fbpx
langitselatan
Beranda » Kembang Api di Luar Angkasa

Kembang Api di Luar Angkasa

Bintang dilahirkan dalam awan gas dan debu raksasa yang ada di alam semesta. Bintang muda biasanya sangat panas sehingga menyebabkan gas di awan bercahaya sangat terang. Waktu awan itu bercahaya, manusia bisa melihat awan-awan tersebut melalui teleskop.

Paung kelahiran bintang NGC 3582. Kredit : ESO, Digitized Sky Survey 2 dan Joe DePasquale

Foto yang diambil dari ruang angkasa menunjukkan sebagian kecil awan di galaksi kita yaitu galaksi Bima Sakti, yang juga sering disebut galaksi Milky Way (Jalur Susu). Di dalam awan yang juga dikenal sebagai palung kelahiran bintang tersebut, bintang-bintang di galaksi Bima Sakti terlahir. Pada gambar, kita bisa melihat bentuk busur yang terang di dalam awan. Tapi bagaimana dan apa yang membentuk busur itu masih menjadi misteri.  Salah satu kemungkinan jawabannya terletak pada apa yang terjadi pada bintang saat bintang-bintang menjadi tua.

Sebagian bintang di dalam awan biasanya sangat berat bahkan jauh lebih berat dari bintang terdekat kita, Matahari. Bintang-bintang yang berat ini sangat rakus. Mereka melahap bahan bakar yang bisa membuat mereka bersinar lebih cepat dari bintang-bintang yang lebih ringan. Waktu bahan bakarnya sudah habis, bintang – bintang yang padat itu kemudian meledak dalam sebuah ledakan maha dasyat yang disebut ledakan supernova.  Kalau kamu bisa melihat ledakan itu, maka ia akan tampak seperti pertunjukkan kembang api terbesar di alam semesta Menurut para astronom, ledakan supernova itu bisa menciptakan bentuk busur yang aneh yang ada di dalam foto dan memecahkan misteri asal usul busur terang itu. Dan inilah suvenir terindah dari kembang api kosmik.

Sumber : Space Scoop / UNAWE

Baca juga:  Meragukan 'Kawah Meteor' Nikaragua
Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Sayangnya tanpa teleskop sepertinya akan susah mengamati, apalagi jika di malam perkotaan yang terang benderang.

  • Setuju Bro Cahya, tapi untungnya ada blog seperti ini jadi paling tidak kita yang demen sama astronomi masih bisa mengikuti beritanya. Thank U buat mbak Ivie.