fbpx
langitselatan
Beranda » Babak Baru Eksplorasi Bulan

Babak Baru Eksplorasi Bulan

Setelah tahun 1972, tidak ada lagi misi berawak yang diluncurkan ke Bulan. Selain alasan politik, dari sisi sains, NASA tidak lagi melihat pendaratan di Bulan sebagai tujuan utama. Misi ke Bulan sudah membawa pulang 382 kg materi dari Bulan untuk diteliti dan dianalisis. Karena itu, fokus pun berubah pada misi tanpa awak yang lebih menguntungkan dari sisi pendanaan.

Beberapa Dekade Kemudian

Peta topografi Bulan yang dipotret Lunar Reconnaissance Orbiter. Kredit: NASA
Peta topografi Bulan yang dipotret Lunar Reconnaissance Orbiter. Kredit: NASA

Baru pada era 90-an berbagai misi dikirim ke Bulan baik untuk mengorbit, menabrak, mendarat, menjelajah, ataupun terbang lintas menuju objek yang dijadikan target.

Pada tahun 1990, Jepang meluncurkan Hiten, robot penyidik Bulan pertama milik Jepang. Meski diluncurkan tahun 1990, Hiten baru mengorbit Bulan pada Februari 1993, dan menjadi misi pertama selain Amerika dan Uni Soviet sekaligus wahana pertama yang kembali ke Bulan setelah Luna 24.

Tahun 1994, Wahana Pengorbit Clementine diluncurkan sebagai kerjasama NASA dan Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). Misi ini berhasil memetakan Bulan pada panjang gelombang ultraungu sampai inframerah, dan memperlihatkan kehadiran es pada beberapa kawah di Bulan. Keberadaan es di kutub Bulan dikonfirmasi oleh pengorbit Lunar Prospector milik NASA pada tahun 1999.

Selain Jepang, pada tahun 2003 Badan Antariksa Eropa (ESA) mengirimkan pengorbit SMART-1 ke Bulan. Misi SMART-1 untuk mempelajari Bulan diperpanjang pada tahun 2005 selama satu tahun, misi ini berakhir dengan menabrakan diri ke permukaan Bulan pada tahun 2006.

Bulan September 2007, Pengorbit Bulan kedua milik Jepang diluncurkan. Misi SELENE atau yang populer dengan nama Kaguya ini mengorbit Bulan sampai tahun 2009. Pengorbit SELENE melakukan pemetaan dan berhasil memetakan lokasi uranium, thorium, dan potasium di Bulan.

Pada tahun yang sama, selain Jepang, untuk pertama kalinya China bergabung di Bulan dengan mengirimkan Wahana Pengorbit Chang’e 1 pada bulan Oktober 2007. Misi ini juga berakhir pada tahun 2009 dengan menabrakan dirinya ke permukaan Bulan.

Tahun 2008, India menjadi negara ke-6 yang bergabung di Bulan lewat pengorbit Chandrayaan-1 yang membawa serta wahana penabrak Moon Impact Probe (MIP). Selama mengorbit, Chandrayaan-1 berhasil menemukan keberadaan air es di Bulan. Satu tahun kemudian, misi Lunar Reconnaissance Orbiter NASA berhasil membuat peta permukaan Bulan resolusi tinggi sekaligus menemukan lokasi di permukaan Bulan dengan temperatur paling dingin yakni -238ºC.

Setelah 37 tahun, akhirnya China bergabung dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk mendarat di Bulan. Wahana Chang’e 3 yang membawa serta robot penjelajah Yutu berhasil mendarat di sisi dekat Bulan. Bulan Oktober 2015, Yutu berhasil memecahkan rekor sebagai robot penjelajah yang paling lama beroperasi di Bulan.

Penjelajah Yutu-2 menjejakkan kaki di Kawah Von Kármán, pada sisi jauh bulan. Kredit: CNSA
Penjelajah Yutu-2 menjejakkan kaki di Kawah Von Kármán, pada sisi jauh bulan. Kredit: CNSA

Tahun 2018, misi Chang’e 4 yang membawa robot penjelajah Yutu 2 menjadi wahana pertama yang mendarat di sisi jauh Bulan. Keberhasilan misi ini sekaligus menjawab tanda tanya seperti apa wajah sisi jauh Bulan. Setelah tiba di sisi jauh Bulan, Chang’e 4 mengirimkan foto-foto pertamanya. Selain itu, Chang’e 4 juga membawa serta kehidupan dalam wadah khusus berbahan alumunium seberat 3 kg. Di dalam wadah terdapat telur ulat sutra, dan benih tomat, kentang maupun tanaman Arabidopsis yang akan dipantau pertumbuhannya.

Baca juga:  Fenomena Langit Bulan Januari 2016

Satu tahun kemudian, untuk pertama kalinya Israel mengirimkan misi ke Bulan yang dibiayai oleh swasta. Wahana Baresheet yang diluncurkan Februari 2019 tersebut berhasil memasuki orbit Bulan pada tanggal 4 April 2019 namun akhirnya hancur saat gagal mendarat pada tanggal 11 April 2019. Wahana Baresheet milik SpaceIL merupakan misi swasta pertama untuk pendaratan di Bulan. Selain itu Israel juga mencatatkan dirinya sebagai negara ke-7 yang mengorbit Bulan, dan negara ke-4 yang mencoba mendarat di Bulan setelah Uni Soviet, Amerika, dan China.

Masih di tahun 2019, India kembali meluncurkan pengorbit Chandrayaan-2 yang sampai saat ini masih mengorbit Bulan. Chandrayaan-2 membawa robot pendarat Vikram dan robot penjelajah Pragyan, yang pada akhirnya gagal mendarat dan setelah mengalami tabrakan justru hilang tanpa jejak.

Terbang Lintas

Mariner 10 yang menuju Merkurius dan Venus melakukan terbang lintas di Bulan. Kredit: NASA
Mariner 10 yang menuju Merkurius dan Venus melakukan terbang lintas di Bulan. Kredit: NASA

Sejak tahun 1958, telah dikirimkan misi yang tujuannya hanya melakukan terbang lintas. Pada umumnya, terbang lintas dilakukan untuk memanfaatkan gravitasi sebuah benda langit, dalam hal ini adalah Bulan, untuk menuju ke targetnya.

Pada tahun 1973, misi Mariner 10 diluncurkan untuk mempelajari Merkurius dan Venus saat melakukan terbang lintas di dua planet tersebut. Akan tetapi pada minggu pertama perjalanannya, Mariner 10 melakukan terbang lintas di Bulan dan memotret kutub utara Bulan. Selain Mariner 10, wahana ISEE-3 juga melakukan terbang lintas untuk memperoleh dorongan gravitasi ke komet 21P/Giacobini-Zinner.

Beberapa wahana lain juga melakukan terbang lintas untuk memperoleh bantuan dari gravitasi Bulan untuk bisa ditempatkan di orbit Bumi. Di antaranya adalah WMAP, teleskop luar angkasa yang memetakan perbedaan temperatur di alam semesta, serta TESS, teleskop yang bertugas untuk mencari eksoplanet lewat metode transit.

Selain misi yang dibiayai negara, wahana yang melakukan terbang lintas juga ada yang milik swasta. Yang pertama adalah PAS-22 milik Panamsat yang kemudian berubah nama dan kepemilikannya menjadi HGS-1 milik Hughes Global Services (kini Boeing). HGS-1 melakukan terbang lintas di Bulan untuk memperoleh bantuan gravitasi sebanyak dua kali agar dapat kembali ke orbit geosynchronous setelah terjadi kegagalan peluncuran. HGS-1 memang bukan satelit yang dirancang khusus untuk ke Bulan. Akan tetapi, terbang lintas yang dilakukan untuk kembali ke jalur yang benar membuat satelit komunikasi ini jadi satelit swasta pertama yang mencapai Bulan.

Wahana swasta kedua yang melakukan terbang lintas di Bulan, sekaligus wahana swasta pertama yang memang dirancang untuk melakukan terbang lintas di Bulan adalah misi 4M atau Manfred Memorial Moon Mission. Misi ini diluncurkan tahun 2014 oleh LuxSpace dari Luxembourg.

Kembali ke Bulan

Ilustrasi kembali ke Bulan yang direncanakan dalam Proyek Artemis pada tahun 2024. Kredit: NASA
Ilustrasi kembali ke Bulan yang direncanakan dalam Proyek Artemis pada tahun 2024. Kredit: NASA

Sudah lebih dari 50 tahun tidak ada lagi misi berawak ke Bulan. Selain itu, kita pun sudah memiliki peta Bulan yang sangat detil dari gabungan data misi Apollo dan data pengamatan berbagai wahana yang sedang bertugas di Bulan. Meskipun demikian, harapan untuk kembali menjejakkan kaki di Bulan masih terus digaungkan. Untuk Amerika Serikat, kembali ke Bulan bisa menjadi pijakan awal sebelum menuju ke Mars. Sementara itu untuk beberapa negara seperti China, Jepang, dan Rusia, ini akan menjadi langkah pertama untuk mengunjungi objek di luar Bumi.

Baca juga:  Melacak Jejak Chang'e 3 di Bulan

Untuk itu, NASA merancang proyek Artemis yang akan membawa manusia kembali ke Bulan pada akhir tahun 2021. Misi berawak pertama akan diluncurkan dalam proyek Artemis 2 tahun 2023. Misi ini direncanakan bukan hanya membawa kembali manusia (pria) ke Bulan, namun juga akan membawa astronaut perempuan pertama untuk menjejakkan kaki di Bulan.

Pada tahun yang sama, perusahaan swasta SpaceX juga berencana mengirimkan misi berawak untuk wisata Antariksa. Selain SpaceX, perusahaan swasta Blue Origin juga akan ke Bulan dan membangun pangkalan di Bulan sebagai tempat tinggal manusia.  Pada tahun 2024, Artemis 3 direncanakan akan kembali membawa astronaut disusul oleh Rusia yang akan membawa misi berawak untuk mengorbit Bulan.

Misi berawak ke Bulan juga sudah direncanakan oleh China, Jepang, dan Rusia, untuk diluncurkan pada tahun 2030-an namun masih belum memperoleh kepastian tanggal maupun pendanaan.

Jadi akankah manusia kembali ke Bulan? Kita tunggu saja.


Daftar lengkap misi ke Bulan sejak tahun 1958 sampai saat ini bisa dilihat di laman Misi Bulan

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Avatar photo

Wicak Soegijoko

Alumni astronomi ITB yang saat ini bergerak dalam bidang jual beli hape langka. Mantan tukang parkir satelit. Suka ceprat cepret heavenly body.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini