Di tahun 2012, program konservasi langit malam untuk dapat mereduksi polusi cahaya kembali dilaksanakan. Program tahunan tersebut diselenggarakan agar masyarakat dapat memahami dan menyadari pentingnya langit gelap di malam hari.
Tapi mungkin masyarakat sering bertanya polusi cahaya itu seperti apa sih? Karena toh dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita tidak benar-benar bisa merasakan akibatnya. Bahkan mungkin bentuknya pun tidak diketahui seperti apa. Dan memang yang lebih sering menuarakan problematika polusi cahaya ini adalah para astronom yang kehilangan langit gelap. Tapi, komponen yang satu ini juga penting bagi kehidupan manusia loh bukan cuma untuk astronom.
Polusi Cahaya
Pertanyaan pertama yang muncul pasti adalah apa itu polusi cahaya dan bentuknya seperti apa? Apakah bisa dilihat?
Polusi cahaya didefinisikan sebagai kondisi cahaya buatan atau cahaya artifisial yang berlebihan. Hal ini terkait erat dengan meningkatnya penduduk perkotaan yang diiringi meningkatnya cahaya artifisial di luar rumah yang tidak perlu dan tidak ditutupi sehingga menyebabkan terjadinya polusi cahaya.
Akibat paling mudah dari area penduduk yang mengalami polusi cahaya, ketika kita mengarahkan pandangan ke langit maka hanya ditemukan sedikit sekali bintang disana. Ini akibat penglihatan kita terhalang oleh cahaya buatan yang menghiasi kota. Imbas itu juga yang dirasakan oleh Observatorium Bosscha di Indonesia dengan semakin maraknya aktivitas masyarakat di Lembang dan berbagai pembangunan di kota tersebut.
Cara mudah lain untuk mengetahui bahwa polusi cahaya itu ada, cobalah ke dataran tinggi dan arahkan pandangan ke perkotaan. Yang tampak adalah kota seperti ditudungi oleh sinar terang cahaya lampu! Lantas cahaya buatan seperti apakah yang bisa memberi kontribusi pada polusi cahaya?
Ada 4 komponen yang digolongkan sebagai sumber polusi cahaya :
- Pijar langit, terangnya langit malam di area pemukiman penduduk akibat hamburan cahaya artifisial atau buatan.
- Cahaya terobos, atau masuknya cahaya yang tidak diinginkan dan tidak diperlukan dari luar ke dalam rumah seseorang sehingga mengakibatkan kesulitan untuk tidur, menghalangi jarak pandang seseorang dan mengakibatkan hilangnya gelap yang alami
- Cahaya silau, cahaya berlebih yang menyebabkan ketidaknyamanan pada penglihatan dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan penglihatan.
- Cahaya gumpal atau pengelompokkan sumber cahaya buatan di perkotaan yang menyebabkan gangguan penglihatan. Contohnya kumpulan cahaya artifisial seperti lampu jalan, lampu papan reklame, lampu taman, dll
Lantas apa efeknya? Bagi kita masyarakat perkotaan, penerangan yang berlebihan mungkin memberi efek “aman” dibanding berada di tempat gelap. Tapi apakah demikian?
Efek Polusi Cahaya
Peningkatan cahaya perkotaan memang lebih memberi dampak yang langsung telrihat bagi astronom. Benderangnya perkotaan di malam hari mengakibatkan terhalangnya pandangan ke langit dan taburan bintang yang harusnya dinikmati di malam hari tidak terlihat. Bentangan Bima Sakti jadi tidak tampak. Akibatnya para astronom tidak dapat melakukan fungsi penelitian dan dan astronom amatir pun harus berkelana ke luar kota ke area yang benar-benar gelap untuk melakukan hobinya. Kalau dulu dimanapun anda menetap taburan bintang bisa terlihat di langit, kini semuanya tinggal cerita apalagi untuk masyarakat perkotaan.
Tapi apakah efeknya “cuma” itu?
Yang namanya polusi pasti memberi efek pada kehidupan makhluk hidup meskipun untuk kasus polusi cahaya efeknya tidak terlihat. Tapi efek itu tetap ada dan memiliki hubungan dengan kesehatan manusia dan fungsi kekebalan tubuh, perubahan kebiasaan serangga dan populasi hewan, penurunan kualitas lingkungan maupun keselamatan di malam hari.
Secara umum, pengaruh dari polusi cahaya juga mengimbas pada ekonomi dan lingkungan. Energi yang terbuang di malam hari jelas meningkatkan tagihan listrik serta berpengaruh pada perubahan iklim. Ingat gerakan Earth Hour yang mengajak masyarakat mematikan lampu selama satu jam? Dengan mematikan lampu selama 1 jam di seluruh dunia maka penggunaan energi bisa direduksi.
Efek Pada Hewan
Polusi cahaya juga memberi pengaruh pada satwa liar, pada penyu yang baru menetas maupun pada kegiatan migrasi hewan sepanjang tahun seperti misalnya burung – burung yang bermigrasi.
Hewan dan tumbuhan hidup dalam ritme planet Bumi dengan siklus 24 jam dan sifat ini diturunkan. Untuk manusia perubahan siklus itu sering dialami ketika melakukan perjalanan panjang melintasi zona waktu yang berbeda yang mengakibatkan kantuk atau lelah ketika tubuh harus menyesuaikan dengan perbedaan waktu dan menyesuaikan dengan waktu siang dan malam di lokasi baru.
Satwa liar dan ikan juga mengalami disorientasi yang sama ketika terlalu banyak cahaya artifisial di langit malam. Jam tubuh yang mengenali siklus kehidupan dari terang gelap di siang dan malam hari jadi berubah ketika di malam hari pun cahaya terang masih menghiasi area tersebut. Akibatnya berimbas pada perilaku kawin, migrasi, tidur, kegiatan mencari makan. Pada umumnya cahaya yang berlebihan di malam hari ini mengakibatkan hewan kehilangan ekosistem malam dan ada yang memberi efek penolakan dalam berkembang biak yang menyebabkan menurunnya populasi seperti pada mamalia, serangga, amfibi dan reptil.
Efek lainnya adalah hewan – hewan ini kesulitan mencari makan dan dengan mudah terlihat oleh predator yang akan memangsanya. Pendar cahaya malam dari perkotaan memberi efek hewan amfibi mengalami kehilangan insting untuk mengenali kehadiran pemangsanya dan mengalami disorientasi dan kebingungan.
Sedangkan bagi burung-burung yang bermigrasi dan berburu di malam hari, terang benderangnya cahaya kota jelas memberi pengaruh. Ketergantungan pada gelapan membuat burung sangat rentan terhadap cahaya terang di daerah yang secara alami gelap. Saat melihat cahaya, burung tertarik ke sumber cahaya dan menjadi terpaku pada balok. Kebingungan ini menyebabkan berbagai efek negatif seperti misalnya 100 juta burung yang mengalami kematian dalam setahun dengan menabrak gedung, menara atau papan reklame sumber cahaya. Burung tidak lagi terbang di kegelapan melainkan di kala terang dan tidak pernah berhenti sehingga mengakibatkan kelelahan dan kematian. Akibat dari cahaya berlebihan juga menyebabkan burung-burung bermigrasi mengembara tanpa arah dan tak pernah tiba di tempat tujuan.
Efek Bagi Manusia
Penelitian saat ini masih dilakukan namun polusi cahaya juga memberi pengaruh pada siklus hidup manusia. Terang dan gelap di siang dan malam hari juga diperlukan oleh manusia untuk mempertahankan produksi hormon yang sehat, menjaga jam tubuh dalam hal ini untuk fungsi sel dan aktivitas otak.
Cahaya berlebih di lingkungan yang kadang bisa saja masuk ke dalam rumah menyebabkan terjadinya gangguan pada tubuh manusia dan salah satunya adalah kesulitan untuk tidur. Selain itu cahaya yang menyilaukan juga berimbas pada kemampuan adaptasi mata pada terang dan gelap.
Tak hanya kesehatan, cahaya berlebihan juga memberi pengaruh pada keselamatan manusia. Memang benar manusia membutuhkan pencahayaan artifisial untuk membantu penglihatan di malam hari. Tapi terang tidak berarti aman. Cahaya berlebih yang menyebabkan cahaya berpendar ke semua arah dan menciptakan kontras yang tajam antara terang dan gelap. Akibatnya area di luar area yang diterangi sulit untuk dilihat ada apa di sana. Dan bisa berakibat pada meningkatnya kejahatan.
Cahaya yang terlalu terang dan berlebih juga mengakibatkan indra penglihatan tidak dapat beradaptasi untuk melihat jalan dan arah saat mengemudi.
Bagamaina Mengatasinya?
Jadi, bagaimana mengatasinya? Apakah cahaya lampu kota diiadakan dan biarkan gelap melanda? Wah itu sih astronom bahagia karena bisa melihat langit nan cerah. Tapi bagi kehidupan masyarakat itu bukan solusi. Yang harus dilakukan adalah mereduksi cahaya yang digunakan bukan meniadakan.
- Ada beberapa solusi yang ditawarkan sebagai solusi yang sekaligus bisa menghemat penggunaan energi.
- Gunakan cahaya hanya saat dibutuhkan
- Gunakan pencahayaan dengan kecerlangan secukupnya (reduksi watt)
- Buatlah supaya cahaya lampu mengarah ke bawah bukan ke langit (bisa gunakan tudung lampu)
- Lakukan efisiensi lampu di halaman, di rumah atau perkantoran. Papan reklame bisa dimatikan setelah lewat tengah malam, karena toh aktivitas manusia di malam hari semakin menurun.
Untuk berpartisipasi mengetahui bagaimana tingkat polusi cahaya di lingkungan tempat tinggal, anda bisa ikut serta dalam kampanye GLOBE at Night yang dilaksanakan di bulan Januari – April dan juga kegiatan International Dark Skies Week yang akan berlangsung bulan April.
Yang pasti kita tak perlu menunggu orang lain, tapi kita bisa mulai mereduksi penggunaan cahaya dan berhenti berkontribusi pada polusi cahaya dari lingkungan kita sendiri.
Dark Skies!
Sumber : GLOBE at Night, International Dark Skies Association
Itu kah sebabnya di Kalimantan tempat saya tinggal sekarang langit di malam hari terlihat lebih jernih di banding di Jakarta?
Artikel yang menarik sekali, bisa dimengerti orang awam seperti saya
benar karena jakarta, bandung aktivitas lampu2 di malam hari snagat terang dibanding kota2 di luar jawa.
saya juga bisa merasakan perbedaannya ketika berada di gunung. perbedaan bintang yang terlihat lebih dari 2x lipat ketika di kota.
saya setuju dengan cara2 seperti papan reklame di matikan pada malam hari. artikel ini sangat bermanfaat
kadang kalau sudah lepas malam jam 0.00 kenapa sih lampu-lampau yang engak penting itu masih tetap menyala…? cukup hanya lampu rumah dan jalan yang penting saja… kan bisa hemat energi juga…