fbpx
langitselatan
Beranda » Fenomena Langit Bulan Desember 2020

Fenomena Langit Bulan Desember 2020

Desember telah tiba! Saatnya Matahari mencapai titik balik selatan. Tidak hanya itu, Bulan juga akan berpapasan dengan planet, dan tentu saja saat terbaik untuk berburu hujan meteor Geminid!

Pasangan Bulan dan Venus sebelum okultasi 18 September 2017. Kredit: langitselatan
Pasangan Bulan dan Venus sebelum okultasi 18 September 2017. Kredit: langitselatan

Planet

Merkurius. Di awal Desember, Merkurius tampak sengat rendah di ufuk timur sehingga sulit untuk bisa diamati. Planet ini tampak terus turun mengejar Matahari di ufuk timur dan menghilang di balik cahaya Matahari.

Merkurius akan berkonjungsi dengan Matahari dan berada pada titik terjauh dari Bumi. Dengan demikian, Matahari akan berada di antara Bumi dan Merkurius. Akibatnya tentu saja planet ini akan menghilang dari pandangan pengamat di Bumi dan baru muncul lagi di barat setelah Matahari terbenam jelang akhir Desember. Meskipun demikian, Merkurius masih sangat rendah di ufuk barat sehingga lagi-lagi sulit untuk diamati.

Venus. Di sepanjang bulan Desember, si bintang kejora bisa diamati sebelum fajar menyingsing. Venus bisa diamati di rasi Libra sampai pertengahan Desember saat papasan dengan Bulan. Di penghujung Desember, bintang fajar ini sudah memasuki wilayah rasi Ophiuchus dan cukup rendah di ufuk timur.

Mars. Si planet merah ini masih bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai lewat tengah malam. Mars bisa dengan mudah ditemukan di rasi isces selama bulan Desember. Dan jelang akhir Desember, planet ini berpapasan dengan Bulan.

Jupiter, & Saturnus. Pasangan planet gas raksasa ini masih bisa diamati di sepanjang bulan Desember. Keduanya bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai kisaran pukul 21:00 WIB. Pertengahan Desember, kedua planet gas yang tampak berdekatan di langit ini akan berpapasan dengan Bulan dan selama beberapa hari jelang Natal, Jupiter dan Saturnus tampak sangat dekat hanya terpisah kurang dari 1º.

Untuk mudahnya, Jupiter dan Saturnus bisa ditemukan di arah barat di rasi Sagittarius dan di akhir Desember keduanya sudah berada di rasi Capricornus.

Uranus & Neptunus. Planet es raksasa ini terlalu redup untuk diamati dengan mata tanpa alat. Siapkan teleskop jika ingin melihat kedua planet es tersebut. Uranus bisa diamati di rasi Aries sementara Neptunus di rasi Aquarius. Keduanya bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai tengah malam.

Bulan

Fase Bulan Desember. Kredit: Fajar Ariadi/langitselatan
Fase Bulan Desember. Kredit: Fajar Ariadi/langitselatan

Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.

8 Desember. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.

13 Desember. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 361.773 km.

14 Desember. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan.

Saat Bulan Baru Desember, terjadi juga Gerhana Matahari Total yang sayangnya tidak melewati wilayah Indonesia.

22 Desember. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.

24 Desember.  Bulan di titik apogee. Bulan mencapai jarak dari Bumi pada jarak 405.012 km

30 Desember. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.

Baca juga:  Misteri Air di Atmosfer Jupiter

Gerhana

14 Desember – Gerhana Matahari Total

Totalitas dari balik awan di Maba. Kredit: Fajar Ariadi / langitselatan
Totalitas dari balik awan di Maba. Kredit: Fajar Ariadi / langitselatan

Gerhana Matahari Total 14 Desember akan menjadi gerhana terakhir di tahun 2020, sekaligus juga gerhana yang ditunggu para pemburu gerhana. Kehadiran korona Matahari dan cincin berlian saat peristiwa gerhana matahari total tentu menjadi atraksi langit menarik setelah sebelumnya disuguhi cincin api. Akan tetapi, peristiwa ini hanya bisa diamati oleh pengamat di sebagian Amerika Selatan dan sebagian Afrika. Lintasan totalitas gerhana juga hanya melintasi Lautan Pasifik, Chili, Argentina, dan lautan Atlantik.

Hujan Meteor

14 Desember – Hujan Meteor Geminid

Hujan meteor Geminid 14 Desember 2020 pukul 22:00 WIB. Kredit: Stellarium
Hujan meteor Geminid 14 Desember 2020 pukul 22:00 WIB. Kredit: Stellarium

Hujan meteor Geminid akan menjadi merupakan atraksi menarik di langit malam dengan 150 meteor per jam pada saat mencapai maksimum.

Hujan meteor yang tampak datang dari rasi kembar Gemini ini berlangsung dari tanggal 4 — 20 Desember dengan intensitas maksimum akan terjadi tanggal 14 Desember. Hujan meteor Geminid  yang berasal dari puing-puing asteroid 3200 Phaethon, melaju dengan kecepatan 35 km/detik dan bisa dinikmati kehadirannya setelah rasi Gemini terbit pukul 19:58 WIB.

Waktu terbaik untuk mengamati puncak hujan meteor Geminid adalah pukul 02:00 WIB saat titik arah datang meteor berada pada titik tertinggi di langit. Bulan tidak akan menjadi faktor pengganggu karena baru terbit dini hari pukul 04:49 WIB.

22 Desember – Hujan Meteor Ursid

Hujan meteor Ursid 22 Desember 2020 pukul 04:30 WIB. Kredit: Stellarium
Hujan meteor Ursid 22 Desember 2020 pukul 04:30 WIB. Kredit: Stellarium

Hujan meteor Ursid akan jadi atraksi terakhir tahun 2020. Hujan meteor Ursid yang berlangsung dari tanggal 17 – 26 Desember, akan tampak datang dari rasi Ursa Minor.  Artinya, hanya pengamat di belahan Bumi Utara atau di atas garis khatulistiwa yang bisa menikmati lintasan meteor Ursid.

Rasi Ursa Minor akan terbit lewat tengah malam bagi pengamat di belahan Bumi Utara. Untuk pengamat di belahan Bumi Selatan, Ursa Minor terbit hampir bersamaan dengan Matahari terbit. Jadi hujan meteor Ursid tidak akan teramati oleh pengamat yang tinggal di bawah garis khatulistiwa.

Puncak hujan meteor Ursid terjadi tanggal 22 Desember dan meteor yang melintas di langit akan bergerak dengan kecepatan 33 km/jam. Di malam puncak pengamat hanya bisa melihat 10 meteor per jam dari sisa komet 8P/Tuttle yang dilintasi Bumi.

Peristiwa

13 Desember — Bulan — Venus

Pasangan Bulan dan Venus tanggal 13 Desember 2020 pukul 04:30 WIB. Kredit: Stellarium
Pasangan Bulan dan Venus tanggal 13 Desember 2020 pukul 04:30 WIB. Kredit: Stellarium

Bulan sabit tua berjumpa dengan Venus sebelum fajar menyingsing. Venus terbit lebih dahulu pada pukul 03:49 WIB disusul Bulan sabit 4% terbit pukul 03:52 WIB. Keduanya hanya terpisah 1,6º dan berada pada ketinggian 24,8º ketika Matahari terbit.

Pada saat yang sama di sebagian wilayah Amerika dan Eropa bisa menyaksikan peristiwa Venus diokultasi oleh Bulan.

17 Desember — Bulan — Jupiter – Saturnus

Bulan, Jupiter, dan Saturnus yang membentuk segitiga pada 17 Desember 2020 pukul 19:00WIB. Kredit: Stellarium
Bulan, Jupiter, dan Saturnus yang membentuk segitiga pada 17 Desember 2020 pukul 19:00WIB. Kredit: Stellarium

Bulan sabit muda membentuk segitiga bersama Jupiter dan Saturnus dan bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai ketiga objek ini terbenam beriringan. Bulan, Jupiter, dan Saturnus bisa diamati pada ketinggian 29º di barat daya, dengan Bulan berada 2,9º di selatan Saturnus dan Jupiter. Planet Jupiter terbenam lebih dulu pukul 20:20 WIB, disusul Saturnus satu menit kemudian dan Bulan 23 menit setelah Saturnus terbenam.

20 Desember — Konjungsi Superior Merkurius

Konjungsi superior Merkurius. Kredit: langitselatan
Konjungsi superior Merkurius. Kredit: langitselatan

Merkurius akan berpapasan dekat dengan Matahari di langit sehingga planet ini menghilang dan tidak akan tampak bagi pengamat di Bumi. Pada saat konjungsi superior, Matahari berada di antara Merkurius dan Bumi, dan hanya terpisah 1,45°dari Matahari.

Ketika Merkurius sedang berada pada posisi terjauhnya dari Bumi, ia akan berada pada jarak 1,45 AU dari Bumi. Jika Merkurius bisa diamati, maka planet ini sangat redup dengan diameter piringan 4,6 detik busur.

Baca juga:  Menuju Akhir Misi Cassini

Peristiwa konjungsi inferior Merkurius menandai akhir kenampakan planet ini kala fajar dan mulai bertransisi untuk hadir kala senja dalam beberapa minggu lagi.

21 Desember – Solstice (Winter Solstice – Belahan Utara ; Summer Solstice – Belahan Selatan)

Ilustrasi Solstis musim dingin bagi mayarakat di Utara dan musim panas di belahan Selatan. Kredit: langitselatan
Ilustrasi Solstis musim dingin bagi mayarakat di Utara dan musim panas di belahan Selatan. Kredit: langitselatan

Titik balik musim dingin bagi masyarakat di Belahan Bumi Utara dan titik balik musim panas bagi penduduk di Bumi Belahan Selatan. Selain itu, bagi penduduk di belahan selatan, ini merupakan siang terpanjang dan bagi mereka yang berada di utara, ini adalah malam terpanjang.

Titik balik musim dingin akan terjadi tanggal 21 Desember pukul: 17:02 WIB, ketika Matahari berada di rasi Sagittarius.

21 Desember — Konjungsi Jupiter – Saturnus

Pasangan Jupiter dan Saturnus yang tampak seperti satu titik terang pada tanggal 21 Desember 2020. Kredit: Stellarium
Pasangan Jupiter dan Saturnus yang tampak seperti satu titik terang pada tanggal 21 Desember 2020. Kredit: Stellarium

Papasan duo planet raksasa Jupiter dan Saturnus saat Titik Balik Desember atau Solstis Musim Dingin yang menandai Matahari berada pada titik tertinggi di selatan ini menjadi peristiwa menarik.  Kedua planet akan tampak sangat dekat dan hanya terpisah 0,1º. Saking dekatnya, peristiwa ini dikenal sebagai appulse.

Kedua planet sudah bisa diamati sejak Matahari terbenam, dan terus bergeser ke arah barat dan terbenam pukul 20:07 WIB (Saturnus), disusul Jupiter 1 menit kemudian.

Pasangan Jupiter dan Saturnus ini sudah bisa diamati kedekatannya sejak beberapa hari sebelumnya.

Rasi Bintang & Bima Sakti

Akhir Desember menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan menuju fase Bulan Baru. Bimasakti dapat diamati mulai tengah malam membentang dari Tenggara ke Barat Laut,

Setelah Matahari terbenam, ada Archenar di rasi Eridani, Altair di rasi Aquila, Deneb di rasi Cygnus yang bisa diamati sampai jelang tengah malam. Selain itu ada Canopus di rasi Carina, Sirius di rasi Canis Major, Procyon di rasi Canis Minor, Pollux dan Castor di Gemini, yang bisa diamati sampai dini hari.

Setelah tengah malam, ada Regulus di rasi Leo, Spica di Virgo, Crux, Rigel Kentaurus di Centaurus,  Arcturus di rasi Bootes, Antares di Scorpius, yang bisa diamati sampai jelang fajar.

Bintang-bintang tersebut cukup terang untuk dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.

Peta Bintang 1 Desember 2020

Peta Bintang 15 Desember 2020

Kampanye Langit Gelap

6 — 15 Desember — Kampanye Globe At Night

Di bulan Desember,  Kampanye langit gelap untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diadakan dari 6 – 15 Desember.  Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.

Untuk kampanye bulan Desember, para pengamat di belahan utara bisa mengamati rasi Perseus sementara pengamat di belahan selatan diajak untuk mengamati rasi Grus. Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.

Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini