fbpx
langitselatan
Beranda » Pegunungan Es di Pluto

Pegunungan Es di Pluto

Setelah melalui perjalanan yang super panjang menempuh hampir 5 miliar kilometer, akhirnya New Horizons bisa berpapasan dengan Pluto. Berpapasan dari dekat seperti seorang penggemar yang hanya bisa melihat idolanya dari jarak paling dekat dan memotret sang idola. Perjalanan super panjang yang sampai saat ini belum pernah ditempuh oleh misi manapun.

New Horizons menjadi Wahana Antariksa pertama yang bisa berpapasan sangat dekat dengan Pluto. Setelah berpapasan, New Horizons pun harus mengucapkan selamat tinggal pada Pluto dan meninggalkan planet kerdil itu dengan kecepatan 14 km per detik dan dalam 1 hari Wahana Antariksa tersebut sudah menjauh 1,5 juta km dari Pluto.

Wajah Pluto dari masa ke masa. Dimulai dari yang dilihat Clyde Tombaugh di tahun 1930, juga Teleskop Hubble dan New Horizons. Kredit: Clyde Tombaugh/Observatorium Lowell/Hubble/New Horizons/NASA
Wajah Pluto dari masa ke masa. Dimulai dari yang dilihat Clyde Tombaugh di tahun 1930, juga Teleskop Hubble dan New Horizons. Kredit: Clyde Tombaugh/Observatorium Lowell/Hubble/New Horizons/NASA

Tapi tak bisa dipungkiri kalau seluruh penghuni Bumi sangat menanti jadwal tiba New Horizons yang terbang lintas di obyek terbesar di Sabuk Kuiper tersebut. Meskipun demikian kunjungan singkat New Horizons di Pluto yang bertepatan dengan perayaan 50 tahun terbang lintas Mariner di Mars tersebut menghasilkan cerita yang tak akan pernah selesai ditelaah sampai bertahun-tahun mendatang.

Saat berpapasan dengan Pluto, New Horizons memang tidak berkomunikasi dengan Bumi karena sibuk memotret dan mengambil data dari Pluto dan satelit-satelitnya. Dan setelah menunggu satu hari, kita bisa melihat dari dekat seperti apa Pluto lewat pandangan New Horizons.

Es di Pluto
Sebelum membahas foto-foto yang dikirim New Horizons, ada beberapa analisa menarik terkait es di Pluto. Tentunya masih ingat bentuk hati di Pluto yang tampaknya mendunia dalam berbagai interpretasi? Nah, berdasarkan analisa para astronom, bentuk tersebut merupakan salju yang terbentuk dari es nitrogen dan karbon monoksida. Menariknya, es di Pluto memiliki sifat yang berbeda-beda dan masih terus dipelajari. Pada temperatur yang berbeda-beda, es di Pluto bisa memiliki struktur kristal yang juga berbeda. Perpaduan atau percampuran es di Pluto juga terjadi seperti baja yang terbuat dari karbon dan besi. Area berbentuk hati itu secara informal diberi nama Tombaugh Regio sebagai penghormatan pada Clyde Tombaugh yang menemukan Pluto di tahun 1930.

Dalam foto yang sudah dikirimkan New Horizons saat menuju Pluto, tampak ada fitur berupa tebing. Menurut para astronom, untuk bisa membentuk tebing, es yang menjadi komposisi pembentuknya merupakan materi yang sangat kuat. Dan meskipun belum tampak kehadiran cairan di Pluto, tapi selalu ada kemungkinan cairan berada di lapisan di bawah permukaan yang kemudian mempengaruhi struktur lapisan di atasnya.

Singkatnya ada dua skenario untuk bagian dalam Pluto. Planet kerdil ini merupakan percampuran es dan batuan atau batuan di Pluto berada di lapisan paling bawah dan es berada di lapisan teratas. Selain tidak ada tanda-tanda cairan di Pluto, kehadiran air es juga belum tampak. Jika air es di Pluto ada, maka ia tidak akan bisa meleleh di atmosfer. Karena itu seharusnya air es bisa ditemukan di permukaan jika ada.

Baca juga:  Akankah Hujan Meteor Camelopardalids Menjadi Badai di Bulan Mei?

Pertanyaan lain yang masih diselidiki jawabannya adalah bintik hitam di kutub Charon. Apakah bintik ini merupakan materi yang ditransfer dari Pluto ataukah berasal dari dalam Charon sendiri. Seandainya New Horizons bisa melihat keberadaan atmosfer di Charon yang memiliki kemiripan dengan Pluto, maka bisa dipastikan bintik hitam itu terbentuk dari interior Charon.

Jadi apa yang dilihat New Horizons selama papasan dekatnya dengan Pluto? Permukaan Pluto! Charon! Hydra! Ok mari kita telusuri hasil dari New Horizons ini.

Pluto Dalam Pertemuan dengan New Horizons
Ada beberapa kejutan yang rupanya disiapkan New Horizons untuk Bumi. Yang pertama adalah pegunungan es di Pluto! Foto pertama dari Hydra dan sepenggal kisah dari permukaan Charon yang aktif.

Kita mulai dengan si planet kerdil Pluto!

Foto-foto close-up yang diambil New Horizons saat berjumpa Pluto merupakan area di dekat ekuator planet kerdil tersebut.

Permukaan Pluto yang memperlihatkan kehadiran pegunungan setinggi 3500 meter. Kredit: NASA-JHUAPL-SwRI
Permukaan Pluto yang memperlihatkan kehadiran pegunungan setinggi 3500 meter. Kredit: NASA-JHUAPL-SwRI

Dan apa yang dilihat oleh New Horizons mengejutkan para astronom dan geolog.  Foto permukaan Pluto dari dekat yang dikirim memang hanya 1% dari seluruh permukaan Pluto. Akan tetapi memberi cerita yang sangat menarik.

Foto dari ketinggian 77000 km dari permukaan Pluto memperlihatkan kehadiran gunung setinggi 3500 meter di atas permukaan esnya. Menariknya lagi, pegunungan tersebut baru terbentuk sekitar 100 juta tahun lalu. Jauh lebih muda dari usia Tata Surya yang mencapai 4,56 miliar tahun.

Pegunungan yang diduga memiliki fondasi berupa air es tersebut masih dalam proses pembentukan. Artinya planet kerdil ini secara geologi masih aktif. Usia pegunungan tersebut bisa diketahui dari kurangnya kawah di area tersebut.

Dari analisa awal, area yang dilihat new Horizons tersebut seharusnya merupakan area yang dibombardir oleh debu maupun serpihan lain selama miliaran tahun sehingga memiliki kawah.

Dan bagaimana kawah—kawah itu bisa hilang? Tampaknya ada aktivitas baru yang menyebabkan area tersebut mengalami pembedahan aka perbaikan permukaan yang menghapus semua bopeng aka kawah dari masa lalu.

Permukaan di daerah ekuator Pluto yang dilihat New Horizons ini merupakan permukaan termuda yang pernah dilihat di Tata Surya.  Berbeda dengan bulan es di planet lain, Pluto tidak dapat dipanaskan oleh interaksi gravitasi dengan obyek planet yang lebih besar.  Karena itu, pembentukan lanskap pegunungan di Pluto tersebut diperkirakan berasal dari proses lain. Dan kehadiran aktivitas geologi tanpa adanya pemanasan dari interaksi dengan obyek lebih besar membuat para ilmuwan mulai mengkaji kembali aktivitas geologi di obyek beku lainnya.

Pertanyaannya proses apakah yang membentuk pegunungan tersebut? Apalagi Pluto merupakan obyek yang kecil dan diperkirakan intinya sudah membeku sejak terbentuk 4,56 miliar tahun lalu. Jawabannya masih menanti analisa lebih lanjut dan data lain yang akan dikirim New Horizons.

Baca juga:  Kala Teleskop-Teleskop NASA Mengamati Pola Cuaca di Katai Coklat

Air es yang belum tampak itu bisa jadi berada di dasar pegunungan Pluto dan menjadi fondasi yang membentuk pegunungan di sana. Es metana dan nitrogen yang menutupi permukaan Pluto tidak cukup kuat untuk menjadi dasar bagi pegunungan yang terbentuk. Dibutuhkan materi yang lebih kaku dan kokoh. Nah, pada temperatur Pluto, air es bisa bertindak sebagai batuan kokoh yang menjadi fondasi dari pegunungan setinggi 3500 meter tersebut.

Kandungan Metana di Pluto
Selain kehadiran pegunungan di Pluto, spektrum dari instrumen Ralph pada New Horizons juga memperlihatkan kelimpahan es metana di Pluto memiliki perbedaan di setiap lokasi.

Potret kelimpahan metana yang berbeda-beda di PLuto. kredit: NASA-JHUAPL-SwRI
Potret kelimpahan metana yang berbeda-beda di PLuto. kredit: NASA-JHUAPL-SwRI

Di tudung kutub utara Pluto, es metana dicairkan atau dilarutkan dalam lempeng es nitrogen yang tebal sehingga menghasilkan penyerapan cahaya inframerah yang kuat. Pada salah satu daerah gelap di ekuator, es metana menyebabkan serapan cahaya inframerah jadi lebih dangkal dan mengindikasikan adanya perbedaan struktur. Pada area ini, spektrum yang ada menunjukkan kalau es metana kurang larut dalam nitrogen.

Contoh tekstur berbeda di Bumi bisa dilihat pada tumpukan salju yang terang dan tampak putih dan es yang lebih padat di kutub yang tampak berwarna biru.

Saat ini New Horizons memang sudah meninggalkan Pluto akan tetapi data dari New Horizons masih akan terus dikirim dan kejutan lain dari Pluto masih menunggu giliran untuk diceritakan. Setelah Pluto, New Horizons direncanakan akan melakukan terbang lintas pada satu obyek di Sabuk Kuiper mengingat bahan bakar yang ia miliki hanya cukup untuk satu misi lagi. Tapi untuk itu, tim New Horizons akan menentukan kemudian karena dibutuhkan dana yang tidak sedikit untuk merancang perpanjangan misi.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini