fbpx
langitselatan
Beranda » Matahari, Bintang Terdekat Dari Bumi

Matahari, Bintang Terdekat Dari Bumi

Matahari, bintang terdekat dari Bumi ini sangat penting untuk manusia. Tanpa panas dan sinar Matahari, Bumi hanyalah planet beku yang gelap tanpa kehidupan.

Matahari dipotret September 2017. Kredit: Avivah Yamani/langitselatan
Matahari dipotret September 2017. Kredit: Avivah Yamani/langitselatan

Matahari. Yang paling mudah diketahui, bahwa Matahari adalah penerang Bumi di siang hari. Matahari selalu terbit dari timur dan terbenam di barat seakan sedang berputar mengelilingi Bumi. Padahal justru Bumi dan planet-planet lainnya yang mengitari Matahari. Selain itu, Matahari juga tampak lebih besar dari bintang-bintang lainnya.

Lagi-lagi, tidak demikian.

Matahari tampak lebih besar karena jaraknya lebih dekat dibanding bintang lainnya. Matahari adalah bintang terdekat dari Bumi.

Bola Gas Raksasa di Langit

Matahari yang merupakan bintang terdekat dari Bumi adalah bola gas raksasa yang panas dan juga sangat terang. Matahari terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu ketika awan raksasa yang berisi gas dan debu mengalami keruntuhan gravitasi. Akibatnya, di pusat awan ada materi yang terkumpul dan kemudian menjadi bintang yang kita kenal dengan nama Matahari. Materi yang tersisa kemudian membentuk planet yang mengelilingi Matahari.

Jika dibandingkan dengan planet-planet di Tata Surya, ukuran Matahari memang sangat besar dan bisa menampung 1.300.000 Bumi di dalamnya. Garis tengah Matahari, sama dengan 109 Bumi yang dijejerkan dari satu sisi ke sisi lainnya.

Di Tata Surya, Matahari berada di pusat dan dikellilingi oleh planet-planet dan benda-benda kecil lainnya. Itu artinya, Matahari memiliki gaya gravitasi yang sangat kuat. Sebuah benda bisa memiliki gravitasi kuat jika massanya sangat besar. Dan memang massa Matahari sangat besar, yakni 1.989.100.000.000.000.000.000.000.000.000 kg (dibaca 1,9 juta triliun triliun) atau setara dengan massa 330 ribu Bumi!

Bukan itu saja. Matahari dengan massa yang sedemikian besar mendominasi 99,86% massa Tata Surya. Itu artinya gravitasinya juga sangat besar untuk menahan seluruh planet tetap berada di Tata Surya dan mengorbit Matahari.

Matahari, si Tungku Raksasa

Jangan berharap bisa menginjakkan kaki di Matahari. Tidak ada permukaan padat di bintang ini karena seluruh Matahari disusun oleh gas. Yang paling banyak adalah gas hidrogen (73,5%) dan helium (25%). Masih ada gas lain seperti oksigen, karbon, nitrogen, neon, silikon, magnesium, belerang, dan besi.

Yang membuat semua gas ini tetap bersatu adalah gravitasi. Jadi, gravitasi menarik seluruh gas ke arah pusat Matahari. Semakin mendekati pusat, tekanan semakin kuat, dan temperatur juga semakin tinggi.

Seandainya bisa dikunjungi, permukaan Matahari sangat panas. Suhunya 5.500ºC. Bahkan krim Matahari pun tak akan banyak membantu. Di pusat Matahari, jauh lebih panas lagi yakni 15.000.000 ºC!

Rupanya, di pusat Matahari terjadi pembakaran gas hidrogen. Setiap detik, terjadi pembakaran 600 juta ton gas hidrogen menjadi helium, yang mengubah 4 juta ton materi menjadi energi!

Energi yang dihasilkan di dalam Matahari kemudian dibawa dari pusat ke permukaan. Untuk sampai ke permukaan, energi membutuhkan waktu yang sangat lama bisa lebih dari 100.000 tahun. Energi inilah yang diterima semua planet di Tata Surya, dalam bentuk cahaya dan panas Matahari. Tapi, semakin jauh dari Matahari, cahaya dan panas yang diterima juga semakin sedikit. Karena itu, planet di dekat Matahari lebih panas dibanding planet yang jauh.

Baca juga:  Siaga, Bumi! Ada Bintang Sekarat Sedang Melahap Planet!

Meski butuh waktu lama untuk sampai di permukaan, cahaya dari Matahari hanya butuh waktu 8 menit untuk menempuh perjalanan 150.000.000 km ke Bumi. Itu karena cahaya bergerak dengan kecepatan 300.000 km/detik. Dengan kecepatan yang sama, cahaya bisa 7 kali mengelilingi Bumi hanya dalam 1 detik!

Sebagai perbandingan, kalau ke Matahari dengan mobil yang bergerak dengan kecepatan 100 km/jam, maka butuh waktu 171 tahun untuk tiba di bola gas panas tersebut.

Selimut Matahari

Bumi punya selubung yang namanya atmosfer. Matahari juga sama. Bagian permukaan Matahari dikenal sebagai fotosfer yang tebalnya sekitar 500 km. Lapisan ini terbuat oleh sel gas panas yang dibawa dari pusat Matahari ke permukaan dan disebut granula yang ukurannya juga tidak kecil.

Ketika gas panas dibawa ke permukaan Matahari, gas akan mendingin dan kembali lagi ke dalam bintang. Ketika gas ini jadi dingin, area yang dingin akan jadi lebih gelap. Area gelap tersebut dikenal sebagai bintik Matahari. Ukuran bintik Matahari ada yang lebih besar dari Jupiter, planet paling besar di Tata Surya.

Struktur lapisan di Matahari. Kredit: langitselatan
Struktur lapisan di Matahari. Kredit: langitselatan

Tepat di atas lapisan fotosfer, ada kromosfer yang merentang sampai 5000 km dengan temperatur yang lebih panas sampai 20.000ºC. Lapisan terluar adalah korona yang merentang sampai jutaan kilometer dengan suhu yang sangat panas yakni 2 juta ºC. Dari korona inilah terjadi semburan partikel bermuatan yang dikenal sebagai angin matahari. Ketika angin Matahari bertemu dengan medan magnet Bumi, maka terjadilah gangguan magnetik yang dikenal sebagai badai Matahari. Biasanya kita melihatnya dalam bentuk tirai cahaya yang dikenal sebagai aurora, pada area lintang tinggi. Jika badai matahari cukup kuat, maka bisa mematikan aliran listrik.

Untuk memelajari mengapa korona sangat panas, para astronom mengirim wahana antariksa Parker untuk meneliti dari jarak 6,2 juta km dari Matahari!


Baca juga: Infografik: Bintang Bernama Matahari

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini