fbpx
langitselatan
Beranda » Debu, Bahan Dasar Kelahiran Bintang

Debu, Bahan Dasar Kelahiran Bintang

Para astronom membuat peta dari awan gas antarbintang yang di dalamnya terdapat palung kelahiran bintang. Peta ini merupakan bagian dari Proyek Pembentukan Bintang yang bisa membantu astronom memahami proses kelahiran bintang.

Foto M17 yang merupakan area pembentukan bintang. Kredit: NASA, Holland Ford (JHU), the ACS Science Team dan ESA
Foto M17 yang merupakan area pembentukan bintang. Kredit: NASA, Holland Ford (JHU), the ACS Science Team dan ESA

Bintang yang sering kita lihat di malam hari memang disusun oleh gas. Tapi, ada bahan yang juga penting dalam membentuk bintang. Mirip seperti ketika memanggang kue, kita butuh tepung terigu dan gula sebagai bahan utama untuk menghasilkan kue yang lezat. Di luar angkasa, bintang pun demikian. Debu jadi bahan penting untuk membuat bintang!

Berbeda dari gas, debu memang bukan bahan bakar yang menenagai bintang. Tapi, tanpa debu, bintang tidak pernah terlahir. Kok bisa?

Ini karena bintang hanya bisa terbentuk ketika materi pada area pembentukan bintang sudah cukup padat. Nah, di sinilah peran penting debu untuk menambah kepadatan materi supaya bintang bisa mulai terbentuk.

Untuk memahami area pembentukan bintang yang diisi gas dan debu, para astronom di Jepang memotret tiga awan gas raksasa yang di dalamnya terdapat area tempat bintang dilahirkan. Yang dipotret adalah awan Orion A, Aquila Rift, dan M17.

Awan yang dipotret itu tidak bisa dilihat dengan mata. Karena itu, para astronom melihat awan tempat kelahiran bintang ini lewat teleskop.

Foto awan Orion A, Aquila Rift, dan M17, yang dipotret dengan Teleskop Radio Nobeyama. Kredit: NAOJ.
Foto awan Orion A, Aquila Rift, dan M17, yang dipotret dengan Teleskop Radio Nobeyama. Kredit: NAOJ.

Foto awan raksasa yang menyembunyikan calon bintang dipotret oleh Teleskop Spitzer dan Teleskop Radio Nobeyama di Jepang. Kedua teleskop ini memotret pada cahaya berbeda. Teleskop Spitzer memotret awan dari cahaya inframerah yang dipancarkan, sedangkan teleskop Nobeyama menangkan pancaran gelombang radio. Foto awan M17 yang ada di laman ini dipotret oleh Teleskop Spitzer pada cahaya inframerah.

Pada cahaya inframerah dan radio, para astronom bisa melihat lebih banyak benda redup dibandingkan pada cahaya tampak (yang bisa dilihat oleh mata).

Jadi, radiasi inframerah dan gelombang radio bisa menembus debu kosmis sehingga astronom bisa melihat area yang biasanya terhalang dan tersembunyi di balik gas dan debu.

Hasilnya, para astronom bukan saja bisa melihat awan tersebut, melainkan bisa memeroleh foto yang sangat detil untuk membuat peta dari awan raksasa yang di dalamnya bintang-bintang dilahirkan.

Fakta keren:

Area dalam foto ini dikenal sebagai M17, awan gas dan debu dimana bintang-bintang terbentuk. Ukuran awan ini 3500 kali lebih lebar dari Tata Surya!

[divider_line]

Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang yang dikembangkan dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini