Kala malam, ada cahaya melesat cepat di langit mirip bintang jatuh. Peristiwa ini dikenal sebagai hujan meteor. Tapi apa itu hujan meteor?
Sekilas, meteor memang mirip dengan bintang yang sedang melesat melintasi langit malam. Biasanya lintasan cahaya ini hanya tampak selama beberapa detik dan ada yang sangat terang.
Tentang Meteor
Untuk kita saat ini, peristiwa tersebut bukanlah misteri. Lintasan cahaya yang melesat cepat di langit malam itu kita kenal sebagai meteor.
Meteor bukan bintang melainkan puing-puing asteroid maupun komet berukuran antara 30 mikrometer sampai 1 meter yang beredar bebas di Tata Surya. Benda-benda ini kita sebut sebagai meteoroid. Jadi, meteor adalah meteoroid yang memasuki atmosfer Bumi dan terbakar sehingga menghaslkan seleret cahaya di langit malam.
Ketika meteor melintas di langit malam, kita bisa menyaksikan kilatan cahayanya selama beberapa detik saja. Akan tetapi, ada juga yang terangnya bertahan cukup lama sehingga bisa dilacak jalurnya. Selain itu ada meteor yang bisa kita ketahui asal usulnya, dan ada yang tidak.
Meteor yang tidak diketahui asal usulnya kecuali itu adalah benda di Tata Surya dikenal sebagai meteor sporadis. Tapi, ada juga meteor atau lebih tepatnya kumpulan meteor yang melintas setiap tahun dan bisa kita ketahui asal usulnya. Peristiwa ini dikenal sebagai hujan meteor dan terjadi setiap tahun.
Hujan Meteor
Hujan meteor terjadi ketika meteoroid yang masuk ke atmosfer Bumi tampak datang dari satu wilayah di angkasa. Ini terjadi saat Bumi melintasi area yang dipenuhi sisa debu komet. Puing-puing komet dengan ukuran lebih kecil dari butiran pasir itu memasuki atmosfer Bumi dan bertabrakan dengan gas. Akibatnya, udara panas menyelebungi partikel debu sehingga tampak bercahaya.
Meteor tersebut baru tampak ketika berada pada ketinggian 80 dan 120 km, tapi untuk partikel yang bergerak dengan kecepatan lebih tinggi, akan tampak pada ketinggian yang lebih tinggi lagi. Ketika meteor bergerak di langit dengan kecepatan tinggi, akan tampak jejak cahaya yang ditinggalkan dan teramati selama beberapa detik.
Saat hujan meteor, pengamat di Bumi bisa melihat puluhan sampai ratusan meteor melintas di langit malam. Bahkan ada yang sampai ribuan meteor dalam sejam dan dikenal sebagai badai meteor.
Jika partikel debu yang melintas cukup besar, maka meteor tampak sangat terang dengan kecerlangan mencapai -4 magnitudo atau lebih. Ketika melintas, meteor terang ini akan tampak seperti bola api dan kecerlangannya bisa melebihi Venus. Kadang ada juga bola api yang pecah atau meledak dan tampak sangat terang dengan kecerlangan minimal -14 magnitudo atau bisa mencapai 2 kali kecerlangan Bulan Purnama.
Meteor pada umumnya tampak datang dari arah yang sama di langit. Untuk memudahkan, hujan meteor diberi nama sesuai arah datangnya dan terasosiasi dengan rasi bintang. Contohnya, hujan meteor Lyrid dari rasi Lyra, hujan meteor Leonid dari rasi Leo, hujan meteor Perseid dari rasi Perseus, maupun hujan meteor Orionid dari rasi Orion.
Daftar Hujan Meteor Tahunan
Nama | Radian | Aktivitas | Maks | ZHR | Asal |
---|---|---|---|---|---|
Quadrantid | Bootes | 28 Des-12 Jan | 3 – 4 Jan | 40 – 100 | 2003 EH1 |
Lyrid | Lyra | 14-30 Apr | 22 Apr | 18 | Thatcher C/1861 G1 |
Eta Aquarid | Aquarius | 19 Apr-28 Mei | 5 Mei | 50 | Halley |
Delta Aquarid Selatan | Aquarius | 12 Jul–23 Agu | 30 Jul | 25 | Marsden & Kracht |
Alpha Capricornid | Capricorn | 3 Jul-15 Agus | 30 Jul | 5 | 2002 EX12 |
Perseid | Perseus | 17 Jul-24 Agu | 12 Agu | 100 | Swift-Tuttle |
Draconid | Draco | 6-10 Okt | 8 Okt | 10 | 21P Giacobini-Zinner |
Taurid Selatan | Taurus | 10 Sep-20 Nov | 10 Okt | 5 | 2P Encke |
Orionid | Orion | 2 Okt-7 Nov | 21 Okt | 25 | Halley |
Taurid Utara | Taurus | 20 Okt–10 Des | 12 Nov | 5 | 2004 TG10 |
Leonid | Leo | 6-30 Nov | 17-18 Nov | 10 | Tempel-Tuttle |
Geminid | Gemini | 4-20 Des | 14 Des | 150 | 3200 Phaethon |
Ursid | Ursa Minor | 17-26 Des | 22 Des | 10 | 8P/Tuttle |
Hujan Meteor dalam Sejarah
Jika kita kembali ke masa lalu berabad-abad lampau, masyarakat kuno belum mengetahui bahwa meteor berasal dari sisa debu komet. Pada masa itu, meteor dianggap merupakan ledakan yang terjadi pada atmosfer rendah di Bumi. Baru pada awal abad 18, Edmund Halley mengemukakan bahwa meteor berasal dari objek di luar Bumi.
Leonid adalah salah satu hujan meteor tertua yang dicatat. Pada tahun 902, para pengamat di China mencatatkan peristiwa ini sebagai “bintang yang jatuh bak hujan”. Pengamatan pada tahun yang sama juga dilakukan oleh pengamat di Mesir dan Italia.
Pengamatan badai meteor Leonid tahun 1799 dan 1833 menjadi hujan meteor pertama yang tercatat secara ilmiah. Pada tahun 1799, Von Humboldt dan M. Bonpland melakukan pengamatan selama 4 jam dan menyaksikan ribuan meteor melesat di langit Cumana, Venezuela. Pengamatan lain juga dilakukan oleh pengamat yang berada 1200 km dari Cumana dan oleh Andrew Ellicott dari Florida.
Ribuan bola api dan bintang jatuh bak runtuh terus menerus selama empat jam dengan kecerlangan seperti Jupiter dan menyisakan jejak asap nan panjang.
Von Humboldt, 1799.
Badai Leonid 1833
Pengamatan hujan meteor Leonid 1833, mencatat 60.000 – 100.000 meteor tampak dalam satu jam. Badai meteor tersebut tak pelak menimbulkan ketakutan dan berbagai spekulasi yang dikaitkan dengan bencana dan nasib buruk. Dari semua penjelasan, hanya Denison Olmsted yang bisa memberi penjelasan yang hampir akurat.
Menurut Olmsted, lintasan cahaya ini merupakan kenampakan meteor yang datang dari arah yang sama yakni rasi Leo serta berasal dari pecahan objek antariksa yang secara periodik melintasi Bumi. Hasil perhitungan Olmsted memperkirakan kalau diameter pecahan tersebut 1,6 km dan bergerak dengan kecepatan 6,4 km/detik. Saat peristiwa Leonid 1833, komet 55P/Tempel-Tuttle sedang mendekati perihelionnya. Namun hubungan antara komet dan hujan meteor masih belum diketahui.
Pada era 1860-an, H. A Newton mengemukakan kalau badai Leonid yang besar itu sudah terlihat sebelumnya pada tahun 585, 902, 931, 934, 1002, 1202, 1366,1582, 1602 dan 1698. Dari infomasi ini ia menduga kalau badai meteor Leonid terjadi setiap 33,25 tahun dan terjadi saat Bumi melintasi partikel hujan meteor di bulan November.
Artinya badai berikutnya akan terjadi 13-14 November 1866. Dan memang terjadi dengan laju 2000 – 5000 meteor yang melintas setiap jam. Badai juga terjadi lagi di tahun 1867 dengan laju 1000 meteor setiap jam.
Tips Pengamatan
Langkah pertama dalam mengamati hujan meteor adalah mencari lokasi yang gelap dan tidak terkontaminasi polusi cahaya. Kenakan baju hangat, siapkan minuman hangat, dan tentu saja cemilan. Gunakan planisphere atau peta bintang baik yang dicetak maupun aplikasi pada gawai pintar untuk menemukan arah datang hujan meteor.
Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor adalah saat rasi yang jadi arah datang meteor sudah berada cukup tinggi di atas horison. Selain itu, kehadiran Bulan cembung dan Bulan purnama yang terang dan berpotensi menjadi polusi cahaya alami juga harus memperoleh perhatian.
Lakukan pengamatan saat hujan meteor mencapai aktivitas maksimum atau saat puncak. Pengamatan sudah bisa dimulai sejak sehari sebelum sampai sehari sesudah puncak hujan meteor.
Clear Sky!
2 komentar