fbpx
langitselatan
Beranda » Cerita di Balik Pergolakan Awan Molekul Kelahiran Bintang

Cerita di Balik Pergolakan Awan Molekul Kelahiran Bintang

Proses terbentuknya bintang memang telah diketahui para astronom. Akan tetapi di balik semua itu, masih saja ada yang tersimpan dalam kabut misteri. Tak bisa dipungkiri mash banyak informasi penting yang harus diungkap satu demi satu ketika instrumen yang tepat telah tersedia.

Nebula Orion yang dipotret Hubble Space Telescope. Kredit : HST

Informasi yang kali ini diperoleh berasal dari Rasi Perseus. Di dalam rasi ini terdapat area yang jadi semacam taman bermain bintang atau kita bisa sebut sebagai area berkumpulnya bintang yang masih kanak-kanak. Dan selayaknya anak-anak, area ini pun tidak tenang melainkan penuh gejolak dan suram. Tak mudah melihat area tersebut, namun kali ini para astronom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics yang dipimpin oleh Jaime Pineda berhasil melihat dari dekat area kumpulan anak bintang itu. Hasilnya sangat mencengangkan karena para peneliti berhasil mengamati langkah yang sangat penting dalam hal pembentukan bintang.

Apa Yang Terjadi ?
Di astronomi, memahami proses pembentukan bintang merupakan salah satu kunci penting. Berbagai pemodelan telah dibuat oleh para ahli teori namun dibutuhkan pengamatan yang dapat mendukung sekaligus juga memodifikasi ide yang ada.

Bintang terbentuk di dalam gas dan debu anta bintang yang rapat atau yang juga dikenal sebagai awan molekular. Di dalam awan seperti ini, materi jadi bergelembung seperti halnya sup yg sedang mendidih. Sesaat lamanya energi dari pergolakan yang terjadi justru mendukung kondisi awan terhadap keruntuhan gravitasi. Pada akhirnya, gravitasi mulai menarik bagian yang rapat dari bagian dalam awan secara bersama-sama. Ketika materi di dalam rumpun sudah mengalami kehilangan gerak internal yang cukup, mereka akan berkondensasi menjadi inti. Dari inti inilah yang kemudian membentuk jadi protobintang.

Dalam prosesnya, molekul gas dan debu harus mengalami perlambatan yang cukup agar gravitasi dapat mulai menarik mereka bersama-sama masuk ke protobintang. Pada kondisi seperti ini sudah sulit untuk membedakan awan materi yang menuju protobintang dengan materi yang masih sangat aktif.

Bagaimana Menemukannya?
Nah, karena awan molekul tidak bersinar dalam cahaya tampak, para astronom menggunakan teleskop inframerah dan teleskop radio untuk melakukan pengukuran. Dengan menggunakan teleskop radio Byrd 100 meter di Green Bank, WV untuk memetakan temperatur dan gerak awan, Pineda dan timnya berhasil menentukan dengan jelas batasan disekeliling protobintang untuk yang pertama kalinya.

Hasil ini memungkinkan para astronom untuk menetapkan zona untuk mengetahui apakah materi di dalam batasan itu “siap digunakan” dalam proses pembentukan bintang. Di sisi lain, gas di luar batasan tersebut masih harus berhadapan dengan masalah turbulensi sebelum meneruskan untuk membentuk bintang.

Teori memprediksi, area di sekitar protobintang, gaya gravitasi pembentukan bintang akan melambat dan menangkap lebih banyak materi dari awan induk. Dengan ukuran dan bentuk area yang masih belum dapat diketahui.

Baca juga:  Fast & Furious yang dibintangi Sepasang Kuasar

Yang benar-benar tidak diketahui adalah apakah materi tersebut akan mengalami transisi bertahap ataukah secara tiba-tib menjadi sebuah “pulau tenang di dalam laut yang bergolak”. Sebuah istilah yang diberikan Alyssa Goodman salah satu peneliti tersebut.

Identifikasi transisi yang tajam merupakan terobosan untuk memahami proses pembentukan bintang. Dan penelitian yang dilakukan Pineda dan tim juga memberikan batasan yang kuat dalam hal bagaimana protobintang terbentuk.

Yang menarik, karena ini merupakan pengamatan pertama yang bisa menandai terjandinya transisi, maka belum ada teori yang menggambarkannya. Untuk itu, saat ini para astronom teoretik memiliki tugas baru untuk mereproduksi hasil pengamatan ini agar pemodelan yang mereka buat tetap layak.

Sumber : Smithsonian Institution

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

5 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • pada tgl 11 Spt 1986, pukul 20 perisis, diarah barat saya pernah melihat seberkas cahaya yang cukup terang, dengan ukuran lebih terang dari Venus, Cahaya itu timbul tenggelam, dan berubah-rubah warnanya, bila mau muncul warnanya Biru fading kekuningan, dan bila mau hilang warnanya merah, peristiwa itu bersangsung selama +/- 20 menit, dan kemudian tak muncul lagi, APAKAH YANG SAYA LIHAT ITU CAHAYA LEDAKAN BINTANG, Catatan ini saya tulis di Buku AGENDA SAYA, trims

  • Mengagumi Kemegahan ANGKASA,sudah tertanam di hati dan pikiranku dari kecil, dan suatu hari saya pernah melihat BINTANG BERGESER DARI POSISINYA, melintas dari satu titik ke titik lainya dengan pola lintasan menyerupai hurup S miring 30 derajat, dan melintas dengan cukup perlahan, tidak seperti lintasan meteorit yang lurus dan sekejap.
    APAKAH YANG SAYA LIHAT ITU SATELIT YANG PINDAH POSISI.
    Peristiwa ini dan diatas saya saksikan didaerahku dengan suasana langit cerah penuh bintang. trims

  • subhanallah………
    ternyata emang luar biasa alam semesta ini….
    kereeeeennnn……..

  • Tanggal 29 September 2010, RCTI memberitakan Pada minggu malam,
    26-09-2010 pukul 20 telah terjadi
    Fenomena Penampakan Berkas Cahaya berwarna warni dilangit jakarta,
    menurut saksi mata cahaya tersebut semula berwarna putih kemudian
    berubah warna, dan yang lebih menakjubkan Titik titik cahaya tersebut bergerak berubah posisi dari formasi lingkaran,segitiga, hinga berderet lurus.

    Fenomena yang berlangsung selama 15 Menit tersebut Oleh kru RCTI
    dilaporkan ke LAPAN Bandung,sayangnya Peneliti LAPAN tak memberi jawaban
    yang pas dihati, seraya merujuk kemungkinan cuma berupa Helicopter Remote atau baloon udara.

    Tapi bagiku, peristiwa tersebut seolah mengkonfirmasi sekaligus dua perstiwa
    yang pernah saya saksikan di waktu yang berbeda.

    Agak nesu dengan jawaban Peneliti LAPAN Sejenak kemundian saya berfikir dan mencoba merecall sebagian memori,yang kudapati jawaban tersebut justru ada di hadapan saya “Monitor Komputer”.

    Saya teringat dokumenter Ilmuan Korea penemu PDP, mereka mengatakan rumusan
    Kuno element pembentuk alam bahwa :
    Padat + Energi = Cair
    Cair + Energi = Gas
    Gas + Energi = Cahaya atau Plazma.

    Mereka menguji tabung kaca berisi gas tertentu dimasukan ke dalam Microwave
    Tabung kemudian berpendar berkilauan, perbedaan gain energi dan frekwesi
    membuat warna cahaya berubah dan menampakan semua spektrumnya.

    Dan ILMUAN KOREA meyakini kilauan warna pada NEBULA dan benda angkasa lainya
    berasal dari metoda yang sama yakni PLAZMA, Ketika Energi berpadu dengan Gas
    maka jadilah Cahaya Plazma,(G+E=P). Menurutnya pula Galaxy adalah Lautan
    Plazma.

    Berita RCTI tersebut saya rekam, dan saya juga memiliki rekaman sendiri Venus yang sangat terang, juga rekaman sendiri Pelangi yang melengkung 180d
    hingga bumi seolah memiliki cincin seperti Saturnus.

    Terima kasih.