Selama tahun 2021, pengamat di Indonesia bisa menyaksikan dua gerhana Bulan, okultasi Mars oleh Bulan, hujan meteor, maupun papasan planet.
Tahun ini akan ada Gerhana Matahari Cincin dan Gerhana matahari Total yang sayangnya tidak bisa diamati dari Indonesia. Untuk yang menyukai pengamatan Bulan Purnama saat perigee, Bulan Purnama 27 April dan 26 Mei terjadi tak lama setelah Bulan berada di titik terdekat dengan Bumi. Menariknya Bulan Purnama Perigee 26 Mei 2021 terjadi bersamaan dengan Gerhana Bulan Total yang bisa diamati dari Indonesia.
Gerhana
Musim gerhana tahun 2021 akan diisi oleh 4 gerhana dengan komposisi 2 gerhana bulan dan 2 gerhana matahari. Musim pertama gerhana baru dimulai pertengahan 2021 dan musim kedua akan terjadi pada bulan Desember.
26 Mei – Gerhana Bulan Total Perigee
Gerhana Bulan pertama di tahun 2021 terjadi tanggal 26 Mei dengan durasi keseluruhan gerhana 5 jam 2 menit 2 detik. Sementara itu, totalitas gerhana akan terjadi selama 14 menit 30 detik.
Gerhana Bulan Total yang terjadi pada tanggal 26 Mei 2021 bisa disaksikan oleh pengamat di Asia timur, Australia, Pasifik, dan Amerika. Pengamat di Indonesia bisa menyaksikan peristiwa GBT 26 Mei 2021 setelah matahari terbenam. Karena GBT 26 Mei 2021 dimulai pukul 15:47 WIB, maka saat Matahari terbenam, Bulan terbit dalam kondisi gerhana sebagian sudah dimulai.
Proses GBT dimulai dengan gerhana penumbra yang dimulai pada pukul 15:47:39 WIB dan kontak terakhir penumbra yang mengakhiri seluruh proses gerhana pada pukul 20:49:41 WIB. Sementara itu, kontak kedua saat Bulan memasuki umbra Bumi dan gerhana sebagian dimulai terjadi pada pukul 16:44:57 WIB dan gerhana total dimulai pukul 18:11:25 WIB sampai 18:25:55 WIB. Setelah gerhana total berakhir, Bulan pun meninggalkan umbra Bumi dan gerhana sebagian berakhir pada pukul 18:52:22 WIB. Puncak gerhana terjadi pada pukul 18:19:52 WIB.
Gerhana Bulan 26 Mei 2021 bertepatan dengan Bulan sedang berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi. Media menyebutnya Gerhana Bulan Super.
10 Juni – Gerhana Matahari Cincin
Dua minggu setelah Gerhana Bulan, sebagian penduduk Bumi berkesempatan menyaksikan Gerhana Matahari Cincin. GMC terjadi tanggal 10 Juni 2021 dan pengamat di sebagian Asia, Eropa, dan Amerika Utara bisa menyaksikan peristiwa gerhana 10 Juni 2021. Untuk jalur cincin gerhana bisa diamati oleh pengamat di Kanada utara, Greenland, dan Rusia. Durasi cincin saat GMC 10 Juni 2021 akan berlangsung selama 3 menit 51 detik.
19 November – Gerhana Bulan Sebagian
Gerhana Bulan kedua dan terakhir di tahun 2021 terjadi tanggal 19 November dengan sebagian Bulan masuk dalam bayang-bayang Bumi.
Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 19 November 2021 bisa diamati dari wilayah Amerika, Eropa utara, Asia timur, Australia, Pasifik. Pengamat di seluruh wilayah Indonesia bisa mengamati GBS setelah matahari terbenam saat Bulan dalam proses keluar dari umbra Bumi atau saat gerhana bulan sebagian akan berakhir. Untuk wilayah Indonesia barat hanya bisa menyaksikan proses gerhana penumbra karena saat Matahari terbenam, Bulan sudah keluar dari umbra Bumi.
Gerhana Bulan Sebagian 19 November 2021 dimulai dengan gerhana penumbra pukul 14:02 WIB dan berakhir pukul 19:03 WIB. Untuk fase gerhana sebagian dimulai saat Bulan memasuki umbra Bumi pukul 14:18 WIB dan baru akan keluar dari umbra Bumi pukul 17:47 WIB.
4 Desember – Gerhana Matahari Total
Gerhana Matahari Total 4 Desember akan menjadi gerhana terakhir di tahun 2021, sekaligus juga gerhana yang ditunggu para pemburu gerhana. Kehadiran korona Matahari dan cincin berlian saat peristiwa gerhana matahari total tentu menjadi atraksi langit menarik setelah sebelumnya disuguhi cincin api. Akan tetapi, hanya pengamat di Antartika yang bisa menyaksikan totalitas gerhana 4 Desember 2021. Untuk gerhana sebagian akan bisa disaksikan oleh pengamat di sebagian kecil Afrika Selatan, Amerika Selatan, Australia, Selandia Baru, dan di perairan Atlantik selatan.
Papasan Planet
2 Januari— Perihelion
Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan elips. Artinya ada saat dimana Bumi berada pada titik terdekatnya dengan Matahari dan ada kalanya Bumi berada sangat jauh dari Matahari. Pada tanggal 2 Januari, Bumi berada di titik terdekat dengan matahari pada jarak 0,98 AU atau 147,100,176 km dari Matahari.
6 Juli — Aphelion
Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan elips. Artinya ada saat dimana Bumi berada pada titik terdekatnya dengan Matahari dan ada kalanya Bumi berada sangat jauh dari Matahari. Pada tanggal 6 Juli, Bumi berada di titik terjauh dengan matahari pada jarak 1,0167 AU atau 152.505.000 km dari Matahari.
17 April — Okultasi Mars Oleh Bulan
Bulan dan Mars tampak berpasangan setelah Matahari terbenam di arah barat daya dan mulai pukul 20:30 WIB, Mars menghilang di balik Bulan dan baru akan muncul pukul 21:30 WIB. Oeristiwa menghilangnya Mars saat diokultasi Bulan bisa diamati tapi saat Mars kembali muncul sudah sulit diamati karena Mars dan Bulan berada rendah di ufuk.
Peristiwa ini hanya teramati oleh masyarakat di area barat dan tengah Indonesia.
2 Agustus – Oposisi Saturnus
Planet yang cincinnya tampak indah itu akan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi tanggal 2 Agustus. Saat oposisi, Saturnus akan berada pada jarak 8,94 AU dengan diameter piringan 18,6 detik busur.
Jadi jangan lewatkan! Saturnus akan tampak lebih terang dibanding waktu lainnya dengan kecerlangan 0,2 magnitudo. Gunakan teleskop dan kameramu untuk memotret planet cincin ini. Cincin Saturnus akan tampak miring 18º terhadap arah pandang pengamat.
Bagi pengamat di Bumi, Saturnus bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai fajar.
19 Agustus — Merkurius – Mars
Merkurius dan Mars bisa diamati berpasangan sangat dekat hanya terpisah 0,06º di arah barat setelah matahari terbenam. Keduanya berada pada ketinggian 11º saat Matahari terbenam dan bisa diamati sampai pukul 20:00 WIB saat keduanya menghilang di ufuk barat.
20 Agustus – Oposisi Jupiter
Planet terbesar di Tata Surya akan berada pada posisi terdekat dengan Bumi dan tampak sangat terang di langit malam. Saat oposisi, Jupiter akan berada pada jarak 4,01 AU dengan diameter piringan 48 detik busur. Para pengamat bisa menikmati kehadiran Jupiter di rasi Sagittarius dengan kecerlangan -2,9 magnitudo sejak Matahari terbenam sampai fajar menyingsing. Pengamat juga bisa mengamati satelit-satelit galilean yang mengitari planet raksasa tersebut.
Bagi pengamat di Bumi, Jupiter bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai fajar.
14 September – Oposisi Neptunus
Tidak mudah untuk mengamati planet es biru ini. Tanggal 14 September menandai posisi terdekatnya dengan Bumi. Saat oposisi Neptunus sedang berada pada jarak 28,92 AU di rasi Aquarius dengan kecerlangan 7,8 magnitudo. Untuk bisa melihat planet es ini, siapkan teleskop dan jangan kecewa jika menemukan Neptunus hanya titik biru di teleskop anda. Saat oposisi, Neptunus tampak sedikit lebih besar dengan diameter pirinan 2,4 detik busur.
Bagi pengamat di Bumi, Neptunus bisa diamati dengan teleskop sejak Matahari terbenam sampai fajar.
5 November – Oposisi Uranus
Uranus, si planet es raksasa akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 18,74 AU. Planet yang bergerak menggelinding ini akan tampak unik sebagai titik warna biru kehijauan di teleskop. Untuk menemukannya, arahkan teleskop ke rasi Aries. Saat oposisi Uranus sedang berada di rasi Aries dengan kecerlangan 5,7 magnitudo dan diameter piringannya 3,8 detik busur.
Ekuinoks & Solstice
20 Maret – Ekuinoks
Matahari berada di ekuinoks atau di atas garis khatulistiwa. Lamanya siang dan malam menjadi sama yakni 12 jam. Bagi masyarakat di belahan bumi utara, tanggal 20 Maret merupakan Vernal Ekuinoks atau titik balik musim semi yang menandai awal musim semi. Di belahan Bumi selatan, ekuinoks di bulan Maret merupakan ekuinoks musim gugur yang menandai awal musim gugur.
Vernal Ekuinoks akan terjadi tanggal 20 Maret pukul: 16:37 WIB, ketika Matahari berada di rasi Pisces.
21 Juni – Solstice (Summer Solstice – Belahan Utara ; Winter Solstice – Belahan Selatan)
Titik balik musim panas bagi masyarakat di Belahan Bumi Utara dan titik balik musim dingin bagi penduduk di Bumi Belahan Selatan. Selain itu, bagi penduduk di belahan selatan, ini merupakan malam terpanjang dan bagi mereka yang berada di utara, ini adalah siang terpanjang.
Titik balik musim panas akan terjadi tanggal 21 Juni pukul: 10:32 WIB, ketika Matahari berada di rasi Geimini.
23 September – Ekuinoks
Matahari berada di ekuinoks atau di atas garis khatulistiwa. Lamanya siang dan malam menjadi sama yakni 12 jam. Bagi masyarakat di belahan bumi utara, tanggal 22 September merupakan Ekuinoks Musim Gugur atau titik balik musim gugur yang menandai awal musim gugur. Sebaliknya di belahan Bumi selatan, ekuinoks di bulan September merupakan vernal ekuinoks atau ekuinoks musim semi yang menandai awal musim semi.
Autumnal Ekuinoks akan terjadi tanggal 22 September pukul: 02:21 WIB, ketika Matahari berada di rasi Virgo.
21 Desember – Solstice (Winter Solstice – Belahan Utara ; Summer Solstice – Belahan Selatan)
Titik balik musim dingin bagi masyarakat di Belahan Bumi Utara dan titik balik musim panas bagi penduduk di Bumi Belahan Selatan. Selain itu, bagi penduduk di belahan selatan, ini merupakan siang terpanjang dan bagi mereka yang berada di utara, ini adalah malam terpanjang.
Titik balik musim dingin akan terjadi tanggal 21 Desember pukul: 22:59 WIB, ketika Matahari berada di rasi Sagittarius.
Hujan Meteor
3 – 4 Januari – Hujan Meteor Quadrantid
Tahun 2021 akan diawali oleh pertunjukkan hujan meteor Quadrantid di langit dari tanggal 28 Desember – 12 Januari. Puncak hujan meteor Quadrantid akan berlangsung tanggal 3 – 4 Januari 2021 dan tampak muncul dari rasi Bootes yang terbit pukul 02:43 WIB di arah timur laut. Bulan cembung yang terbit pukul 21:48 WIB akan jadi polusi cahaya alami dalam perburuan meteor Quadrantid.
Berbeda dengan hujan meteor lainnya, intensitas maksimum hujan meteor Quadrantid hanya terjadi beberapa jam. Quadrantid berasal dari puing-puing Komet Wirtanen saat berpapasan dengan Bumi pada tahun 1974. Saat malam puncak, pengamat bisa menikmati setidaknya 110 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 41 km/detik. Akan tetapi, bagi pengamat di belahan Bumi Selatan, hujan meteor Quadrantid tidak sebaik pengamat di Utara dan banyaknya meteor yang bisa dinikmati juga lebih sedikit.
22–23 April – Hujan Meteor Lyrid
Hujan meteor yang berasal dari debu ekor komet Thatcher C/1861 G1 akan mencapai puncak tanggal 22 April. Setiap tahun, hujan meteor Lyrid berlangsung dari 14 April sampai 30 dan bisa diamati setelah rasi Lyra yang jadi arah datangnya, terbit pukul 22:07 WIB.
Saat Lyrid mencapai intensitas maksimum, pengamat hanya bisa melihat 18 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 48,8 km/detik.
Bulan yang baru melewati fase perbani awal masih terang dan baru terbenam lewat tengah malam. Waktu terbaik untuk pengamatan mulai pukul 02:00 WIB saat Bulan terbenam.
5 Mei – Hujan Meteor Eta Aquarid
Dimulai tanggal 19 April – 28 Mei, hujan meteor Eta Aquarid yang berasal dari sisa komet Halley akan mencapai maksimum tanggal 5 Mei. Hujan meteor tersebut akan tampak tampak datang dari rasi Aquarius dan bisa diamati setelah lewat tengah malam sampai jelang fajar, setelah rasi Aquarius terbit pukul 01:21 WIB.
Di malam puncak, seharusnya pengamat bisa melihat 60 meteor yang berasal dari sisa komet Halley setiap jam dengan kecepatan 66,9 km/detik. Tapi, Bulan perbani akhir yang terbit pukul 00:48 WIB akan jadi polusi cahaya yang cukup signifikan.
29 Juli — Hujan Meteor Piscis Austrinid
Hujan meteor Piscis Austrinid akan menjadi hujan meteor pertama yang berada pada puncak aktivitas di bulan Juli dengan maksimum 5 meteor setiap jam. Hujan meteor yang berlangsung sejak 15 Juli sampai 10 Agustus akan tampak datang dari rasi Piscis Austrinus dengan kecepatan 35 km/detik.
Hujan meteor Piscid Austriid bisa diamati mulai pukul 19:50 WIB sampai fajar menyingsing. Waktu terbaik untuk pengamatan sejak radian meteor Piscis Austrinid terbit sampai tengah malam. Mulai tengah malam, Bulan perbani akhir yang baru terbit akan jadi polusi cahaya terbesar.
30 Juli – Hujan Meteor Delta Aquarid Selatan
Hujan meteor Delta Aquarid merupakan hujan meteor yang berasal dari pecahan komet Marsden dan Kracht Sungrazing. Sama seperti eta Aquarid, hujan meteor delta Aquarid selatan yang berlangsung dari 12 Juli – 23 Agustus, juga tampak berasal dari rasi Aquarius. Hujan meteor ini akan mencapai puncaknya pada tanggal 30 Juli dengan 25 meteor per jam dengan kecepatan 41 km/det.
Hujan meteor Aquarid sudah bisa diamati sejak pukul 19:43 WIB sampai fajar menyingsing. Waktu terbaik untuk pengamatan sejak radian meteor delta Aquarid Selatan terbit sampai tengah malam. Mulai tengah malam, Bulan perbani akhir yang baru terbit akan jadi polusi cahaya terbesar.
30 Juli – Alpha Capricornid
Selain delta Aquarid selatan dan Piscis Austrinid, pada tanggal 30 Juli hujan meteor alpha Capricornid akan mencapai puncaknya. Hujan meteor yang berlangsung dari 3 Juli sampai 15 Agustus akan tampak datang dari arah rasi Capricorn dan berasal dari komet 45P Honda-Mrkos-Pajdusakova. Dugaan lain asal hujan meteor ini dari asteroid 2002 EX12 yang kemudian dikenal sebagai komet 169P/NEAT.
Puncak hujan meteor Capricornid akan terjadi tanggal 30 Juli dengan laju 5 meteor per jam. Akan tetapi, biasanya ada bola api yang terbentuk dan melintas di langit malam. Rasi Capricorn sudah terbit sejak Matahari terbenam dan pengamat bisa menikmati hujan meteor alpha Capricornid sepanjang malam sampai fajar menyingsing.
Bulan perbani akhir yang terbit tengah malam akan jadi polusi cahaya bagi pengamatan hujan meteor. Karena itu waktu terbaik untuk pengamatan mulai Matahari terbenam sampai tengah malam meski[un tidak menutupi kemungkinan masih menemukan lintasan hujan meteor dari tengah malam sampa fajar saat rasi Capricorn mencapai ufuk barat.
12 Agustus – Hujan Meteor Perseid
Dimulai tanggal 17 Juli – 24 Agustus, hujan meteor Perseid yang berasal dari debu komet Swift-Tuttle tersebut akan mencapai puncak tanggal 12 Agustus. Di malam puncak diperkirakan 100 meteor akan melintas setiap jam dan tampak datang dari rasi Perseus. Untuk lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya, pengamat bisa menyaksikan setidaknya 50-75 meteor setiap jam.
Rasi Perseus baru terbit tengah malam yakni pukul 00:14 WIB dari arah timur laut. Bulan sudah terbenam ketika rasi Perseus terbit sehingga pengamat bisa bebas dari cahaya Bulan saat berburu hujan meteor Perseid.
8 Oktober — Hujan Meteor Draconid
Hujan meteor minor yang tampak datang dari rasi Draco ini akan berlangsung dari tanggal 6 – 10 Oktober. Puncaknya tanggal 8 Oktober dengan laju 10 meteor per jam. Hujan meteor Draconid berasal dari sisa debu komet 21P Giacobini-Zinner. Hujan meteor ini bisa dinikmati setelah Matahari terbenam sampai rasi Draco terbenam pukul 21:33 WIB.
Bulan sabit tipis ti ufuk barat tidak menjadi penghalang untuk berburu Draconid di Rasi Draco di arah utara. Agak sulit untuk menemukan rasi yang satu ini karena posisinya yang cukup rendah di horison. Carilah lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya untuk berburu meteor Draconid.
10 Oktober – Hujan Meteor Taurid Selatan
Hujan meteor Taurid berasal dari butiran debu Asteroid 2004 TG10 dan sisa debu Komet 2P Encke, berlangsung sejak 10 September – 20 November dan tidak pernah menghasilkan lebih dari 5 meteor per jam. Menariknya, hujan meteor taurid ini kaya dengan bola api.
Puncak hujan meteor yang tampak datang dari rasi Taurus berlangsung tanggal 10 Oktober, hanya dengan 5 meteor per jam yang lajunya hanya 28 km/detik. Hujan meter Taurid bisa diamati setelah Matahari terbenam saat rasi Taurus juga terbit di arah timur sampai jelang fajar saat rasi ini akan terbenam di barat.
Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor Taurid Selatan mulai pukul 21:00 WIB ketika Bulan sudah terbenam dan radian Taurid Selatan sudah ckup tinggi.
20-21 Oktober – Hujan Meteor Orionid
Hujan meteor Orionid yang berasal dari sisa debu komet Halley akan kembali menghiasi langit malam dari 2 Oktober sampai 7 November. Sesuai namanya, hujan meteor Orionid tampak muncul dari rasi Orion si Pemburu dan mencapai puncak pada tanggal 21 Oktober.
Saat malam puncak, hujan meteor Orionid yang seharusnya memproduksi 25 meteor per jam dengan laju 66 km/detik akan sulit diamati karena cahaya Bulan Purnama.
12 November – Hujan Meteor Taurid Utara
Hujan meteor Taurid Utara juga tampak datang dari rasi Taurus dan dimulai dari tanggal 20 Oktober – 10 Desember dengan puncak pada tanggal 12 November. Saat malam puncak, Hujan Meteor Taurid Utara akan menghiasi langit dengan 5 meteor per jam dengan laju 29 km/jam.
Rasi Taurus terbit setelah Matahari terbenam dan bisa diamati sampai fajar menyingsing. Sementara itu, Bulan perbani awal baru akan terbenam tengah malam. Cahaya Bulan bisa menjadi polusi cahaya alami, karena itu waktu pengamatan terbaik bisa dilakukan mulai tengah malam sampai elang fajar. Perpaduan hujan meteor Taurid Utara dan Selatan yang masih berlangsung di akhir Oktober dan awal November menjadi atraksi menarik di langit. Apalagi dengan kehadiran fireball.
17 November – Hujan Meteor Leonid
Hujan meteor Leonid tahunan yang satu ini berlangsung dari 6 – 30 November dan malam puncak akan terjadi pada tanggal 17 – 18 November. Pengamat yang berburu leonid bisa menikmati 10 meteor per jam yang melaju dengan kecepatan 71 km/det. Hujan meteor Leonid yang berasal dari sisa debu komet Tempel-Tuttle akan tampak datang dari arah rasi Leo.
Bagi pemburu meteor, rasi Leo baru akan terbit tengah malam pada pukul 00:19 WIB. Bulan cembung akan jadi sumber polusi cahaya alami dalam perburuan meteor ini.
21 November – Hujan Meteor alpha-Monocerotid
Hujan meteor ?-Monocerotid berlangsung dari tanggal 15 – 25 November dan mencapai puncak pada tanggal 21 November. Hujan meteor yang tampak muncul dari rasi Canis Minor ini memiliki laju meteor per jam yang beragam saat mencapai maksimum. Meskipun demikian, pengamat bisa mengamati setidaknya 5 meteor per jam saat malam puncak hujan meteor.
Hujan meteor ?-Monocerotid berasal dari puing-puing komet C/1917 F1 (Mellish) dan bisa diamati mulai pukul 21:37 WIB ketika rasi Canis Minor terbit sampai fajar menyingsing. Bulan cembung akan jadi sumber polusi cahaya alami dalam perburuan meteor ini.
2 Desember — Hujan Meteor Pheonicid
Hujan meteor Pheonicid berlangsung dari tanggal 28 November – 9 Desember dan mencapai puncak pada tanggal 2 Desember. Hujan meteor yang tampak muncul dari rasi Pheonix ini memiliki laju meteor per jam yang beragam saat mencapai maksimum. Meskipun demikian, pengamat bisa mengamati setidaknya 12 meteor per jam saat malam puncak hujan meteor.
Hujan meteor Pheonicid berasal dari puing-puing komet D/1819 W1 (Blanpain) dan bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai kisaran pukul 03:00 WIB. Waktu terbaik untuk mengamati puncak hujan meteor Pheonicid adalah pukul 20:00 WIB saat titik arah datang meteor berada pada titik tertinggi di langit.
Bulan sabit tipis baru terbit dini hari setelah Pheonicid terbenam.
6 Desember — Hujan Meteor Puppid-Velid
Hujan meteor Puppid-Velids berlangsung dari tanggal 1 – 15 Desember dan mencapai puncak pada tanggal 6 Desember. Hujan meteor yang tampak muncul dari rasi Puppis ini memiliki laju 10 meteor per jam saat mencapai maksimum.
Hujan meteor Puppid-Velids baru bisa diamati setelah rasi Puppis yang jadi radian hujan meteor ini terbit pada pukul 20:26 WIB dan bisa diamati sampai fajar menyingsing. Waktu terbaik untuk mengamati puncak hujan meteor Puppid-Velids adalah pukul 03:00 WIB saat titik arah datang meteor berada pada titik tertinggi di langit. Bulan sudah terbenam ketika rasi Puppis terbit.
14 Desember – Hujan Meteor Geminid
Hujan meteor Geminid akan menjadi merupakan atraksi menarik di langit malam dengan 150 meteor per jam pada saat mencapai maksimum.
Hujan meteor yang tampak datang dari rasi kembar Gemini ini berlangsung dari tanggal 4 — 20 Desember dengan intensitas maksimum akan terjadi tanggal 14 Desember. Hujan meteor Geminid yang berasal dari puing-puing asteroid 3200 Phaethon, melaju dengan kecepatan 35 km/detik dan bisa dinikmati kehadirannya setelah rasi Gemini terbit pukul 20:01 WIB.
Waktu terbaik untuk mengamati puncak hujan meteor Geminid adalah pukul 02:30 WIB setelah Bulan cembung terbenam.
22 Desember – Hujan Meteor Ursid
Hujan meteor Ursid akan jadi atraksi terakhir tahun 2021. Hujan meteor Ursid yang berlangsung dari tanggal 17 – 26 Desember, akan tampak datang dari rasi Ursa Minor. Artinya, hanya pengamat di belahan Bumi Utara atau di atas garis khatulistiwa yang bisa menikmati lintasan meteor Ursid.
Rasi Ursa Minor akan terbit lewat tengah malam bagi pengamat di belahan Bumi Utara. Untuk pengamat di belahan Bumi Selatan, Ursa Minor terbit hampir bersamaan dengan Matahari terbit. Jadi hujan meteor Ursid tidak akan teramati oleh pengamat yang tinggal di bawah garis khatulistiwa.
Puncak hujan meteor Ursid terjadi tanggal 22 Desember 2021 dan meteor yang melintas di langit akan bergerak dengan kecepatan 33 km/jam. Di malam puncak pengamat hanya bisa melihat 10 meteor per jam dari sisa komet 8P/Tuttle yang dilintasi Bumi.
Clear Sky!
2 komentar