fbpx
langitselatan
Beranda » Fenomena Langit Bulan Desember 2019

Fenomena Langit Bulan Desember 2019

Di penghujung 2019, planet-planet mulai menghilang dari pandangan. Hujan meteor Geminid dan Ursid masih menjadi atraksi menarik, tapi bintangnya adalah Gerhana Matahari Cincin setelah Natal 2019!

Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009 di Lampung. Foto: Jeff teng
Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009 di Lampung. Foto: Jeff teng

Planet

Merkurius & Mars. Duo planet ini bisa diamati sebelum fajar menyingsing. Merkurius yang bergerak dari Libra menuju Ophiuchus dan Sagittarius, bisa diamati sampai pertengahan Desember sebelum menghilang di balik terangnya Matahari.

Sementara itu, Mars si planet merah bisa diamati selama bulan Desember.  Mars yang tampak bergerak dari Virgo ke Libra akan berpapasan dengan Bulan jelang malam Natal.

Venus, Jupiter & Saturnus. Ketiga planet ini masih bisa diamati setelah Matahari terbenam di horison barat. Venus, si bintang Kejora, terus menanjak naik di ufuk barat dan bisa diamati sepanjang Desember. Jelang akhir Desember, Venus yang tampak bergerak dari Sagittarius ke Capricornus berpapasan dekat dengan Bulan.

Kalau Venus bisa diamati selama Desember,  Jupiter dan Saturnus yang berada di Sagittarius justru perlahan pamit dari langit malam. Kedua planet raksasa ini terus turun mengejar Matahari. Jupiter hanya bisa diamati sampai pertengahan Desember, sementara Saturnus masih bisa teramati sampai akhir bulan meski posisinya sudah cukup rendah di ufuk barat.

Uranus & Neptunus. Planet es raksasa ini terlalu redup untuk diamati dengan mata tanpa alat. Siapkan teleskop jika ingin melihat kedua planet es tersebut. Selama bulan Desember, Uranus dan Neptunus bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai lewat tengah malam. Uranus bisa ditemukan di Aries, sedangkan Neptunus di rasi Aquarius.

Bulan

Fase Bulan selama bulan Desember 2019. Kredit: Fajar Ariadi / langitselatan
Fase Bulan selama bulan Desember 2019. Kredit: Fajar Ariadi / langitselatan

Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.

4 Desember. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.

5 Desember.  Bulan di titik apogee. Bulan mencapai jarak dari Bumi pada jarak 404.446 km

12 Desember. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.

19 Desember. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.

19 Desember. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 370.265 km.

26 Desember. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan.

Pada saat Bulan Baru 26 Desember, terjadi Gerhana Matahari Cincin karena Bulan berada tepat segaris di antara Bumi dan Matahari.

Hujan Meteor

13 – 14 Desember – Hujan Meteor Geminid

Puncak hujan meteor Geminid 13-14 Desember 2019 pukul 21:30 WIB. Kredit: Star Walk
Puncak hujan meteor Geminid 13-14 Desember 2019 pukul 21:30 WIB. Kredit: Star Walk

Hujan meteor Geminid akan menjadi penutup rangkaian hujan meteor tahunan selama 2019. Geminid memang merupakan atraksi menarik di langit malam dengan 120 meteor per jam pada saat mencapai maksimum.

Hujan meteor yang tampak datang dari rasi kembar Gemini ini berlangsung dari tanggal 4 — 17 Desember dngan intensitas maksimum akan terjadi tanggal 14 Desember. Hujan meteor Geminid yang melaju dengan kecepatan 35 km/detik, bisa dinikmati kehadirannya setelah rasi Gemini terbit antara pukul 20.00 WIB. Bulan Cembung besar yang terbit beriringan dengan arah datang Geminid akan menjadi sumber polusi cahaya alami di langit sehingga tidak mudah bagi pengamat untuk melakukan pengamatan.

Baca juga:  Hujan Meteor Orionid 2010

22 – 23 Desember – Hujan Meteor Ursid

Puncak hujan meteor Ursid 22-23 Desember 2019 pukul 05:46WIB. Kredit: Star Walk
Puncak hujan meteor Ursid 22-23 Desember 2019 pukul 05:46WIB. Kredit: Star Walk

Hujan meteor Ursid akan jadi atraksi terakhir tahun 2019. Hujan meteor Ursid yang berlangsung dari tanggal 17 – 26 Desember, akan tampak datang dari rasi Ursa Minor.  Artinya, hanya pengamat di belahan Bumi Utara atau di atas garis khatulistiwa yang bisa menikmati lintasan meteor Ursid. Rasi Ursa Minor akan terbit lewat tengah malam bagi pengamat di belahan Bumi Utara. Untuk pengamat di belahan Bumi Selatan, Ursa Minor terbit hampir bersamaan dengan Matahari terbit. Jadi hujan meteor Ursid tidak akan teramati oleh pengamat yang tinggal di bawah garis khatulistiwa.

Puncak hujan meteor Ursid terjadi tanggal 23 Desember 2019 dan meteor yang melintas di langit akan bergerak dengan kecepatan 33 km/jam. Di malam puncak pengamat hanya bisa melihat 10 meteor per jam dari sisa komet 8P/Tuttle yang dilintasi Bumi.

Gerhana

26 Desember – Gerhana Matahari Cincin

erhana Matahari Sebagian yang dilihat dari Bandung 26 Desember 2019 pukul 12:06 WIB. Kredir: Star Walk
erhana Matahari Sebagian yang dilihat dari Bandung 26 Desember 2019 pukul 12:06 WIB. Kredir: Star Walk

Musim gerhana tahun 2019 ditutup dengan Gerhana Matahari Cincin (GMC). Gerhana Matahari terakhir pada tahun 2019 ini akan jadi momen yang paling dinantikan oleh pengamat di Indonesia. Jalur cincin dari GMC 26 Desember 2019 akan melintasi beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan. Di antaranya adalah Singkil, Tarutung, Padangsidempuan, Duri, Batam, Siak, Karimunbesar, Tanjung Batu, Bintan, Tanjung Pinang, Singkawang, Pemangkas, Entikong, Sambas, dan Tanjung Selor. Wilayah lain yang masuk dalam jalur cincin adalah Semenanjung Arab, Singapura, dan Sarawak.

Pengamat di luar jalur cincin yang bisa menikmati Gerhana Matahari Sebagian mencakup seluruh wilayah di Indonesia, negara-negara di bagian timur laut Afrika, Arab, Asia, dan Australia.

Lokasi pertama dimulainya gerhana sebagian (P1): 09:29:43,5 WIB
Lokasi pertama dimulainya gerhana cincin (U1) : 10:34:43 WIB
Maksimum: 12:17:36 WIB
Lokasi terakhir berakhirnya gerhana cincin (U4) :  14:00:53 WIB
Lokasi terakhir berakhirnya gerhana sebagian (P4): 15:05:36 WIB

Puncak gerhana matahari cincin terlama terjadi di wilayah Siak, Riau, yakni 3 menit 39 detik. Untuk waktu gerhana matahari cincin di kota-kota besar di Indonesia bisa dibaca di Gerhana.Info.

Peristiwa

11 Desember — Venus — Saturnus

Pasangan Venus dan Saturnus 11 Desember 2019 pukul 18:30 WIB
Pasangan Venus dan Saturnus 11 Desember 2019 pukul 18:30 WIB. Kredit: Star Walk

Venus dan Saturnus akan tampak beriringan di rasi Sagittarius setelah Matahari terbenam. Keduanya tampak terpisah 1,8º di ufuk barat pada ketinggian 26º, dan bisa diamati sampai saat keduanya terbenam beriringan pada pukul 20:02 (Saturnus) dan 20:05 (Venus).

22 Desember – Solstice (Winter Solstice – Belahan Utara ; Summer Solstice – Belahan Selatan)

Ekuinoks dan Solstis dan 4 musim yang terjadi di Bumi. Kredit: langitselatan
Ekuinoks dan Solstis dan 4 musim yang terjadi di Bumi. Kredit: langitselatan

Titik balik musim dingin bagi masyarakat di Belahan Bumi Utara dan titik balik musim panas bagi penduduk di Bumi Belahan Selatan. Selain itu, bagi penduduk di belahan selatan, ini merupakan siang terpanjang dan bagi mereka yang berada di utara, ini adalah malam terpanjang.

Titik balik musim dingin akan terjadi tanggal 22 Desember pukul: 11:05 WIB, ketika Matahari berada di rasi Capricorn.

23 Desember — Bulan — Mars

pasangan Bulan dan Mars jelang fajar 23 Desember 2019 pukul 04:30 WIB. Kredit: Star Walk
Pasangan Bulan dan Mars jelang fajar 23 Desember 2019 pukul 04:30 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan sabit tua akan berpasangan dengan Mars sejak keduanya terbit beriringan menjelang fajar. Bulan terbit lebih dahulu pada pukul 02:46 WIB disusul Mars pukul 02:55 WIB. Keduanya hanya terpisah 4,6º dan bisa diamati di ufuk timur sampai saat fajar menyingsing pukul 05:33 WIB.

Baca juga:  Gerimis Mengundang di Titan

27 Desember — Bulan — Saturnus

Pasangan Bulan dan Saturnus 27 Desember 2019 pukul 18:30 WIB. Kredit: Star Walk
Pasangan Bulan dan Saturnus 27 Desember 2019 pukul 18:30 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan sabit tipis yang usianya baru 1 hari akan berpasangan dengan Saturnus, si planet cincin. Keduanya bisa ditemukan terpisah 1,2º di rasi Sagittarius pada ketinggian tak lebih dari 11º di ufuk barat setelah Matahari terbenam. Bulan dan Saturnus bisa diamati sampai kisaran pukul 19:11 WIB.

28 Desember — Konjungsi Superior Jupiter

Konjungsi Jupiter. Kredit: langitselatan
Konjungsi Jupiter. Kredit: langitselatan

Jupiter berada pada jarak terjauhnya dari Bumi. Saat konjungsi dengan Matahari, Jupiter akan berada pada sisi berlawanan dari Bumi dengan Matahari ada di antara keduanya. Bagi pengamat, Jupiter akan menghilang dari langit malam. Planet raksasa ini akan terbit dan terbenam beriringan dengan Matahari.

29 Desember — Bulan — Venus

Pasangan Bulan dan Venus 29 Desember 2019 pukul 19:30 WIB. Kredit: Star Walk
Pasangan Bulan dan Venus 29 Desember 2019 pukul 19:30 WIB. Kredit: Star Walk

Bulan sabit dan Venus menjadi atraksi yang menghiasi langit sejak Matahari terbenam. Keduanya hanya terpisah 1º dengan ketinggian 29º di ufuk barat saat Matahari terbenam. Bulan dan Venus bisa diamati sampai keduanya terbenam beriringan, Venus terbenam lebih dulu pukul 20:25 WIB disusul Bulan pukul 2-:49 WIB.

Rasi Bintang & Bima Sakti

Awal Desember menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan menuju fase Bulan Baru. Bimasakti dapat diamati mulai tengah malam membentang dari Tenggara ke Barat Laut.

Setelah Matahari terbenam sampai tengah malam, ada Vega di rasi Lyra , Altair di rasi Aquila, Deneb di rasi Cygnus, Archenar di rasi Eridanus, Rigel dan Betelguese di rasi Rion, Aldebaran di rasi Taurus, Canopus di rasi Carina, Capella di Auriga, Sirius di rasi Canis Major, Procyon di rasi Canis Minor, Castor dan Pollux di Gemini.

Setelah tengah malam sampai jelang dini hari ada Rigil Kentaurus dan Hadar di rasi Centaurus, Regulus di rasi Leo, dan Arcturus di rasi Bootes,

Bintang-bintang tersebut cukup terang untuk dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.

Peta Bintang 1 Desember 2019

Peta Bintang 15 Desember 2019

Kampanye Langit Gelap

18 — 27 Desember — Kampanye Globe At Night

Di bulan Desember, Kampanye Globe At Night atau Kampanye langit gelap untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diadakan dari 18 – 27 Desember.  Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.

Untuk kampanye bulan November, para pengamat di langit utara diajak untuk mengamati rasi Perseus, sedangkan di belahan selatan mengamati rasi Grus. Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.

Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini