncak aktivitas di bulan Juli dengan maksimum 5 meteor setiap jam. Hujan meteor yang berlangsung sejak 15 Juli sampai 10 Agustus akan tampak datang dari rasi Piscis Austrinus dengan kecepatan 35 km/detik.
Hujan meteor Piscid Austrinid bisa diamati mulai pukul 19:52 WIB sampai fajar menyingsing. Bulan sedang fase Bulan Baru dan sudah terbenam pada pukul 18:12 WIB.
30 Juli – Hujan Meteor Delta Aquarid Selatan
Hujan meteor Delta Aquarid merupakan hujan meteor yang berasal dari pecahan komet Marsden dan Kracht Sungrazing. Sama seperti eta Aquarid, hujan meteor delta Aquarid selatan yang berlangsung dari 12 Juli – 23 Agustus, juga tampak berasal dari rasi Aquarius. Hujan meteor ini akan mencapai puncaknya pada tanggal 30 Juli dengan 25 meteor per jam dengan kecepatan 41 km/det.
Hujan meteor Aquarid sudah bisa diamati sejak pukul 19:44 WIB sampai fajar menyingsing. Tepat saat radian hujan meteor Delta Aquarid Selatan terbit, Bulan sabit terbenam di ufuk barat. Karena itu tidak akan ada Bulan sampai fajar menyingsing.
30 Juli – Alpha Capricornid
Selain delta Aquarid selatan dan Piscis Austrinid, pada tanggal 30 Juli hujan meteor alpha Capricornid akan mencapai puncaknya. Hujan meteor yang berlangsung dari 3 Juli sampai 15 Agustus akan tampak datang dari arah rasi Capricorn dan berasal dari komet 45P Honda-Mrkos-Pajdusakova. Dugaan lain asal hujan meteor ini dari asteroid 2002 EX12 yang kemudian dikenal sebagai komet 169P/NEAT.
Puncak hujan meteor Capricornid akan terjadi tanggal 30 Juli dengan laju 5 meteor per jam. Akan tetapi, biasanya ada bola api yang terbentuk dan melintas di langit malam. Rasi Capricorn sudah terbit sejak Matahari terbenam dan pengamat bisa menikmati hujan meteor alpha Capricornid sepanjang malam sampai fajar menyingsing. Bulan terbenam pada pukul 19:45 WIB. Karena itu tidak akan ada Bulan sampai fajar menyingsing.
13 Agustus – Hujan Meteor Perseid
Dimulai tanggal 17 Juli – 24 Agustus, hujan meteor Perseid yang berasal dari debu komet Swift-Tuttle tersebut akan mencapai puncak tanggal 13 Agustus. Di malam puncak diperkirakan 100 meteor akan melintas setiap jam dan tampak datang dari rasi Perseus. Untuk lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya, pengamat bisa menyaksikan setidaknya 50-75 meteor setiap jam.
Rasi Perseus baru terbit tengah malam yakni pukul 00:17 WIB dari arah timur laut. Cahaya yang dipantulkan Bulan akan jadi faktor pengganggu karena Bulan yang baru melewati fase Purnama tampak cemerlang sepanjang malam.
9 Oktober — Hujan Meteor Draconid
Hujan meteor minor yang tampak datang dari rasi Draco ini akan berlangsung dari tanggal 6 – 10 Oktober. Puncaknya tanggal 9 Oktober dengan laju 10 meteor per jam. Hujan meteor Draconid berasal dari sisa debu komet 21P Giacobini-Zinner. Hujan meteor ini bisa dinikmati setelah Matahari terbenam sampai rasi Draco terbenam pukul 21:31 WIB.
Agak sulit untuk menemukan rasi yang satu ini karena posisinya yang cukup rendah di horison. Selain itu, cahaya Bulan jelang purnama yang sangat terang tentu jadi faktor pengganggu dalam berburu meteor. Carilah lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya untuk berburu meteor Draconid.
10 Oktober – Hujan Meteor Taurid Selatan
Hujan meteor Taurid berasal dari butiran debu Asteroid 2004 TG10 dan sisa debu Komet 2P Encke, berlangsung sejak 10 September – 20 November dan tidak pernah menghasilkan lebih dari 5 meteor per jam. Menariknya, hujan meteor taurid ini kaya dengan bola api.
Puncak hujan meteor yang tampak datang dari rasi Taurus berlangsung tanggal 10 Oktober, hanya dengan 5 meteor per jam yang lajunya hanya 28 km/detik. Hujan meteor Taurid bisa diamati setelah Matahari terbenam saat rasi Taurus juga terbit di arah timur pada pukul 19:03 WIB sampai jelang fajar saat rasi ini akan terbenam di barat.
Cahaya Bulan purnama akan jadi penerang di langit yang mereduksi kemampuan pengamat dalam menemukan meteor.
21 Oktober – Hujan Meteor Orionid
Hujan meteor Orionid yang berasal dari sisa debu komet Halley akan kembali menghiasi langit malam dari 2 Oktober sampai 7 November. Sesuai namanya, hujan meteor Orionid tampak muncul dari rasi Orion si Pemburu dan mencapai puncak pada tanggal 21 Oktober.
Saat malam puncak, hujan meteor Orionid memproduksi 25 meteor per jam dengan laju 66 km/detik. Radian hujan meteor Orionid terbit pada pukul 22:17 WIB dan pengamat bisa menikmati kehadiran hujan meteor ini tanpa gangguan cahaya Bulan sampai pukul 02:22 WIB. Meskipun cukup terang namun dengan 20% piringan Bulan yang teriluminasi, tentunya masih jauh lebih redup dibanding fase Purnama.
12 November – Hujan Meteor Taurid Utara
Hujan meteor Taurid Utara juga tampak datang dari rasi Taurus dan dimulai dari tanggal 20 Oktober – 10 Desember dengan puncak pada tanggal 12 November. Saat malam puncak, Hujan Meteor Taurid Utara akan menghiasi langit dengan 5 meteor per jam dengan laju 29 km/jam.
Rasi Taurus terbit setelah Matahari terbenam dan bisa diamati sampai fajar menyingsing. Sementara itu, Bulan cembung terbit pukul 21:08 WIB dan sangat terang di langit. Perpaduan hujan meteor Taurid Utara dan Selatan yang masih berlangsung di akhir Oktober dan awal November menjadi atraksi menarik di langit. Apalagi dengan kehadiran fireball.
17 – 18 November – Hujan Meteor Leonid
Hujan meteor Leonid tahunan yang satu ini berlangsung dari 6 – 30 November dan malam puncak akan terjadi pada tanggal 17 – 18 November. Pengamat yang berburu leonid bisa menikmati 10 meteor per jam yang melaju dengan kecepatan 71 km/det. Hujan meteor Leonid yang berasal dari sisa debu komet Tempel-Tuttle akan tampak datang dari arah rasi Leo.
Bagi pemburu meteor, rasi Leo baru akan terbit tengah malam pada pukul 01:19 WIB. Bulan setengah yang terbit tengah malam akan menerangi langit malam dan jadi faktor yang menyulitkan pengamat untuk menemukan meteor.
21 November – Hujan Meteor alpha-Monocerotid
Hujan meteor ?-Monocerotid berlangsung dari tanggal 15 – 25 November dan mencapai puncak pada tanggal 21 November. Hujan meteor yang tampak muncul dari rasi Canis Minor ini memiliki laju meteor per jam yang beragam saat mencapai maksimum. Meskipun demikian, pengamat bisa mengamati setidaknya 5 meteor per jam saat malam puncak hujan meteor.
Hujan meteor ?-Monocerotid berasal dari puing-puing komet C/1917 F1 (Mellish) dan bisa diamati mulai pukul 21:38 WIB ketika rasi Canis Minor terbit sampai fajar menyingsing. Bulan sabit tipis baru terbit pukul 02:58 WIB dini hari.
2 Desember — Hujan Meteor Pheonicid
Hujan meteor Pheonicid berlangsung dari tanggal 28 November – 9 Desember dan mencapai puncak pada tanggal 2 Desember. Hujan meteor yang tampak muncul dari rasi Pheonix ini memiliki laju meteor per jam yang beragam saat mencapai maksimum. Meskipun demikian, pengamat bisa mengamati setidaknya 12 meteor per jam saat malam puncak hujan meteor.
Hujan meteor Pheonicid berasal dari puing-puing komet D/1819 W1 (Blanpain) dan bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai kisaran pukul 02:43 WIB. Waktu terbaik untuk mengamati puncak hujan meteor Pheonicid adalah pukul 20:00 WIB saat titik arah datang meteor berada pada titik tertinggi di langit.
Bulan masih jadi faktor utama penerang di langit dengan 65% permukaan yang teriluminasi. Bulan terbenam pukul 00:54 WIB.
7 Desember — Hujan Meteor Puppid-Velids
Hujan meteor Puppid-Velids berlangsung dari tanggal 1 – 15 Desember dan mencapai puncak pada tanggal 7 Desember. Hujan meteor yang tampak muncul dari rasi Puppis ini memiliki laju 10 meteor per jam saat mencapai maksimum.
Hujan meteor Puppid-Velids baru bisa diamati setelah rasi Puppis yang jadi radian hujan meteor ini terbit pada pukul 20:26 WIB dan bisa diamati sampai fajar menyingsing. Waktu terbaik untuk mengamati puncak hujan meteor Puppid-Velids adalah pukul 03:00 WIB saat titik arah datang meteor berada pada titik tertinggi di langit. Bulan satu hari sebelum purnama akan jadi penerang yang mengganggu aktivitas berburu meteor.
14 Desember – Hujan Meteor Geminid
Hujan meteor Geminid akan menjadi merupakan atraksi menarik di langit malam dengan 150 meteor per jam pada saat mencapai maksimum.
Hujan meteor yang tampak datang dari rasi kembar Gemini ini berlangsung dari tanggal 4 — 20 Desember dengan intensitas maksimum akan terjadi tanggal 14 Desember. Hujan meteor Geminid yang berasal dari puing-puing asteroid 3200 Phaethon, melaju dengan kecepatan 35 km/detik dan bisa dinikmati kehadirannya setelah rasi Gemini terbit pukul 20:02 WIB. Bulan cembung terbit pukul 22:53 WIB dan jadi faktor penerang di langit.
22 Desember – Hujan Meteor Ursid
Hujan meteor Ursid akan jadi atraksi terakhir tahun 2021. Hujan meteor Ursid yang berlangsung dari tanggal 17 – 26 Desember, akan tampak datang dari rasi Ursa Minor. Artinya, hanya pengamat di belahan Bumi Utara atau di atas garis khatulistiwa yang bisa menikmati lintasan meteor Ursid.
Rasi Ursa Minor akan terbit lewat tengah malam bagi pengamat di belahan Bumi Utara. Untuk pengamat di belahan Bumi Selatan, Ursa Minor terbit hampir bersamaan dengan Matahari terbit. Jadi hujan meteor Ursid tidak akan teramati oleh pengamat yang tinggal di bawah garis khatulistiwa.
Puncak hujan meteor Ursid terjadi tanggal 22 Desember 2021 dan meteor yang melintas di langit akan bergerak dengan kecepatan 33 km/jam. Di malam puncak pengamat hanya bisa melihat 10 meteor per jam dari sisa komet 8P/Tuttle yang dilintasi Bumi.
Clear Sky!
Tulis Komentar