fbpx
langitselatan
Beranda » Tipe Planet dalam Keluarga Besarnya

Tipe Planet dalam Keluarga Besarnya

Planet yang ada di Tata Surya dan ekstrasolar punya kemiripan. Tapi ada juga yang tipenya benar-benar berbeda dari planet yang kita kenal.

Ilustrasi planet Bumi super. Kredit: gettyimage
Ilustrasi planet Bumi super. Kredit: gettyimage

Setelah Matahari terbentuk, planet-planet kemudian terbentuk dari sisa gas dan debu yang membentuk sang Surya. Meskipun setiap planet itu unik, tapi ada planet-planet di Tata Surya punya kemiripan dan kita bisa membuat pengelompokkan berdasarkan komposisinya. 

Di Tata Surya, secara umum kita mengenal planet-planet kebumian atau planet dengan komposisi mirip Bumi di area dalam Tata Surya. Planet-planet ini kita kenal sebagai planet batuan. Yang masuk dalam kategori ini adalah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. 

Semakin jauh, planet-planet yang mengitari Tata Surya justru makin besar. Jauh lebih besar dari planet-planet batuan. Komposisinya pun mirip yakni terbentuk dari gas. Karena itu, planet-planet seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, diklasifikasi sebagai planet raksasa.

Nah, bagaimana planet-planet ini bisa punya kemiripan dan perbedaan? Rupanya, ini ada hubungannya dengan lokasi di mana planet itu terbentuk.

Pohon Keluarga Planet di Tata Surya

Planet-planet di Tata Surya. Kredit: NASA

Setelah Matahari terbentuk dan materi di piringan protoplanet berinteraksi membentuk planet, ada planet yang terbentuk di dekat Matahari dan ada juga yang jauh dari Matahari. Perlu diingat kalau Matahari itu sangat panas, dan semakin jauh dari Matahari, suhu juga semakin dingin.  Akibatnya, materi volatil yang mudah menguap pada suhu dan tekanan normal, tidak bisa terkondensasi pada suhu yang sedemikian tinggi di dekat Matahari. Akibatnya, gas dan es pun menguap.

Pada area ini, silikat dan logam bisa bertahan pada temperatur tinggi dan materi ini mendominasi area dalam Tata Surya dan membentuk planet batuan seperti Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

Semakin jauh, temperatur semakin dingin sehingga materi volatil seperti gas dan es bisa bertahan. Pada area ini, batuan, logam, dan es, bergabung membentuk inti padat yang kemudian menarik gas yang ada di sekeliling membentuk selubung gas raksasa. Pada akhirnya, terbentuklah planet raksasa dengan atmosfer gas tebal yang didominasi hidrogen dan helium, seperti Jupiter dan Saturnus.

Pada awalnya, yang dikategorikan sebagai planet gas raksasa juga melingkupi Uranus dan Neptunus. Akan tetapi, setelah komposisi Uranus dan Neptunus semakin diketahui, ternyata kedua planet ini justru disusun oleh unsur yang lebih berat dibanding hidrogen dan helium. Berada jauh dari Matahari, materi penyusun kedua planet tidak lagi berbentuk cairan maupun gas. Uranus dan Neptunus disusun oleh unsur berat seperti oksigen, karbon, nitrogen, dan belerang, dalam wujud es. Itu artinya senyawa-senyawa kimia tersebut suhunya sangat rendah dan mencapai titik beku. Karena itu, Uranus dan Neptunus dikategorikan sebagai planet es raksasa. 

Karena dahulu kita hanya mengenal planet-planet di Tata Surya, maka model sistem keplanetan yang dibangun tentu saja seperti Tata Surya. Jadi, planet yang terbentuk di dekat bintang adalah planet batuan, sementara yang berada jauh dari bintang adalah planet raksasa. 

Ternyata tidak demikian. 

Pohon Keluarga Planet di Sistem Ekstrasolar

Pohon keluarga planet yang baru dari planet-planet ekstrasolar. Kredit: NASA

Eksoplanet atau planet yang mengorbit bintang lain punya cerita berbeda. Bahkan kita jadi punya tipe planet berbeda. 

Pada tahun 1995 saat untuk pertama kali eksoplanet ditemukan mengorbit bintang serupa Matahari, ternyata tipe planet yang ditemukan berbeda. 

Planet 51 Pegasi b yang mengitari bintang 51 Pegasi merupakan sebuah planet gas raksasa yang panas. Yang aneh, planet ini berada di dekat bintang. Saking dekatnya, planet ini hanya butuh 4,2 hari untuk mengitari bintang. Yang lebih menarik, planet seperti ini ternyata umum ditemukan pada sistem ekstrasolar planet a.k.a sistem planet pada bintang lain. 

Bagaimana planet gas raksasa bisa terbentuk di dekat bintang?

Tampaknya planet ini terbentuk di area luar sistem bintang atau area terluar piringan protoplanet dan kemudian bermigrasi ke area dalam sistem. Ada dua dugaan kapan planet gas raksasa nan panas ini bermigrasi. Yang pertama pada tahap awal pembentukan sistem saat planet masih muda dan yang kedua saat planet-planet tidak stabil dan hasil interaksi melontarkan planet gas raksasa itu ke dekat bintang.

Planet-planet gas raksasa panas di dekat bintang ini diklasifikasikan sebagai planet Jupiter Panas. 

Ternyata masih ada tipe planet lain yang tidak ada di Tata Surya. Planet ini ditemukan tahun 2005 mengitari bintang Gliese 876. Yang menarik, ukuran planet ini lebih besar dari Bumi, tapi lebih kecil dari Neptunus.

Planet ini dikenal sebagai planet Bumi super. 

Meskipun tidak ada di Tata Surya, planet Bumi super termasuk planet yang umum ditemukan pada sistem planet ekstrasolar. 

Tapi, tidak semua planet Bumi super merupakan planet batuan. Ada planet yang didominasi oleh gas hidrogen dan helium dan dikategorikan sebagai planet Neptunus mini. 

Untuk membedakan mana yang batuan dan gas, bisa dilihat dari kerapatan. Jika kerapatan rendah maka planet didominasi gas hidrogen dan helium, sedangkan jika kerapatan tinggi maka bisa dipastikan komposisinya adalah batuan atau logam. 

Ada dua teori pembentukan planet Bumi super. Yang pertama, planet Bumi super terbentuk sangat cepat di dekat bintang. Untuk itu dibutuhkan massa yang sangat besar yang berada di dekat bintang untuk bisa membentuk planet Bumi super. Dan yang kedua, planet Bumi super terbentuk jauh dari bintang induk dan bermigrasi ke dekat bintang. Dari teori yang ada, bisa disimpulkan kalau planet Neptunus mini terbentuk di luar garis beku dan bermigrasi ke dekat bintang. 


Artikel ini merupakan kerjasama detikEdu dengan langitselatan dan telah diterbitkan di portal detikEdu.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini