fbpx
langitselatan
Beranda » Fenomena Langit Bulan Mei 2019

Fenomena Langit Bulan Mei 2019

Hujan meteor eta Aquariid bersama planet-planet yang bisa dilihat dengan mata tanpa alat masih menjadi atraksi utama dalam fenomena langit bulan Mei.

Segitiga Merkurius (bawah), Bulan, dan Venus (atas) tanggal 3 Mei 2019 dini hari yang dipotret oleh Jefferson Teng dari Lampung.
Segitiga Merkurius (bawah), Bulan, dan Venus (atas) tanggal 3 Mei 2019 dini hari yang dipotret oleh Jefferson Teng dari Lampung.

Planet

Merkurius & Venus. Mei merupakan waktu perpisahan dengan kedua planet terdekat matahari ini. Merkurius dan Venus tapak bergerak turun menuju ufuk timur. Merkurius hanya bertahan pada minggu pertama dan menghilang di balik terang Matahari, seiring perjalanannya menuju konjungsi dengan Sang Surya dan titik terdekat dari Matahari. Mengawali Mei, Merkurius berada di Pisces dan kemudian bergerak menjumpai Matahari di rasi Aries dan bergerak beriringan menuju Taurus.

Meskipun terus turun mengejar Matahari di ufuk timur, Bintang Kejora bisa diamati sampai akhir bulan. Planet Venus akan tampak bergerak turun dari rasi Pisces ke Aries dengan kecerlangan -3,8 magnitudo.

Sebelum Merkurius menghilang dari pandangan pengamat, pada tanggal 3 Mei dini hari, Merkurius, Venus dan Bulan Sabit akhir membentuk segitiga dengan jarak kurang dari 8º.

Mars. Planet merah, Mars bisa diamati setelah Matahari terbenam sampai kisaran pukul 20:00 waktu lokal dengan kecerlangan 1,7 magnitudo di rasi Taurus. Planet ini akan terus bergerak turun ke rasi Pisces di penghujung Mei.

Jupiter & Saturnus. Kedua planet raksasa ini masih bisa diamati hampir sepanjang malam selama bulan Mei. Jupiter akan terbit pada kisaran pukul 20:00 waktu lokal, disusul Saturnus pada kisaran pukul 22:00 waktu lokal. Jupiter dan Saturnus terus menanjak naik dan bergantian berpapasan dengan Bulan pada tanggal 20 dan 22 Mei.

Selama bulan Mei, Jupiter akan tampak di rasi Ophiuchus dengan kecerlangan -2,3 magnitudo. Saturnus juga tidak akan jauh karena berada di rasi Sagittarius dengan kecerlangan 0,5 magnitudo.

Uranus & Neptunus. Planet es raksasa ini terlalu redup untuk diamati dengan mata tanpa alat. Siapkan teleskop jika ingin melihat kedua planet es tersebut. Selama bulan Mei, Uranus yang berada di Aries,  sedang tidak dapat diamati karena terlalu dekat dengan Matahari. Uranus baru kebali tampak jelang akhir Mei saat planet ini terbit sebelum fajar menyingsing.

Neptunus, planet terjauh di Tata Surya bisa diamati sampai fajar. Di sepanjang bulan Mei, Neptunus berada di rasi Aquarius dan terbit lewat tengah malam. Akan tetapi, kecerlangannya yang sangat redup membuat planet ini hanya bisa diamati dengan teleskop.

Bulan

Fase Bulan untuk Mei 2019. Kredit: Fajar Ariadi
Fase Bulan untuk Mei 2019. Kredit: Fajar Ariadi

Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.

5 Mei. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan.

12 Mei. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.

14 Mei. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 369.009 km.

Baca juga:  Geminids, Dari Mana Asalmu ?

19 Mei. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.

26 Mei. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.

26 Mei.  Bulan di titik apogee. Bulan mencapai jarak dari Bumi pada jarak 404.138 km

Hujan Meteor

6 Mei – Hujan Meteor Eta Aquariid

Hujan meteor eta Aquariid pada tanggal 6 Mei 2019 pukul 02:30 WIB. Kredit: Star Walk
Hujan meteor eta Aquariid pada tanggal 6 Mei 2019 pukul 02:30 WIB. Kredit: Star Walk

Dimulai tanggal 19 April – 28 Mei, hujan meteor Eta Aquariid yang berasal dari sisa komet Halley akan mencapai maksimum tanggal 6 Mei. Hujan meteor tersebut akan tampak tampak datang dari rasi Aquarius dan bisa diamati setelah lewat tengah malam sampai jelang fajar, setelah rasi Aquarius terbit pukul 01:23 waktu lokal.

Bulan sedang berada pada fase Bulan Baru dan terbit serta terbenam beriringan dengan Matahari. Di malam puncak, pengamat bisa melihat 40 – 85 meteor yang berasal dari sisa komet Halley setiap jam dengan kecepatan 66,9 km/detik.

Peristiwa

3 Mei — Merkurius — Venus — Bulan

Segitiga Merkurius, Bulan, dan Venus pada tanggal 3 Mei pukul 05:00 WIB. Kredit: Star Walk
Segitiga Merkurius, Bulan, dan Venus pada tanggal 3 Mei pukul 05:00 WIB. Kredit: Star Walk

Mengawali bulan Mei, Merkurius dan Venus tampak membentuk segitiga di ufuk timur jelang fajar dengan Bulan Sabit akhir. Ketiganya membentuk segitiga dengan jarak kurang dari 8º. Merkurius dan Bulan hanya terpisah ~4º sedangkan Venus dan Bulan ~5,5º. Merkurius dan Venus hanya terpisah ~7º. Ketiganya terbit beriringan dimulai oleh Venus pukul 04:06 WIB, disusul Bulan pada pukul 04:23 WIB dan Merkurius pada pukul 04:39 WIB.

8 Mei — Bulan — Mars

Konjungsi Bulan dan Mars pada tanggal 8 Mei pukul 18:30 WIB. Kredit: Star Walk
Konjungsi Bulan dan Mars pada tanggal 8 Mei pukul 18:30 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan sabit awal dan Mars bisa diamati sejak Matahari terbenam, 29º di barat laut. Bulan berada 3,2° di selatan Mars. Keduanya dapat diamati sampai pukul 20:10 WIB, ketika Mars terbenam dan disusul Bulan pukul 20:45 WIB.

20 Mei — Bulan — Jupiter

Konjungsi Bulan dan Jupiter pada tanggal 20 Mei pukul 20:30 WIB. Kredit: Star Walk
Konjungsi Bulan dan Jupiter pada tanggal 20 Mei pukul 20:30 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan dan Jupiter tampak berpasangan di ufuk timur sekitar 1,5 jam setelah Matahari terbenam dan bisa diamati sampai fajar menyingsing. Bulan terbit terlebih dahulu pada pukul 19:02 WIB disusul Jupiter pukul 19:11 WIB. Keduanya hanya terpisah 1,6º di rasi Ophiuchus dengan ketinggian maksimum yang dicapai 74º pada pukul 01:25 WIB di selatan horison. Keduanya akan tenggelam dalam cahaya sang Surya pada pukul 05:39 WIB dengan ketinggian 27º di ufuk barat.

21 Mei — Konjungsi Superior Merkurius

Konjungsi superior Merkurius. Kredit: langitselatan
Konjungsi superior Merkurius. Kredit: langitselatan

Merkurius akan berpapasan dekat dengan Matahari di langit sehingga planet ini menghilang dan tidak akan tampak bagi pengamat di Bumi. Pada saat konjungsi superior, Matahari berada di antara Merkurius dan Bumi, dan hanya terpisah 0,3º dari Matahari.  Merkurius berada pada sisi terjauhnya dari Bumi, dan terjadi dalam satu siklus sinodik planet tersebut (116 hari).

Peristiwa konjungsi superior Merkurius juga menandai akhir kenampakan planet ini kala fajar dan mulai bertransisi untuk hadir kala senja dalam beberapa minggu lagi.

Ketika Merkurius sedang berada pada posisi terjauhnya dari Bumi, ia akan berada pada jarak 1,32 AU dari Bumi. Jika bisa diamati, diameter piringan Merkurius akan berukuran 0,014º.

Baca juga:  Gerhana Bulan Penumbra 6 Juni 2020 dari Indonesia

22 Mei — Bulan — Saturnus

Konjungsi Bulan dan Saturnus pada tanggal 22 Mei pukul 22:00 WIB. Kredit: Star Walk
Konjungsi Bulan dan Saturnus pada tanggal 22 Mei pukul 22:00 WIB. Kredit: Star Walk

Di penghujung Mei, Bulan cembung besar dan Saturnus akan berpasangan di rasi Sagittarius sampai fajar menyingsing. Bulan terbit terlebih dahulu pada pukul 20:47 WIB disusul Jupiter pukul 21:03 WIB. Keduanya hanya terpisah 0,6º di rasi Sagittarius dengan ketinggian maksimum yang dicapai 75º pada pukul 03:14 WIB di selatan horison. Keduanya akan tenggelam dalam cahaya sang Surya pada pukul 05:37 WIB dengan ketinggian 52º di ufuk barat.

Rasi Bintang & Bima Sakti

Awal Mei menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan menuju fase Bulan Baru. Bimasakti dapat diamati membentang dari Tenggara ke Barat Laut dan jelang dini hari, Bima Sakti tampak membentang dari Timur Laut ke Barat Daya.

Setelah Matahari terbenam, ada Aldebaran di rasi Taurus, Capella di rasi Auriga, serta Betelguese dan Rigel di rasi Orion, yang akan segera terbenam sampai kisaran pukul 21:00. Canopus di rasi Carina, Sirius di rasi Canis Major, Procyon di rasi Canis Minor, Pollux dan Castor di Gemini, bisa diamati sampai jelang tengah malam.

Regulus di rasi Leo, Spica di Virgo, Crux, Rigel Kentaurus di Centaurus,  Arcturus di rasi Bootes, bisa diamati sepanjang malam sampai jelang fajar. Tengah malam sampai jelang dini hari ada Vega di rasi Lyra, dan Altair di rasi Aquila.

Bintang-bintang tersebut cukup terang untuk dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.

Peta Bintang 1 Mei 2019

Peta Bintang 15 Mei 2019

Kampanye Langit Gelap

1 — 4 & 25 — 31 Mei — Kampanye Globe At Night

Di bulan Mei, Kampanye Globe At Night atau Kampanye langit gelap untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diadakan dari 1 – 4 Mei dan dilanjutkan tanggal 25 – 31 Mei.  Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.

Untuk kampanye Mei, para pengamat di langit utara diajak untuk melakukan pengamatan rasi Leo pada tanggal 1-4 Mei dan dilanjutkan dengan rasi Bootes pada tanggal 25 – 31 Mei.  Bagi pengamat di langit selatan pengamatan selama bulan Mei dilakukan pada rasi Crux dengan tujuan untuk mengetahui seberapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.

Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini