LEAP: Biosignature: Petunjuk Keberadaan Kehidupan di Luar Bumi

Pemenang ke-1  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Ninuk Purwanti (Jakarta Selatan, DKI. Jakarta)

Galaksi tempat kita berada, galaksi Bima Sakti, dihuni sekitar 200 miliar bintang. Sementara itu, di alam semesta diperkirakan ada kurang lebih dua triliun galaksi! Jika bintang dan galaksi yang ada di alam semesta sebanyak itu, dan hukum kimia dan fisika berlaku universal, tidak mungkinkah ada planet-planet atau sistem keplanetan seperti di tata surya kita?

LEAP: Perjalanan Skala Rio Sebagai Acuan Dampak Penemuan Makhluk Cerdas di Luar Bumi

Pemenang ke-2  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Paramitha Retno Probowening (Bandung, Jawa Barat)

Pernahkah Anda memandangi langit di malam hari dan berpikir dalam-dalam tentangnya? Fakta bahwa langit dihiasi oleh bintang-bintang yang jumlahnya tak terhingga membuat kita bertanya-tanya, apakah kita sendirian di alam semesta yang sedemikian luas ini? Apakah ada makhluk cerdas lain dengan peradaban yang kurang lebih sama atau bahkan lebih maju daripada peradaban manusia di Bumi?

LEAP: Mengungkap Misteri Pencarian Kecerdasan Ekstra Terestrial (SETI) dengan Kecerdasan Buatan (AI) Ciptaan Makhluk Bumi

Pemenang ke-3  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Dzerlina Syanaiscara Rahari (Klaten, Jawa Tengah)

Beberapa dari Anda mungkin adalah penggemar berat film Star Wars yang episode pertamanya tayang pada tahun 1977. Film yang mengisahkan tentang perjalanan antar galaksi dan pertemuan manusia dengan berbagai makhluk luar angkasa tersebut bahkan telah mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai komunitas penggemarnya. Pada berita terakhir, ada cabang olahraga baru yang dikembangkan dari senjata yang dipakai oleh para jedi dalam tokoh Star Wars yaitu pedang cahaya (lightsaber).

LEAP: Peranan Astrobiologi dan Kedokteran Luar Angkasa dalam Pencarian Kehidupan Ekstraterestrial

Artikel terbaik ke-4  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Thiea Arantxa (Jakarta Barat, DKI Jakarta)

Manusia memiliki pertanyaan-pertanyaan fundamental mengenai kehidupan di alam semesta, dan salah satunya ialah: apakah kita sendirian di alam semesta ini? Lebih jauh lagi, apakah kita dapat mencari sumber kehidupan lain selain Bumi?

LEAP: Sudah Selesaikah Kita dengan Kehidupan di “Gurun Beku” Itu?

Artikel terbaik ke-5  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Moh. Fikri Aulya Nor (Bandung, Jawa Barat)

Gurun Kematian

Di ujung langit, terdapat sebuah titik kecil berwarna merah, seperti kumpulan tetes darah prajurit dalam perang, yang dikorbankan untuk para dewa. Namun, bintang itu bukanlah dewa, melainkan sebuah dunia lain, dunia yang seperti kita. Sebuah daratan gurun yang luasnya sejauh mata memandang tanpa birunya samudera. Walaupun begitu, di sana juga terdapat pegunungan dan lembah-lembah. Yang paling menarik adalah adanya ngarai raksasa, lembah “super raksasa”, yang belakangan disebut Mariner Valley. Ngarai itu tampak seperti kanal-kanal buatan manusia, bukan buatan alam.

LEAP: Sinyal Radio, si Pencari Kehidupan

Artikel terbaik ke-6  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Erina Prastyani (Kulon Progo, DI Yogyakarta)

Jika mendengar kata “radio”, apa yang mungkin terpikirkan oleh kita ? Ya, alat yang dapat digunakan untuk mendengarkan siaran berita, musik, talkshow yang dibawakan oleh penyiar radio. Namun, apakah penggunaan radio hanya sebatas itu saja ?

LEAP: Eksplorasi Tanpa Batas: Sinyal Pencari Kehidupan

Artikel terbaik ke-7  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Samuel Sibuea (Balige, Sumatera Utara)

“The universe is a pretty big place.If it’s just us, seems like an awful waste of space”Carl Sagan

Apakah sejatinya kita memang hidup sendirian di alam semesta yang terbentang dengan sangat luas ini? Apakah tidak ada bentuk kehidupan cerdas lainnya selain kehidupan yang ada di Bumi? Pertanyaan tersebut sudah sering terngiang di kepala orang-orang awam dan para ilmuwan, termasuk Carl Sagan.

LEAP: Lautan Kosmik yang (Tidak) Mati

Artikel terbaik ke-8  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Hastia Fathsyadira (Bandung, Jawa Barat)

“Ketika dia, siapapun dewa itu, mengatur dan memisahkan massa yang tidak beraturan, dan mengurangi, memisahkannya menjadi bagian-bagian kosmik, pertama kali ia membentuk Bumi menjadi sebuah bola yang amat besar sehingga bentuknya akan sama dari setiap sisi… Dan, karena tiap wilayah tidak boleh tidak ada makhluk hidupnya, maka bintang-bintang dan bentuk-bentuk ilahi mendiami tingkatan-tingkatan langit, lautan didiami ikan-ikan yang bercahaya, Bumi mendapatkan penghuni binatang-binatang buas, dan burung-burung mendiami udara yang mengalir… Kemudian lahirlah manusia. Meskipun hewan-hewan lain kurang baik, dan selalu memandang ke tanah, ia memberi manusia wajah yang tengadah dan membuatnya berdiri tegak dan melihat ke langit.” – Ovidius, Metamorphoses, abad pertama –

LEAP: Gamma Ray Burst Sebagai Upaya dalam Pencarian Makhluk Asing (SETI)

Artikel terbaik ke-9  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Muh. Arsyad Ridwan (Makassar, Sulawesi Selatan)

SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) merupakan pencarian akan kehidupan ekstraterrestrial atau makhluk asing di luar angkasa menggunakan sinyal maupun teleskop. Pencarian makhluk hidup ini tentunya memenuhi rasa ingin tahu manusia akan kehidupan yang lain.

LEAP: Jelajah Miliaran Bintang: Apakah Terdapat Potensi Laik Huni Bagi Manusia?

Artikel terbaik ke-10  Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Mentari Eka Wahyuni (Umbulhardjo, D.I. Yogyakarta)

Pemandangan bintang di langit pada malam hari merupakan hal yang mudah kita lihat dengan menggunakan mata sehingga banyak diantara kita menganggap hal tersebut sudah biasa. Matahari sebagai pusat sistem Tata Surya kita merupakan salah satu bintang diantara miliaran bintang di luar angkasa.

LEAP: Menikmati Jagat Raya Sebagai Angka

Artikel 10 Besar Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Bayu Prahara (Banjaran, Jawa Barat)

Menikmati objek langit kala malam memang tiada habisnya terutama bagi mereka yang berada di wilayah dengan polusi lampu sedikit. Jika tidak ada gangguan seperti awan mendung dan cahaya dari bulan, bintang-bintang dilangit akan lebih terlihat karena cahaya dari mereka tidak tertutup atau kalah terang dari cahaya lain. Bahkan, kalau beruntung, kita bisa melihat sabuk tipis dari  galaksi Bima Sakti (Milky Way) dan galaksi Andromeda dengan syarat polusi lampu yang sedikit serta bulan berada pada fase mati. 

LEAP: Dari Antariksa Untuk Bumi Indonesia

Artikel 10 Besar Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Fathan Muhammad Alif (Bogor, Jawa Barat)

Sampai saat ini, bumi diyakini sebagai satu-satunya planet dalam tata surya yang dapat dihuni oleh makhluk hidup. Planet bumi dapat dihuni oleh makhluk hidup karena memiliki faktor-faktor yang dapat menunjang kelangsungan kehidupan diatasnya. Seperti yang dapat kita indra, berjuta kehidupan makhluk hidup ditopang oleh bumi dari waktu ke waktu. Tapi sebenarnya dibandingkan dengan alam semesta, bumi kita ini hanyalah ibarat sebutir debu dalam ukuran alam semesta yang teramat sangat luas ini.

LEAP: Ketika Hilal Terhisab

Artikel 10 Besar Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Marliya Ulfa (Mataram, Nusa Tenggara Barat)

Bentuknya melengkung dan berupa garis tipis. Ia bernama hilal. Sejatinya, ia adalah bulan sabit muda. Keberadaannya menjadi krusial karena menentukan momen hari besar dan ritual ibadah umat Islam. Ia menjadi penentu awal masuknya bulan baru dalam kalender Qomariyah. Metode  hisab menggunakan perhitungan astronomi. Apalagi di zaman teknologi yang maju ini, perhitungan dengan ilmu astronomi mutakhir memang sangat akurat sehingga kekeliruan yang mungkin terjadi dalam memutuskan awal suatu bulan Qamariah sangat kecil.

LEAP: Penjelajahan Antariksa : Merekonstruksi Pola Pikir Manusia

Artikel 10 Besar Lomba Esai Artikel Astronomi Populer (LEAP) LS
Penulis: Elika Prameswari Fariyanto  (Bogor, Jawa Barat)

Pada abad ke-20 ini, di mana masyarakat hidup dalam modernisasi, ilmu pengetahuan berkembang secara pesat. Berbagai hipotesis ilmiah dari para ilmuwan pendahulu secara bertahap telah mendapat bukti-bukti konkret. Misalnya, teori relativitas Albert Einstein yang belum lama ini telah diklarifikasi salah satu bukti kebenarannya melalui terdeteksinya gelombang gravitasi dari dua buah lubang hitam supermasif yang bertumbukan. Percobaan pengukuran gelombang gravitasi sebenarnya telah dilakukan sejak 1960, namun pengukurannya masih sangat sulit dilakukan sehingga sebelumnya belum pernah teramati secara langsung. Gelombang gravitasi berhasil diamati melalui sistem LIGO (Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory) di Amerika yang telah melakukan pengamatan sejak tahun 2002.

Sayangnya, masih banyak masyarakat awam yang menganut paham-paham yang seakan-akan memiliki pembuktian ilmiah, namun pada dasarnya memiliki kesalahan konsepsi karena tidak memenuhi persyarakan metode ilmiah. Kesalahan konsepsi ini dinamakan ilmu semu atau pseudosains. Pseudosains memiliki pengertian sebuah pengetahuan, metodologi, keyakinan, atau praktik yang diklaim sebagai ilmiah tetapi tidak mengikuti metode ilmiah. Istilah pseudosains ini pertama kali muncul pada tahun 1843, merupakan kombinasi dari bahasa Yunani pseudo, berarti palsu atau semu dan bahasa Latin scientia, berarti pengetahuan atau bidang pengetahuan. Saat ini masih banyak pseudosains yang beredar dan dipercaya oleh masyarakat, misalnya saja membaca sifat dan karakter seseorang dari golongan darahnya, membaca nasib seseorang dari rasi bintang atau sering disebut astrologi, dan yang paling banyak terdengar belum lama ini adalah paham bumi datar.