fbpx
langitselatan
Beranda » Bulan Gelap Mini, Gerhana Bulan Total Terlama Abad 21

Bulan Gelap Mini, Gerhana Bulan Total Terlama Abad 21

Gerhana Bulan Total 28 Juli merupakan gerhana bulan terakhir musim gerhana tahun 2018. Pada saat Gerhana Bulan Total berlangsung, masyarakat bisa mengamati 3 peristiwa lainnya yakni, Bulan Mini atau Bulan Purnama Apogee, Oposisi Mars dan puncak hujan Meteor Aquarid. Selain hujan meteor Aquarid, pengamat juga bisa berburu hujan meteor alpha Capricornid yang sedang berlangsung.

Seluruh peristiwa tersebut bisa diamati mulai tanggal 27 Juli sore setelah Matahari terbenam sampai tanggal 28 Juli ketika fajar menyingsing. Khusus untuk Gerhana Bulan Total, baru akan terjadi tengah malam sampai dini hari.

Gerhana Bulan Total

Bulan mengitari Bumi dan bersama Bumi, keduanya mengitari Matahari. Akibatnya ada saat dimana Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada posisi sejajar sehingga menyebabkan terjadinya gerhana.  Kalau gerhana Matahari terjadi ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, maka gerhana Bulan justru terjadi saat Bumi berada di antara Matahari dan Bulan.

Konfigurasi Matahari - Bumi - Bulan saat terjadinya gerhana bulan total. Kredit: langitselatan
Konfigurasi Matahari – Bumi – Bulan saat terjadinya gerhana bulan total. Kredit: langitselatan

Pada konfigurasi sejajar Matahari – Bumi – Bulan, cahaya Matahari ke Bulan jadi terhalang oleh Bumi. Biasanya konfigurasi ini terjadi saat Bulan Purnama. Akan tetapi, gerhana bulan tidak terjadi setiap Bulan mencapai fase Purnama. Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang miring 5º dibanding orbit Bumi.  Akibatnya, ada saatnya Bulan tidak selalu masuk dalam bayang-bayang Bumi yang menyebabkan Matahari terhalang.

Ketika gerhana Bulan terjadi, Bulan memasuki bayang-bayang inti Bumi atau umbra Bumi dan menghilang dari pandangan pengamat di Bumi.  Seharusnya, Bumi jadi gelap seperti halnya gerhana Matahari, karena Bulan tidak menerima cahaya Matahari untuk dipantulkan.

Tapi itu tidak terjadi.

Gerhana Bulan nan Gelap

Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018. Foto: Jeff Teng
Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018. Foto: Jeff Teng

Ketika Gerhana Bulan Total, pada umumnya pengamat melihat Bulan tidak menghilang tapi berwarna merah seperti bata atau darah. Warna merah itu berasal dari cahaya Matahari yang bisa lolos melewati atmosfer Bumi dan mencapai Bulan.

Jadi, saat cahaya Matahari melewati atmosfer Bumi, cahaya pada panjang gelombang hijau sampai ungu disebarkan dan disaring oleh atmosfer. Hanya cahaya merah yang bisa lolos melewati atmosfer dan menyinari Bulan meskipun sebagian cahaya merah tersebut ada yang dibiaskan atau dibelokkan.

Tapi, tidak setiap GBT, bulan memerah.

Kenampakan Bulan saat gerhana bulan total bervariasi untuk setiap gerhana. Hal ini terkait erat dengan jalur yang dilintasi Bulan dalam bayang-bayang Bumi.

Atmosfer Bumi memang memainkan peran penting dalam meneruskan cahaya Matahari sehingga pengamat masih bisa melihat Bulan berwarna merah saat gerhana. Akan tetapi, di dalam atmosfer Bumi juga ada debu, materi organik, dan bahkan debu vulkanik.  Jadi jika ada erupsi gunung berapi yang dasyat dan debunya masuk ke atmosfer dalam jumlah besar, gerhana yang terjadi bisa berwarna merah sangat gelap selama beberapa tahun.

Itu dari pengaruh atmosfer.

Berdasarkan skala Danjon, kenampakan Bulan memang bisa merentang dari skala L dari 0 sampai 4. Untuk skala Danjon 0,  bulan tampak sangat gelap atau menghilang dari pandangan pengamat ketika Bulan melintasi pusat umbra Bumi.  Untuk skala 1 – 4, warna Bulan merentang dari gelap, merah gelap, merah bata sampai warna oranye / merah sangat terang.

Baca juga:  Astronomi & Musik Klasik: Suite “The Planets” karya Gustav Holst

Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018 jadi istimewa karena  Bulan akan melintas tepat di tengah umbra Bumi.  Meskipun kenampakan gerhana masih bergantung pada kondisi atmosfer Bumi, namun diperkirakan GBT kali ini bulan akan berwarna merah gelap terutama bagian selatan Bulan yang melintasi tepat di garis tengah umbra Bumi. Kondisi ini  termasuk langka.

Gerhana Bulan Total Terlama di Abad-21

Skema Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018. Kredit: langitselatan
Skema Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018. Kredit: langitselatan

Selain tampak merah gelap, gerhana bulan kali ini akan memiliki durasi terpanjang selama abad 21 (2001 – 2100) yakni 103 menit. Durasi yang panjang tersebut terjadi karena selain melintasi pusat umbra Bumi, Bulan juga sedang berada pada titik terjauh dari Bumi atau apogee. Secara umum, fenomena Bulan Purnama Apogee ini dikenal sebagai Bulan mini atau Bulan mikro karena piringan Bulan akan tampak 14% lebih kecil dari Bulan Purnama saat di perigee a.k.a Bulan Super.

Bulan mencapai titik terjauhnya tanggal 27 Juli 2018 pukul 12:44 WIB atau 14 jam 38 menit sebelum gerhana bulan total terjadi.  Jika dibandingkan dengan jarak rata-rata Bulan 384.400 km, itu artinya Bulan menjauh 21.823 km atau piringan Bulan akan tampak 5,6% lebih kecil dibanding rata-rata.  Jika dibandingkan dengan Bulan saat berada pada jarak terdekat dari Bumi, piringan Bulan akan tampak 11,2% lebih kecil

Meskipun piringan Bulan tampak lebih kecil, tidak banyak perbedaan yang bisa dilihat oleh pengamat.

Efek terjadinya Gerhana saat Bulan Purnama apogee, durasi gerhana bulan totalGBT pun jadi jauh lebih lama. Untuk GBT 28 Juli 2018, durasi total akan berlangsung selama 1 jam 42 menit 57 detik, sedangkan GBT 31 Januari 2018 saat Bulan di perigee, durasinya hanya 1 jam 16 menit 4 detik.

GBT paling lama sebelum 21 Juli 2018 adalah GBT 16 Juli 2000 yakni selama 01 jam 46 menit 24 detik yang sekaligus GBT terlama abad 20.  Durasi total terpanjang berikutnya adalah GBT 9 Juni 2123 dengan durasi 1 jam 46 menit 6 detik yang juga GBT paling lama di abad 22.

Kemiripannya, ketiga gerhana tersebut terjadi saat Bulan melintasi pusat umbra Bumi di bulan Juni – Juli saat Bumi sedang berada di area titik terjauhnya dari Matahari, dan Bulan juga sedang berada di area titik terjauh dari Bumi.

Berdasarkan Hukum ke-3 Kepler, dalam lintasan elips, sebuah benda bergerak lebih cepat saat berada dekat pusat massa dan lebih lambat saat jauh dari pusat massa.

Nah,  ketika Bulan sedang berada di apogee, jarak yang jauh menyebabkan Bulan yang pirngannya jadi tampak lebih kecil ini akan bergerak lebih lambat melintasi umbra Bumi.  Selain itu, posisi Bumi yang sedang berada di aphelion atau titik terjauh dari Matahari juga menyebabkan umbra Bumi mencapai panjang dan lebar maksimum.  Karena itu, butuh waktu lebih lama bagi Bulan untuk ke luar dari bayang-bayang inti Bumi.

Gerhana Bulan Total 28 Juli dari Indonesia

GBT 28 Juli 2018 secara umum dapat diamati dari Amerika Selatan, Eropa, Asia, Australia, Afrika, Lautan Atlantik, Lautan Hindia dan Antartika. Pengamat di seluruh Indonesia bisa menyaksikan gerhana bulan.  Akan tetapi,  kita tidak bisa menyaksikan seluruh proses gerhana.  Gerhana akan dimulai lewat tengah malam dan Matahari sudah terbit sebelum gerhana berakhir.

Kenampakan Gerhana Bulan Total 27 Juli 2018 dari Indonesia. Kredit: langitselatan
Kenampakan Gerhana Bulan Total 27 Juli 2018 dari Indonesia. Kredit: langitselatan

Untuk sebagian wilayah Papua, puncak gerhana Bulan tidak dapat diamati seluruhnya karena Bulan sudah terbenam. Wilayah Indonesia timur dan tengah masih bisa menyaksikan puncak gerhana akan tetapi proses akhir gerhana sebagian tak bisa diamati karena Bulan sudah terbenam atau terlalu rendah di horison. Wilayah Indonesia barat masih cukup beruntung karena fajar menyingsing saat Bulan sudah ke luar dari bayang-bayang inti Bumi.

Baca juga:  Gerhana Bulan Penumbra 2024

Untuk GBT 28 Juli, Bulan akan mulai memasuki bayangan Bumi pukul 00:14 WIB dan menghabiskan waktu 3 jam 54 menit dalam umbra Bumi. Keseluruhan gerhana bulan akan terjadi selama 6 jam 13 menit dengan durasi gerhana total 1 jam 43 menit.  Gerhana Bulan Total ini merupakan yang paling lama sejak 18 tahun lalu dan baru akan terlampaui 105 tahun lagi.

Proses Gerhana Bulan Total dimulai pukul 01:24 WIB sampai pukul 05:19 dengan puncak gerhana berlangsung pukul 03:22 WIB.

Waktu Indonesia Bagian Barat
Awal Gerhana Penumbral (P1) : 00:14:49 WIB
Awal Gerhana Sebagian (U1) : 01:24:27 WIB
Awal Gerhana Total (U2) : 02:30:15 WIB
Puncak Gerhana :  03:21:43 WIB
Akhir Gerhana Total (U3) : 04:13:12 WIB WIB
Akhir Gerhana Sebagian (U4) : 05:19:00 WIB
Akhir Gerhana Penumbral (P4): 06:28:37 WIB

Waktu Indonesia Bagian Tengah
Awal Gerhana Penumbral (P1) : 01:14:49  WITA
Awal Gerhana Sebagian (U1) : 02:24:27 WITA
Awal Gerhana Total (U2) : 03:30:15 WITA
Puncak Gerhana :  04:21:43 WITA
Akhir Gerhana Total (U3) : 05:13:12 WITA
Akhir Gerhana Sebagian (U4) : 06:19:00 WITA
Akhir Gerhana Penumbral (P4): 07:28:37 WITA

Waktu Indonesia Bagian Timur
Awal Gerhana Penumbral (P1) :  02:14:49  WIT
Awal Gerhana Sebagian (U1) : 03:24:27 WIT
Awal Gerhana Total (U2) : 04:30:15 WIT
Puncak Gerhana :  05:21:43 WIT
Akhir Gerhana Total (U3) : 06:13:12 WIT
Akhir Gerhana Sebagian (U4) : 07:19:00 WIT
Akhir Gerhana Penumbral (P4): 08:28:37 WIT

Jika cuaca memungkinkan, jangan lewatkan Gerhana Bulan Total paling lama di abad 21.  Selain Gerhana Bulan Total, pengamat juga bisa menyaksikan oposisi Mars serta puncak hujan meteor delta aquarid yang akan tampak datang dari rasi Aquarius. Jika beruntung, kamu juga bisa menyaksikan hujan meteor alpha Capricornid yang sedang menuju puncak pada tanggal 30 Juli.

Clear Sky!


Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini