Dahulu kala, ada kisah tentang raksasa yang menelan bulan sehingga bulan menghilang di langit. Ia baru memuntahkan kembali Bulan ketika terjadi keributan saat para wanita menumbuk lesung atau memukul kentongan. Itulah kisah tentang Batara Kala dan gerhana Bulan. Tapi bagaimana kejadian sebenarnya?
Gerhana Bulan
Bulan, satelit setia Bumi ini merupakan obyek batuan dengan diameter 3476 km. Ia tidak punya cahaya, tapi setiap malam manusia di Bumi bisa menikmati “cahaya” Bulan yang menemani tidur manusia. Cahaya ini sesungguhnya milik Matahari yang dipantulkan oleh permukaan Bulan.
Bulan dalam kesehariannya mengorbit Bumi dalam waktu 27,3 hari dengan periode sinodik 29,5 hari. Nah selama mengitari Bumi ini, perubahan posisi Bulan terhadap Matahari menyebabkan Bulan memiliki siklus fasa Bulan yang dimulai dari Bulan Baru – Kuartir Pertama – Bulan Purnama – Kuartir Terakhir – Bulan Baru.
Di antara fase Bulan tersebut, ada fase purnama yang bagi para pengamat di Bumi sangat indah karena Bulan tampak bulat sempurna dan bersinar terang di malam hari. Pada saat fase purnama inilah gerhana Bulan terjadi. Sederhananya, gerhana bulan terjadi saat Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, yang mengakibatkan sinar Matahari terhalang sehingga tidak diterima Bulan. Artinya lagi ketiganya sedang dalam posisi sejajar.
Saat Bulan sedang berada dalam bayangan Bumi, ada dua kerucut yang terbentuk. Yang satu berada di dalam yang lainnya. Bagian terluar adalah bayangan penumbra, area dimana Bumi menghalangi sebagian sinar Matahari untuk mencapai Bulan. Bayangan yang ada di bagian dalam adalah umbra atau bayangan inti dimana Bumi menghalangi seluruh sinar Matahari untuk mencapai Bulan. Karena itu saat “gerhana” ada beberapa tipe gerhana Bulan yakni:
- Gerhana Bulan Penumbra, saat Bulan melintasi bayangan penumbra Bumi dan pada saat terjadi gerhana penumbra Bulan akan tampak suram tapi masih bisa dilihat.
- Gerhana Bulan Sebagian, saat sebagian Bulan masuk dalam bayangan umbra Bumi. Akibatnya sebagian Bulan tidak akan mendapat sinar Matahari dan bisa dinikmati dengan mata telanjang.
- Gerhana Bulan Total, terjadi ketika Bulan sepenuhnya masuk dalam umbra Bumi. Ketika Bulan masuk dalam bayangan Bumi seluruhnya, Bulan tidak “menghilang” tapi saat fase gerhana total , pengamat akan melihat Bulan yang berwarna merah.
Apakah Gerhana Bulan Terjadi Setiap Bulan?
Gerhana Bulan terjadi ketika Bulan sedang di fase purnama. Tapi mengapa kita tidak mengalami Gerhana setiap purnama?
Orbit Bumi dan orbit Bulan memiliki perpotongan dengan sudut 5 derajat. Akibatnya, Bulan akan menghabiskan waktunya lebih banyak di atas atau di bawah bidang orbit Bumi. Ketika bulan Purnama, karena adanya perbedaan 5 derajat tersebut Bulan akan melintas di atas atau di bawah bayangan Bumi sehingga ia tidak masuk ke dalam bayangan itu dan gerhana tidak terjadi. Tapi 2-4 kali dalam setahun Bulan akan melintas melewati penumbra Bumi atau bahkan masuk dalam bayangan umbra Bumi. Ketika itu terjadi, maka gerhana pun terjadi.
Bulan Yang Memerah
Ketika gerhana bulan total terjadi, pada saat Bulan sepenuhnya memasuki bayangan Bumi tentunya kita mengharapkan Bulan akan menghilang dan tak lagi terlihat. Nyatanya tidak demikian. Bayangan Bulan masih bisa dilihat dan tampak merah. Mengapa demikian? Saat terjadi gerhana Bulan, Bumi akan menghalangi datangnya cahaya Matahari ke Bulan sehingga Bulan tidak akan menerima cahaya untuk kemudian dipantulkan ke Bumi. Jika kita para pengamat bisa melihat Bumi dari dalam bayangannya maka kita akan melihat atmosfer di terpi seluruh planet Bumi berpendar merah. Hmm.. sebenarnya inilah yang dilihat para astronom yang berada di ruang angkasa ketika terjadi gerhana bulan Total. Sebuah cincin merah yang mengelilingi Bumi.
Saat Bulan berada dalam bayangan umbra Bumi, cahaya Matahari secara tidak langsung masih bisa lolos dan mencapai Bulan. Tapi, cahaya Matahari ini harus terlebih dahulu melewati atmosfer Bumi yang menyaring / menyebarkan hampir semua cahaya biru/hijaunya. Sehingga hanya cahaya merah yang bisa lolos melewati atmosfer. Cahaya merah atau oranye yang lolos ini jauh lebih redup dari cahaya matahari yang putih. Meskipun lolos, atmosfer Bumi juga membiaskan atau membelokkan sebagian cahaya tersebut sehingga hanya sebagian kecil yang mencapai Bulan dan menyinari Bulan yang sedang berada dalam bayangan Bumi.
Seandainya, Bumi tidak punya atmosfer maka tidak akan ada cahaya yang dibiaskan dan dibelokkan sehingga Bulan akan tampak total gelap dan hitam selama terjadinya gerhana. Tapi karena ada atmosfer, saat gerhana bulan total nanti Bulan akan tampak berwana coklat gelap dan merah ataupun oranye terang dan kuning bergantung pada banyaknya debu dan awan yang ada di atmosfer Bumi. Gerhana Bulan juga bisa menjadi sangat gelap setelah terjadinya letusan gunung berapi karena biasanya saat terjadi letusan dilepaskan abu vulkanis dalam jumlah besar ke angkasa.
Jadi malam ini, mari kita nikmati indahnya Bulan yang memerah !
Clear Sky!
Sebagai tambahan, untuk kemerahan gerhana bulan biasanya dinyatakan dalam skala Danjon, yang terbagi dalam 5 skala nilai L, dari skala L = 0 yang menyatakan bulan yang sangat gelap hingga hampir tidak terlihat, sampai skala L = 4 yang menyatakan warna bulan merah tembaga yang terang atau berwarna oranye.
Skala L ini ditentukan oleh pengamat dengan mata telanjang atau memakai binokuler maupun teropong kecil.
MOhon bantuan dan pertolongannya, saya bergerak di bidang terjemahan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, sedang mencari istilah-istilah fase bulan berikut ini:
Waning Crescent
Waning Gibbous
Waxing Crescent
Waxing Gibbous
Mungkin bisa bantu untuk istilah-istilah itu dalam bahasa Indonesia yang umum digunakan di bidang astronomi mungkin ada?
mbak ivie, mau nanya.. dijawab yah.
Kemarin tgl 5 mei 2012, dinihari sebelum supermoon, jam 4-setengah 5 pagi, saya liat bulannya juga memerah. ini potonya https://twitter.com/#!/rigeladitya/media/slideshow?url=pic.twitter.com%2FpfHEMw7N (foto diedit tambah kontras aja, jadi tambah merah sedikit)
boleh dikasi tau penjelasannya? penasaran 😀
terima kasi sebelumnyaa 😀