Sudah jamak diketahui bahwa metode untuk popularisasi sains belakangan ini semakin beragam. Astronomi sebagai salah satu kajian sains merupakan pendekatan paling efektif yang bisa menjadi alternatif menjanjikan bagi popularisasi sains. Mengapa demikian? Karena melalui astronomi, kita akan dengan sangat mudah menarik perhatian masyarakat.
Opini
Hoax astronomi yang beredar seringkali dengan mudah dipercaya masyarakat. Ketiadaan budaya ilmiah yang diperparah dengan ruang gaung yang tercipta di media sosial membuat hoax dianggap sebagai kebenaran dan disebar, tanpa verifikasi oleh pembaca.
Anda penggiat dunia perbintangan sekaligus penggemar musik klasik? Bila ya, tentunya anda cukup terbiasa dengan Gustav Holst dan salah satu karya terkenalnya, yaitu Suite “The Planets”.
Sebagaimana diketahui khalayak ramai, akhir-akhir ini muncul gerakan “flat earth” (“bumi datar”) yang dengan berbagai klaim bukti-buktinya berusaha membuktikan kedataran Bumi.
Konspirasi. Mencetuskan kata ini kepada orang-orang di sekitar dapat memicu beragam tanggapan. Baik, tanggapan penasaran, atau tanggap bersegera menjadikannya kiblat kebenaran. Atau mungkin akan ada yang bertanya-tanya, makhluk apa itu?
Sepertinya, isu yang satu ini masih saja populer. Tadinya saya pikir isu yang usianya 13 tahun ini tidak akan muncul lagi.
“Apakah kamu percaya dengan Bumi datar? Bisakah kamu menjelaskan supaya saya percaya bahwa Bumi itu bulat seperti yang dikatakan para guru di bangku sekolah?”
Ada yang spesial di bulan Oktober tahun 2015 ini khususnya bagi mereka yang sedang dan pernah mencicipi berkuliah di pendidikan tinggi Astronomi di Kampus Ganesha.
Gegap gempita Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 mulai terasa di negeri ini. Pemberitaan yang cukup gencar di media massa jelas menarik perhatian masyarakat akan kejadian langka tapi tidak langka ini. Langka karena tidak setiap saat terjadi di Indonesia. Tapi juga tidak langka karena gerhana matahari merupakan fenomena alam yang terjadi setiap tahun. Meskipun tidak setiap tahun gerhana matahari melewati lokasi yang sama.
“It has been said that astronomy is a humbling and character-building experience. There is perhaps no better demonstration of the folly of human conceits than this distant image of our tiny world. To me, it underscores our responsibility to deal more kindly with one another, and to preserve and cherish the pale blue dot, the only home we’ve ever known.” – Carl Sagan
Ingin tau bagaimana kalau sebagian besar masyarakat di dunia ini gak bisa “move on” dari isu yang sama setiap tahunnya? Well, berita inilah yang akan kamu terima lewat pesan di jejaring sosialmu.
Astronomi! Apa yang ada dalam benakmu ketika mendengar kata ini? Semua hal terkait benda langit? Langit malam penuh bintang? Foto-foto indah dari langit?
Bayangkan jika namamu tertera sebagai nama salah satu planet atau kawah! Bangga? Tentunya! Dan untuk menempatkan namamu di salah satu kawah di Mars, kamu perlu membayar ata tepatnya memberi donasi dengan jumlah tertentu. Semakin besar kawah, semakin besar pula donasi yang harus diberikan.
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Pluto, Eris, Sedna, Ceres dll merupakan nama dari obyek di Tata Surya baik planet, planet katai, asteroid maupun komet. Nama-nama yang tak asing bagi kita sekaligus. mudah diingat. Nama yang melibatkan kisah para dewa dari berbagai kebudayaan.
Memuja pulau nan indah permai,
Tanah Airku Indonesia.