fbpx
langitselatan
Beranda » Di Manakah Kita?

Di Manakah Kita?

Matahari berada lebih dekat ke pusat galaksi dan bergerak lebih cepat mengorbit lubang hitam supermasif di pusat galaksi!

Matahari di lengan Orion, Bima Sakti. Kredit: NASA/JPL-Caltech/ESO/R. Hurt
Matahari di lengan Orion, Bima Sakti. Kredit: NASA/JPL-Caltech/ESO/R. Hurt

Sama seperti kita di Bumi yang punya peta untuk memandu saat keliling kota atau bepergian dari satu tempat ke tempat lain, para astronom juga membuat peta Alam Semesta!

Dalam penelitian kali ini, yang dibuat adalah peta Bima Sakti. Jadi, dengan menggunakan beberapa teleskop canggih di Jepang, para astronom berhasil memperoleh informasi lebih akurat terkait lokasi Bumi di Bima Sakti dan tentu saja lokasi lubang hitam di pusat galaksi.

Peta yang dibuat kali ini memang peta galaksi tempat kita berdiam. Bima Sakti.

Ketelitian Tinggi Teleskop Besar

Bumi berada di Bima Sakti. Itu artinya, kita tidak mungkin keluar dari Bima Sakti untuk melihat seperti apa bentuk galaksi kita dari luar. Sampai saat ini, penjelajahan antariksa terjauh baru keluar dari area perbatasan Tata Surya dan memasuki ruang antarbintang yang dicapai dua wahana Voyager yang diberangkatkan lebih dari 40 tahun lalu.

Tapi, kita bisa menentukan posisi kita di Bima Sakti bahkan memahami galaksi kita ini lewat berbagai pengukuran yang dilakukan dengan teleskop yang ada di Bumi maupun di antariksa. Dan sangat penting bagi kita untuk memahami struktur galaksi dan di mana kita berada.

Yang diamati adalah maser atau laser yang memancarkan gelombang mikro. Maser dihasilkan oleh awan gas kelahir bintang. Jadi molekul air atau metanol di dalam gas memperoleh energi besar dari bintang-bintang muda yang baru terbentuk. Akibatnya, gas kemudian memancarkan kembali cahaya yang diterimanya dalam pancaran yang sangat kuat sehigga tampak dari seluruh galaksi dan bisa diamati dalam panjang gelombang radio.

Teleskop VERA (VLBI Exploration of Radio Astrometry) yang dioperasikan oleh NAOJ (National Astronomical Observatory of Japan) menggunakan teknik khusus yang dikenal dengan nama inteferometri untuk mempelajari alam semesta. Teknik ini bertujuan untuk menggabungkan data dari teleskop radio yang tersebar di seluruh Jepang untuk memperoleh hasil yang sama dengan sebuah teleskop radio raksasa.

Nah, ketika jejaring teleskop radio di Jepang digabung, kemampuan yang dihasilkan sama dengan teleskop radio berukuran 2.300 kilometer persegi. Setara dengan besarnya kota Palangka Raya di Kalimantan Tengah atau 3,5 kali D.K.I. Jakarta!

Pemahaman Baru

Pengamatan gerak dan posisi 224 objek di sekitar pusat galaksi selama lebih dari 15 tahun menjadi data penting untuk membangun peta Bima Sakti.

Dari peta yang dibuat dengan teleskop VERA, astronom bisa melakukan perhitungan untuk memperoleh posisi pusat Bima Sakti, titik yang dikeliling objek-objek di dalam galaksi ini.

Dari peta yang dibuat, posisi pusat galaksi dan lubang hitam supermasif diketahui berjarak 25.800 tahun cahaya dari Bumi. Jarak ini lebih dekat dibanding jarak yang digunakan astronom sejak tahun 1985 yakni 27.700 tahun cahaya.  Meksipun IAU mengadopsi jarak 27.700 tahun cahaya, perkembangan pengukuran jarak Matahari ke pusat galaksi dengan berbagai metode memberikan nilai jarak sekitar 26.000 tahun cahaya.

Selain itu, ternyata Matahari bergerak mengelilingi pusat Bima Sakti dengan kecepatan 227 km/detik, lebih cepat dari yang diketahui selama ini (220 km/detik)!

Kecepatan ini 2,5 lebih cepat dari sambaran petir!

Dengan informasi baru tersebut, tak bisa dipungkiri kalau waktu yang dibutuhkan Matahari untuk mengelilingi pusat Bima Sakti juga jadi lebih cepat yakni 219 juta tahun! Inilah satu tahun galaktik atau satu tahun kosmik kita yang dihitung dari waktu Matahari mengitari monster lubang hitam supermasif Sagittarius A* di pusat BIma Sakti.

Waktu satu tahun kosmik jadi lebih pendek karena Matahari ternyata berada lebih dekat dari perkiraan sebelumnya sehingga orbitnya pun jadi lebih kecil. Dengan kecepatan mengitari pusat galaksi yang juga lebih cepat maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan orbitnya pun jadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya yakni 226 juta tahun.

Meskipun Matahari dan juga Bumi bergerak lebih cepat dan berada lebih dekat ke lubang hitam supermasif. Tapi tidak perlu kuatir. Penemuan ini tak berarti Bumi akan serta merta “nyemplung” atau ditarik masuk ke dalam lubang hitam. Tidak ada efek apapun karena jarak itu masih jauh dari lubang hitam supermasif.

Yang pasti, hasil terbaru ini memberi pandangan yang lebih jelas dan akurat dari peta Bima Sakti.

Diharapkan di masa depan akan lebih banyak lagi objek di sekitar lubang hitam supermasif Sagittarius A* di pusat Bima Sakti yang bisa dipelajari gerak dan posisinya.

Untuk itu, jejaring Teleskop VERA akan bergabung dengan Jaringan VLBI Asia Timur (EAVN) yang akan menggabungkan teleskop radio di Jepang, Korea, dan China. Penambahan teleskop tentu saja akan menghasilkan resolusi yang lebih tinggi. Dengan demikian, pemahaman tentang gerak dan struktur Bima Sakti bisa semakin akurat.

Fakta keren:

VLBA memiliki ketajaman tinggi dan bisa melihat detil uang logam satu sen Amerika Serikat atau kogam 25 rupiah jika teleskop ini ditempatkan di permukaan Bulan!


Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang yang dikembangkan dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.

Unduh juga Infografik: Di Manakah Kita di Alam Semesta?

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini