fbpx
langitselatan
Beranda » PH1, Planet Sirkumbiner di Sistem Bintang Berempat

PH1, Planet Sirkumbiner di Sistem Bintang Berempat

Siapa bilang cuma astronom yang bisa menemukan sebuah planet? Nyatanya mereka yang disebut “arm-chair astronomer” aka penggemar astronomi yang hanya menekuni astronomi lewat situs di dunia maya pun bisa melakukannya.

Cerita Para Ilmuwan Warga

Ilustrasi PH1. Kredit: Haven Giguere/Yale.

Hasil kerjasama para Ilmuwan Warga atau bahasa kerennya Citizen Scientist dan astronom profesional menunjukkan kalau warga pecinta astronomi pun bisa memberikan kontribusi penting dalam perjalanan astronomi. Kali ini mereka berhasil menemukan planet yang mengorbit bintang kembar, yang ternyata juga diorbit oleh sepasang bintang jauh.

Penemuan yang awalnya dihasilkan dari keterlibatan Ilmuwan Warga dalam situs web Planethunters.org berhasil dikonfirmasi keberadaannya oleh para astronom di Universitas Yale. Hasilnya, planet sirkumbiner dalam sistem bintang berempat.

Dari seluruh exoplanet yang ada, hanya ada 6 buah planet yang mengorbit bintang ganda dan tidak ada satupun yang diorbit pasangan bintang jauh. Yang menarik, planet sirkumbiner memiliki masa pembentukan yang sangat ekstrim tapi penemuan sistem tersebut membawa manusia untuk kembali menelaah bagaimana planet seperti ini dapat terbentuk dan berevolusi dalam lingkungan yang sangat dinamis dan menantang.

Planet yang diberi nama PH1 merupakan planet pertama yang berhasil diidentifikasi dalam proyek Planet Hunters, sebuah program yang dipimpin oleh Universitas Yale yang melibatkan masyarakat umum untuk menelaah data dari wahana Kepler milik NASA untuk mengkonfirmasi keberadaan sebuah planet.  Kerjasama yang sangat menarik bukan? Kontribusi masyarakat yang kemudian dikonfirmasi oleh para astronom. Dan penemuan ini tidak akan pernah ada kalau tidak didahului dengan kejelian para ilmuwan warga dalam mengenali data Kepler.

Penemuan PH1
Para ilmuwan warga yang berhasil menemukan planet baru tersebut adalah Kian Jek dari San Fransisco dan Gagliano dari Cottonwood, Arizona. Mereka mengenali kedipan yang sangat lemah yang disebabkan oleh melintasnya planet di depan bintang induk. Metode yang digunakan merupakan metode transit yang selama ini digunakan Kepler.

Ilustrasi PH1 dan bintang ganda gerhana yang menjadi keluarganya. Dan di kejauhan tampak pula bintang ganda visual yang mengitari mereka. Kredit: Haven Giguere/Yale.

Untuk mengkonfirmasi penemuan Kian Jek dan Gagliano, tim astronom dari Yale yang dipimpin oleh Meg Schwamb kemudian melakukan konfirmasi dan karakterisasi planet dengan melakukan pengamatan menggunakan teleskop Keck di Mauna Kea. Planet yang PH1 yang mengitari sistem bintang berempat ini ternyata merupakan planet gas raksasa dengan radius 6,2 radius Bumi, hanya sedikit lebih besar dibanding Neptunus.

PH1 saat melintasi bintang induknya. Kredit: exoplanet app for iphone

PH1 mengorbit pasangan bintang ganda gerhana yang saling mengorbit dalam waktu 20 hari. Kedua bintang ganda gerhana tersebut terdiri dari bintang katai F  dengan massa 1,5 massa Matahari dan bintang katai M 0,41 massa Matahari. PH1 mengorbit bintang KIC 4862625 yang lebih terang dan lebih besar aka si bintang katai F dalam waktu 138 hari.  Di luar orbit exoplanet PH1, pada jarak 1000 au ada pasangan bintang kedua yang sedang mengorbit sistem keplanetan PH1 tersebut dengan massa planet 0,531 massa Jupiter.

Baca juga:  The A-Team itu Multibangsa

Ilmuwan Warga dan Sains Warga
Program Planet Hunters yang menjadi wadah bagi para pecinta astronomi untuk ikut terlibat dalam mengolah data astronomi bukanlah satu-satunya program sains warga yang ada di dunia. Sebelumnya kita juga mengenal Galaxy Zoo yang memfokuskan diri untuk mengenali galaksi-galaksi atau juga Moon Zoo, Moon Mappers, dll.

Program sains warga ini lahir dari keinginan untuk melibatkan publik dalam penelitian yang dilakukan para ilmuwan sekaligus menjadi wadah untuk mendidik para penggemar sains yang tidak secara khusus bekerja di bidang tersebut. Untuk astronomi, data yang sangat banyak yang diambil oleh berbagai wahana antariksa jelas tidak semuanya bisa diolah oleh para astronom yang biasanya sudah memiliki bidangnya masing-masing atau sudah punya fokus sendiri dalam penelitiannya. Karena itu, data tersebut dibuka untuk publik dan mengajak masyarakat yang ingin terlibat untuk ikut serta mengolah data tersebut. Hasil olah data awal yang dilakukan oleh publik kemudian akan dikonfirmasi oleh para ilmuwan yang terlibat dalam proyek sains warga tersebut untuk diuji kebenarannya. Dan yang bergabung dalam program Planet Hunters pun ada ribuan orang dari berbagai belahan dunia. Mereka adalah para penggemar astronomi yang melakukan penelitian hanya di depan komputer atau yang kita juluki “arm-chair astronomer”.

Gagliano, salah satu penemunya menyatakan kalau ia sangat gebiran bisa mengenali kedipan kecil di dalam kurva cahaya bintang ganda gerhana yang diambil oleh Teleskop Kepler. Tak dinyana, kedipan yang ia lihat itu justru membawanya menemukan sebuah planet sirkumbiner baru. Baginya, ini bukan saja kesempatan untuk melakukan hobinya tapi juga sebuah kehormatan bisa bekerjasama dengan astronom untuk memberi kontribusi yang nyata dalam ilmu pengetahuan.

Sedangkan bagi Jek, penemuannya ini masih terus membuatnya terpukau. Bagaimana bisa kita mendeteksi sebuah kedipan dan hanya mempelajari cahaya sebuah bintang dan justru memberi informasi yang sangat banyak tentang sebuah planet yang berada ribuan tahun cahaya jauhnya.

Jadi, kalau kamu ingin berkontribusi dalam sains kamu pun bisa melakukan dengan bergabung dalam berbagai proyek ilmuwan warga yang salah satunya adalah Planet Hunters atau dengan ketekunan mengamati langit malam.

Sumber : Planet Hunters ; Universitas Yale

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Weheheh…. Saya ikut udah kenal planethunters.org dari 2 tahun lalu, tapi……. saya gak ngerti hehehe. Congrats for citizen scientists!