fbpx
langitselatan
Beranda » Berkenalan Dengan Hujan Meteor

Berkenalan Dengan Hujan Meteor

Kala malam, ada cahaya melesat cepat di langit mirip bintang jatuh. Peristiwa ini dikenal sebagai hujan meteor. Tapi apa itu hujan meteor?

Hujan meteor. Kredit: Cylonphoto/GettyImage/Canva
Hujan meteor. Kredit: Cylonphoto/GettyImage/Canva

Sekilas, meteor memang mirip dengan bintang yang sedang melesat melintasi langit malam. Biasanya lintasan cahaya ini hanya tampak selama beberapa detik dan ada yang sangat terang. 

Tentang Meteor

Untuk kita saat ini, peristiwa tersebut bukanlah misteri. Lintasan cahaya yang melesat cepat di langit malam itu kita kenal sebagai meteor. 

Meteor bukan bintang melainkan puing-puing asteroid maupun komet berukuran antara 30 mikrometer sampai 1 meter yang beredar bebas di Tata Surya. Benda-benda ini kita sebut sebagai meteoroid. Jadi, meteor adalah meteoroid yang memasuki atmosfer Bumi dan terbakar sehingga menghaslkan seleret cahaya di langit malam. 

Ketika meteor melintas di langit malam, kita bisa menyaksikan kilatan cahayanya selama beberapa detik saja. Akan tetapi, ada juga yang terangnya bertahan cukup lama sehingga bisa dilacak jalurnya. Selain itu ada meteor yang bisa kita ketahui asal usulnya, dan ada yang tidak. 

Meteor yang tidak diketahui asal usulnya kecuali itu adalah benda di Tata Surya dikenal sebagai meteor sporadis. Tapi, ada juga meteor atau lebih tepatnya kumpulan meteor yang melintas setiap tahun dan bisa kita ketahui asal usulnya. Peristiwa ini dikenal sebagai hujan meteor dan terjadi setiap tahun. 

Hujan Meteor

Hujan meteor Leonid tahun 1966. Kredit: NASA-ARC, A. Scott Murrell dan James W. Young
Hujan meteor Leonid tahun 1966. Kredit: NASA-ARC, A. Scott Murrell dan James W. Young

Hujan meteor terjadi ketika meteoroid yang masuk ke atmosfer Bumi tampak datang dari satu wilayah di angkasa. Ini terjadi saat Bumi melintasi area yang dipenuhi sisa debu komet. Puing-puing komet dengan ukuran lebih kecil dari butiran pasir itu memasuki atmosfer Bumi dan bertabrakan dengan gas. Akibatnya, udara panas menyelebungi partikel debu sehingga tampak bercahaya.

Meteor tersebut baru tampak ketika berada pada ketinggian 80 dan 120 km, tapi untuk partikel yang bergerak dengan kecepatan lebih tinggi, akan tampak pada ketinggian yang lebih tinggi lagi.  Ketika meteor bergerak di langit dengan kecepatan tinggi, akan tampak jejak cahaya yang ditinggalkan dan teramati selama beberapa detik.

Saat hujan meteor, pengamat di Bumi bisa melihat puluhan sampai ratusan meteor melintas di langit malam. Bahkan ada yang sampai ribuan meteor dalam sejam dan dikenal sebagai badai meteor.

Jika partikel debu yang melintas cukup besar, maka meteor tampak sangat terang dengan kecerlangan mencapai -4 magnitudo atau lebih. Ketika melintas, meteor terang ini akan tampak seperti bola api dan kecerlangannya bisa melebihi Venus.  Kadang ada juga bola api yang pecah atau meledak dan tampak sangat terang dengan kecerlangan minimal -14 magnitudo atau bisa mencapai 2 kali kecerlangan Bulan Purnama. 

Meteor pada umumnya tampak datang dari arah yang sama di langit. Untuk memudahkan, hujan meteor diberi nama sesuai arah datangnya dan terasosiasi dengan rasi bintang. Contohnya, hujan meteor Lyrid dari rasi Lyra, hujan meteor Leonid dari rasi Leo, hujan meteor Perseid dari rasi Perseus, maupun hujan meteor Orionid dari rasi Orion.

Baca juga:  Hujan Meteor Quadrantid 2019

Daftar Hujan Meteor Tahunan

NamaRadianAktivitasMaksZHRAsal
QuadrantidBootes28 Des-12 Jan3 – 4 Jan40 – 1002003 EH1
LyridLyra14-30 Apr22 Apr18Thatcher C/1861 G1
Eta AquaridAquarius19 Apr-28 Mei5 Mei50Halley
Delta Aquarid SelatanAquarius12 Jul–23 Agu30 Jul25Marsden & Kracht
Alpha CapricornidCapricorn3 Jul-15 Agus30 Jul52002 EX12
PerseidPerseus17 Jul-24 Agu12 Agu100Swift-Tuttle
DraconidDraco6-10 Okt8 Okt1021P Giacobini-Zinner
Taurid SelatanTaurus10 Sep-20 Nov10 Okt52P Encke
OrionidOrion2 Okt-7 Nov21 Okt25Halley
Taurid UtaraTaurus20 Okt–10 Des12 Nov52004 TG10
LeonidLeo6-30 Nov17-18 Nov10Tempel-Tuttle
GeminidGemini4-20 Des14 Des1503200 Phaethon
UrsidUrsa Minor17-26 Des22 Des108P/Tuttle
Hujan Meteor tahun yang bisa diamati dari seluruh dunia termasuk di Indonesia

Hujan Meteor dalam Sejarah

Ilustrasi hujan meteor Leonid atau lebih tepatnya badai meteor Leonid yang terjadi 12 -13 November 1833. Kredit: E. Weiß: Bilderatlas der Sternenwelt dipublikasikan tahun 1888.
Ilustrasi hujan meteor Leonid atau lebih tepatnya badai meteor Leonid yang terjadi 12 -13 November 1833. Kredit: Edmund Weiss dalam Bilderatlas der Sternenwelt yang dipublikasikan tahun 1888.

Jika kita kembali ke masa lalu berabad-abad lampau, masyarakat kuno belum mengetahui bahwa meteor berasal dari sisa debu komet. Pada masa itu, meteor dianggap merupakan ledakan yang terjadi pada atmosfer rendah di Bumi. Baru pada awal abad 18, Edmund Halley mengemukakan bahwa meteor berasal dari objek di luar Bumi. 

Leonid adalah salah satu hujan meteor tertua yang dicatat. Pada tahun 902, para pengamat di China mencatatkan peristiwa ini sebagai “bintang yang jatuh bak hujan”. Pengamatan pada tahun yang sama juga dilakukan oleh pengamat di Mesir dan Italia.

Pengamatan badai meteor Leonid tahun 1799 dan 1833 menjadi hujan meteor pertama yang tercatat secara ilmiah. Pada tahun 1799, Von Humboldt dan M. Bonpland melakukan pengamatan selama 4 jam dan menyaksikan ribuan meteor melesat di langit Cumana, Venezuela. Pengamatan lain juga dilakukan oleh pengamat yang berada 1200 km dari Cumana dan oleh Andrew Ellicott dari Florida.

Ribuan bola api dan bintang jatuh bak runtuh terus menerus selama empat jam dengan kecerlangan seperti Jupiter dan menyisakan jejak asap nan panjang. 

Von Humboldt, 1799.

Badai Leonid 1833

Pengamatan hujan meteor Leonid 1833, mencatat 60.000 – 100.000 meteor tampak dalam satu jam. Badai meteor tersebut tak pelak menimbulkan ketakutan dan berbagai spekulasi yang dikaitkan dengan bencana dan nasib buruk. Dari semua penjelasan, hanya Denison Olmsted yang bisa memberi penjelasan yang hampir akurat.

Menurut Olmsted, lintasan cahaya ini merupakan kenampakan meteor yang datang dari arah yang sama yakni rasi Leo serta berasal dari pecahan objek antariksa yang secara periodik melintasi Bumi. Hasil perhitungan Olmsted memperkirakan kalau diameter pecahan tersebut 1,6 km dan bergerak dengan kecepatan 6,4 km/detik. Saat peristiwa Leonid 1833, komet 55P/Tempel-Tuttle sedang mendekati perihelionnya. Namun hubungan antara komet dan hujan meteor masih belum diketahui.

Baca juga:  Asteroid Yang Melintasi Afrika Timur Bukanlah Ancaman

Pada era 1860-an, H. A Newton mengemukakan kalau badai Leonid yang besar itu sudah terlihat sebelumnya pada tahun 585, 902, 931, 934, 1002, 1202, 1366,1582, 1602 dan 1698. Dari infomasi ini ia menduga kalau badai meteor Leonid terjadi setiap 33,25 tahun dan terjadi saat Bumi melintasi partikel hujan meteor di bulan November.

Artinya badai berikutnya akan terjadi 13-14 November 1866. Dan memang terjadi dengan laju 2000 – 5000 meteor yang melintas setiap jam. Badai juga terjadi lagi di tahun 1867 dengan laju 1000 meteor setiap jam.

Tips Pengamatan

Langkah pertama dalam mengamati hujan meteor adalah mencari lokasi yang gelap dan tidak terkontaminasi polusi cahaya. Kenakan baju hangat, siapkan minuman hangat, dan tentu saja cemilan. Gunakan planisphere atau peta bintang baik yang dicetak maupun aplikasi pada gawai pintar untuk menemukan arah datang hujan meteor.

Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor adalah saat rasi yang jadi arah datang meteor sudah berada cukup tinggi di atas horison. Selain itu, kehadiran Bulan cembung dan Bulan purnama yang terang dan berpotensi menjadi polusi cahaya alami juga harus memperoleh perhatian.

Lakukan pengamatan saat hujan meteor mencapai aktivitas maksimum atau saat puncak. Pengamatan sudah bisa dimulai sejak sehari sebelum sampai sehari sesudah puncak hujan meteor.

Clear Sky! 

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini