fbpx
langitselatan
Beranda » Apa itu Planet?

Apa itu Planet?

Saat sistem ekstrasolar belum ditemukan, perbedaan antara planet dan bintang dapat didefinisikan dengan jelas. Contohnya antara Jupiter dan bintang terkecil (75 kali massa Jupiter)  keduanya dapat langsung dibedakan. Di masa lalu, planet dikenal sebagai bintang pengembara di langit malam. Itu definisi paling sederhana. Tapi semakin banyak obyek sejenis yang ditemukan. Apa itu Planet? 

Montase Tata Surya. Kredit : NASA

Tahun 1995, planet pertama di bintang lain ditemukan dan semenjak itu sudah ada 495 planet di bintang lain yang ditemukan dengan massa 0.006 – 21 Massa Jupiter. Awalnya diperkirakan obyek-obyek tersebut merupakan bintang yang kecil sebagai bagian dari sistem bintang ganda, namun karakternya yang berbeda menunjukkan kalau obyek tersebut bukanlah bintang.

Pada tahun 2003, sebuah obyek mirip Pluto ditemukan di Tata Surya sekaligus menjadi obyek paling jauh di Tata Surya. Sedna, benda yang berada di sabuk kuiper ini kemudian membawa para ahli untuk kembali mempertanyakan definisi planet? dan apakah Pluto itu planet atau bukan. Di tahun 2005, penemuan Eris memicu kembali perdebatan tentang definisi planet di kalangan astronom, sekaligus mengubah sejarah pendefinisian planet di Tata Surya maupun di bintang-bintang lainnya.

Dalam menentukan definisi planet, ada 3 area yang ditinjau yakni : Karakteristik fisik atau ukuran, Orbit, dan asal usul pembentukan.

Planet
Apa itu planet? berdasarkan kamus,  planet adalah obyek langit yang bersinar karena memantulkan cahaya dari bintang dan bergerak mengelilingi bintang. Bagi masyarakat awam, planet adalah anggota tata surya yang bergerak mengitari matahari.

Bagi para pengamat langit, planet merupakan obyek langit yang tidak berkelap kelip seperti bintang karena planet tidak dapat menghasilkan cahaya.  Namun bagi para peneliti, definisi planet tidak semudah itu. Hasil pengamatan selama bertahun-tahun yang disertai berbagai teori memberikan berbagai definisi tentang planet. Sebagian kutipan definisi planet tersebut sebagai berikut :

Geoffry W Marcy:
Planet adalah obyek yang memiliki massa antara yang dipunyai Pluto dan ambang pembakaran deutrium dan yang terbentuk dalam orbit di sekeliling obyek yang dapat membangkitkan energi melalui reaksi nuklir.

G H A Cole:
planet adalah sebuah benda dingin

Gibor Basri:
planet adalah non fusor yang sferis yang lahir dalam orbit disekeliling suatu fusor.

Alan Stern & Hal Levinson:
planet adalah benda keplanetan yang terikat dalam orbit sekeliling sistem multi bintang dan bintang tunggal.

Mike Brown
planet adalah obyek dalam tata surya yang lebih masif dari total massa obyek lainnya dalam orbit yang berdekatan atau sama.

Planet sendiri berasal dari kata Yunani “wanderer” atau “pengelana” yang merupakan obyek langit dingin, dan tidak menghasilkan energi. Planet hanya dapat memantulkan cahaya bergantung pada besar albedonya.  Sebagai benda dingin, planet tidak memiliki sumber energi panas yang signifikan didalamnya dan tidak dipengaruhi oleh temperatur. Bila pada katai coklat dan bintang proses termonuklir menyuplai energi panas internal, pada planet energi panas diperoleh dari luar dirinya misalnya dari bintang induk. Selain itu kondisi interior planet, tidak cukup memadai untuk menyebabkan ionisasi atom-atom pembentuknya.

Problema Ukuran Sebuah Planet
Keberadaan Pluto sebagai planet semakin hari semakin terancam, bahkan seharusnya sejak awal Pluto tidak ditempatkan sebagai planet. Ukuran Pluto yang kecil bahkan kurang dari setengah kali ukuran planet lainnya, dengan orbit yang berbeda dari planet lainnya menyebabkan sebagian astronom menempatkannya sebagai bagian dari Sabuk Kuipert. Sabuk Kuipert diketahui keberadaannya pada tahun 1982 dengan anggota batu-batuan yang beku.

Menurut Michael A’Hearn, astronom dari University of Maryland dan mantan presiden divisi IAU’s Planetary Systems Sciences, “seandainya saja saat Pluto ditemukan (thn 1930), kita telah mengetahui adanya sabuk Kuipert, maka ia akan menjadi obyek raksasa Sabuk Kuipert”.

Pada awal tahun 1999, terjadi perdebatan di kalangan IAU saat Pluto diberikan dua status sebagai planet dan sebagai obyek trans-neptunian, mengacu pada lokasinya yang jauh. Namun status ini kemudian dibatalkan dan sampai saat ini kita masih mengenal Pluto sebagai salah satu planet dalam tata surya.

Dengan menggunakan perhitungan batas massa dari G.H.A. Cole berdasarkan komposisi pembentukannya, maka Pluto masih dapat dikategorikan sebagai planet. Demikian juga halnya dengan Varuna, Quouar, Ceres dan Sedna. Namun bagi mereka yang menganggap Pluto bukanlah planet, maka Sedna akan tetap dikenal sebagai planetoid.

Sistem Tata Surya berdasarkan klasifikasi baru tentang definisi planet. Kredit : IAU

Resolusi IAU 2006
Tahun 2005, Mike Brown dan timnya menemukan sebuah obyek yang lebih besar dari Pluto di area Sabuk Kuiper atau juga dikenal sebagai obyek trans-Neptunian. Keberadaan benda kecil yang awalnya dikenal sebagai 2003 UB313 menjadi pemicu perdebatan definisi planet. Pertanyaanya, dengan ukuran lebih besar dari Pluto, akankah 2003 UB313 atau yang sempat dinamai Xena ini akan menjadi planet ke-10?

Jika obyek yang kemudian resmi dinamai Eris ini menjadi planet ke-10, tentu akan ada sederetan benda-benda berukuran serupa di Sabuk Kuiper yang juga harus diperhitungkan sebagai planet. Maka, pada tahun 2006, dalam General Assembly IAU yang ke-26 di Praha, ditetapkanlah resolusi baru mengenai definisi planet :

  1. Memiliki orbit yang mengitari Matahari / bintang
  2. Memiliki massa yang besar agar gravitasinya cukup besar untuk mempertahankan bentuk bola
  3. Mampu membersihkan area sekeliling orbitnya dari benda-benda kecil.

Terkait syarat ke-3, menurut Hal Levison, ada dua cara planet membersihkan populasi benda kecil disekelilingnya :

  1. Planet bisa mengakresi benda-benda kecil tersebut
  2. Planet tersebut secara gravitasional melontarkan benda-benda kecil disekelilingnya keluar dari Tata Surya.

 

Grafik kemampuan obyek membersihkan lingkungan sekitarnya di Tata Surya. Kredit: Hal Levison
Grafik kemampuan obyek membersihkan lingkungan sekitarnya di Tata Surya. Kredit: Hal Levison

Pada grafik diatas titik hijau menunjukkan 9 planet klasik yang dimiliki Tata Surya, titik ungu adaah Ceres. Garis merah merupakan batasan untuk kemampuan mengakresi benda-benda sekelilingnya, sedangkan garis biru menunjukkan batasan kemampuan utnuk melontarkan benda-benda kecil.

Semua planet yang berada di atas garis merah akan mengakresi benda-benda kecil di daerah sekitarnya, sementara semua planet yang berada di atas garis biru akan melontarkan benda-benda kecil disekelilingnya. Dari semua objek yang menjadi kandidat planet, pada grafik tersebut hanya 8 planet klasik yang berada diatas setidaknya salah satu garis tersebut. Sementara Pluto dan Ceres tidak mampu mengakresi (menangkap) ataupun melontarkan benda-benda kecil disekitarnya. Karena itu hanya ada 8 planet.

Resolusi IAU tersebut menghasilkan 3 kategori utama dalam Tata Surya :

  1. Planet : 8 obyek dari Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,  Neptunus
  2. Planet Katai : Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, Eris dan obyek bundar lainnya yang belum menyapu bersih lingkungan disekitar orbitnya, dan bukan merupakan satelit
  3. Benda Kecil di Tata Surya : semua obyek lain yang mengorbit Matahari.

Pada tahun 2008, IAU menetapkan nama Plutoid bagi obyek planet kerdil yang berada di luar orbit Neptunus atau yang juga dikenal sebagai trans Neptunian object. Plutoid merupakan benda langit yang mengorbit Matahari pada jarak lebih besar dari jarak Neptunus. Mereka memiliki massa yang cukup agar gaya gravitasi dapat mempertahankan bentuk bola. Kriteria lainnya adalah area di sekeliling orbit plutoid masih belum bersih dari obyek-obyek lainnya.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini