fbpx
langitselatan
Beranda » Kupu-Kupu Angkasa Keluar dari Kepompongnya

Kupu-Kupu Angkasa Keluar dari Kepompongnya

Kisah ini diawali dengan sebuah bintang yang mirip Matahari. Bintang itu sedang lapar dan makan gas hidrogen dengan rakusnya supaya tetap bersinar terang. Akan tetapi, pada suatu hari hidrogen itu habis.

Kini ketamakannya mulai dibalas. Bintang itu tumbuh besar  dan menjadi semakin besar, sedangkan warnanya semakin merah. Si bintang mengembang dan akhirnya menjadi bintang raksasa merah.

Bintang itu akhirnya menjadi terlalu besar sehingga tak sanggup lagi menahan gasnya. Gas bintang itu mulai terlepas ke ruang angkasa, menyelimuti si bintang seperti kepompong. Kepompong ini dinamai planetari nebula.

Oh, tapi cerita ini belum tamat. Bintang itu ternyata tidak sendirian. Ia mempunyai saudara. Dua bersaudara itu senang berdansa. Saat kedua bintang berputar saling mengelilingi, kepompongnya perlahan-lahan mulai berubah dan menjadi bentuk kupu-kupu.

Namun, tidak semua planetari nebula berbentuk kupu-kupu. Sebagian berbentuk biasa saja, seperti gelembung, mata, dan badut.

Planetari nebula berbentuk kupu-kupu, terbentuk berkat gas yang berasal dari bintang sekarat plus sistem bintang ganda. Kredt: ESO/P. Kervella.
Planetari nebula berbentuk kupu-kupu, terbentuk berkat gas yang berasal dari bintang sekarat plus sistem bintang ganda. Kredt: ESO/P. Kervella.

Objek dalam foto ini telah mengajari kita beberapa hal tentang bagaimana planetari nebula bisa menjadi bentuk kupu-kupu. Tampaknya sejumlah besar gas dari bintang sekarat plus bintang pasangannya adalah dua bahan rahasia di balik bentuk spektakuler tersebut!

Fakta Menarik: Astronom menemukan piringan debu berada mulai pada jarak sekitar 900 juta kilometer dari si bintang. Jarak ini sedikit lebih jauh daripada jarak Matahari ke Jupiter.

[divider_line]

Sumber: Dipublikasi kembali dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia

Avatar photo

Ratna Satyaningsih

menyelesaikan pendidikan sarjana dan magister astronomi di Departemen Astronomi Institut Teknologi Bandung. Ia bergabung dengan sub Kelompok Keahlian Tata Surya dan menekuni bidang extrasolar planet khususnya mengenai habitable zone (zona layak-huni). Ia juga menaruh minat pada observasi transiting extrasolar planet.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini