Sepanjang ingatan penulis sebagai pecinta Astronomi, planet Jupiter memegang hampir semua rekor keplanetan di Tata Surya: planet terbesar, planet dengan jumlah satelit terbanyak, planet dengan sistem badai yang bertahan ratusan tahun, dan sejenisnya. Namun, temuan para ilmuwan dari Carnegie Institution of Science (Carnegie Science) telah menurunkan Jupiter dari tahta planet dengan satelit terbanyak. Mari kita sambut sang jawara Satelit Terbanyak yang baru: Saturnus!
Tata Surya
Sebuah asteroid mini telah jatuh ke Bumi hanya dalam 12 jam pasca dilihat manusia untuk pertama kalinya. Inilah untuk keempat kalinya umat manusia berhasil mendeteksi sebuah benda langit yang sedang menuju ke Bumi saat masih berada di antariksa. Kali ini disertai bonus, asteroid ini yang terbesar di antara ketiga asteroid lainnya sehingga memiliki energi terbesar.
Jangan lewatkan fenomena tahunan hujan meteor Lyrid yang akan mencapai puncaknya pada tanggal 23 April dini hari.
Jika kamu tinggal di Mars, maka kamu bisa menyaksikan dua gerhana Matahari dari dua satellit berbeda di planet merah itu, seperti yang disaksikan Curiosity.
Ruang angkasa, meskipun terlihat kosong, sebenarnya memiliki banyak debu yang beterbangan di dalamnya. Dalam situasi tertentu (seperti pencitraan obyek ruang angkasa) debu dapat sangat mengganggu, namun dalam situasi lain sangat bermanfaat untuk mempelajari banyak hal, seperti sejarah Tata Surya. Ketika “mengayak” debu-debu antariksa inilah, para ilmuwan menemukan dan mempelajari fenomena cincin debu di orbit planet.
Sebuah asteroid-tanpa-nama telah jatuh di atas perairan Laut Bering, bagian dari Samudera Pasifik bagian utara yang berdekatan dengan lingkar Kutub Utara, pada Rabu 19 Desember 2018 TU (Tarikh Umum) tengah hari waktu setempat. Ini disebut Peristiwa Bering 2018. Energinya sungguh besar, totalnya mencapai 173 kiloton TNT atau 8,5 kali lipat lebih dahsyat ketimbang bom nuklir yang dijatuhkan di Nagasaki.
Peristiwa Bering 2018. Itulah namanya. Satu peristiwa ledakan-benda-langit-di-udara (airburst) yang sejatinya telah terjadi pada Rabu 19 Desember 2018 TU (Tarikh Umum) pukul 06:48 WIB mengambil tempat di atas Laut Bering beratus kilometer lepas pantai timur Semenanjung Kamchatka atau tak jauh dari perbatasan Russia dan Amerika Serikat. Tak kurang dari 96 kiloton energi ledakan dilepaskan airburst ini. Sementara energi totalnya sendiri diperhitungkan mencapai 173 kiloton TNT, membuatnya hampir seterang Matahari pada saat airburst terjadi. Andaikata di sekitar ground zero (yakni titik yang tepat berada di bawah lokasi airburst) terdapat pemukiman penduduk, niscaya mereka bakal terkesiap menyaksikan langit siang bolong (tepatnya pukul 11:48 waktu setempat) mendadak laksana berhias dua Matahari.
Para astronom berhasil menemukan objek terjauh di Tata Surya! Objek ini berada pada tepi luar Tata Surya, atau tepatnya area pertemuan angin Matahari dan medium antarbintang. Jaraknya 18 miliar kilometer atau sama seperti jarak Voyager 2 saat ini.
Bintang kandidat saudara kembar Matahari berhasil ditemukan! Bintang ini diduga lahir dalam palung kelahiran bintang yang sama dengan Matahari.
‘Oumuamua, tamu pertama Tata Surya dari ruang antarbintang sepertinya masih meninggalkan misteri. Kabarnya, ‘Oumuamua ini diduga sebagai pesawat antariksa atau sampah antariksa yang melintasi Tata Surya dan ditenagai oleh radiasi Matahari.
Jauh di tepi Tata Surya, di luar orbit Neptunus, sebuah planet katai baru berhasil ditemukan. Bola es ini dijuluki Goblin a.k.a 2015 TG387
Telah enam belas purnama berlalu (termasuk dua gerhana bulan total!) semenjak tulisan terakhir langitselatan tentang misi Juno. Selama itu pula, Wahana Juno telah menyelesaikan delapan perijove atau delapan putaran terbang lintas di atas planet Jupiter.
Ada air di Bulan. Air yang sudah lama dicari oleh para astronom ini tersimpan di kawah gelap dan dingin pada kutub Bulan.
Ada danau air asin di bawah permukaan Mars! Tak cuma itu. Air yang ada di danau tersebut masih berwujud cair. Satu langkah lagi untuk menjejak kemungkinan kehidupan di Mars.