fbpx
langitselatan
Beranda » Pita Raksasa di Tepi Tata Surya, Hasil Pengamatan IBEX

Pita Raksasa di Tepi Tata Surya, Hasil Pengamatan IBEX

Wahana IBEX (Interstellar Boundary Explorer) milik NASA, yang ditujukan untuk mengamati batas terluar wilayah Tata Surya kita, telah berhasil memetakan wilayah heliosfer Tata Surya kita dan mendapatkan sebuah temuan yang menarik, yaitu adanya sebuah pita cerlang yang melengkung melingkupi Tata Surya kita.

Peta ENA oleh IBEX, memperlihatkan adanya struktur pita. Kredit : NASA

Pita yang dalam gambar tampak cerlang, tetapi itu bukanlah terang karena pendaran dari sumber cahaya, sebagaimana pengamatan visual, alih-alih hasil pengamatan visual, sumber tersebut berasal dari dari partikel atom netral ber-energi (energetic neutral atoms/ENA), yang bisa dideteksi oleh IBEX dan diproduksi di wilyah luar heliosfer saat angin surya melambat dan bercampur dengan materi antar bintang dari luar sistem Tata Surya

Untuk bisa mendapatkan gambaran besar tepi Tata Surya, IBEX diletakkan pada posisi mengorbit Bumi. Dari pemetaan tersebut, diperoleh informasi adanya struktur halus filamen dari emisi ENA yang hanya selebar beberapa derajat. Pita itu sendiri bergerak pada jalur yang tegak lurus arah medan magnetic galaksi tepat di luar heliosfer.

Struktur halus filamen. Kredit : NASA
Model pemantulan

Menurut peneliti tamu Heliofisika NASA dari Universitas Alabama, Jacob Heerikhuisen, bentuk pita tersebut mungkin disebabkan oleh adanya pantulan dari angin surya yang mengarah pada ruang antar bintang terpantulkan kembali ke arah Tata Surya karena adanya medan magnetik galaksi. Pemantulan terjadi karena adanya reaksi “pertukaran muatan” antara proton dan atom Hidrogen. Partikel dari angin surya yang lolos dari wilayah Tata Surya, pada jarak sekitar ~ 100 Satuan Astronomi (mencapai 15 milyar kilometer) bertemu dengan medan magnet antar bintang. Gaya magnetik akan memotong partikel yang lolos dan mengembalikannya ke dalam Tata Surya.

Pemahaman kita akan heliosfer sangat penting dalam mengetahui perannya dalam melindungi sistem Tata Surya kita dari hujan sinar kosmis. Ukuran dan bentuknya menjadi faktor kunci dalam menentukan kekuatan perlindungan, dan berapa banyak sinar kosmis yang sampai ke Bumi. Dengan mengetahui itu maka, dapat dipahami bagaimana heliosfer merespon ketika berinteraksi dengan awan antar bintang dan medan magnetic galaksi.

Studi ini penting karena Tata Surya melalui wilayah dalam Bima Sakti yang dipenuhi oleh sinar kosmis dan awan antar bintang. Medan magnetik Matahari yang dikembangkan oleh dorongan angin surya menjadi suatu lingkup yang disebut heliosfer, melindungi semua yang ada dalam Tata Surya dari sinar kosmis di luar. Medan magnetik kuat di luar Tata Surya bisa saja menekan heliosfer dan berinteraksi dengan sistem heliosfer, tetapi kita belum memahami bagaimana interaksinya. (Gambar 5)

Awan materi antar bintang. Kredit : NASA

Sumber:  NASA

Avatar photo

Emanuel Sungging

jebolan magister astronomi ITB, astronom yang nyambi jadi jurnalis & penulis. Punya hobi dari fotografi sampe bikin komik, pokoknya semua yang berhubungan dengan warna, sampai-sampai pekerjaan utamanya adalah seperti dokter bedah forensik, tapi alih-alih ngevisum korban, yang di visum adalah cahaya, seperti juga cahaya matahari bisa diurai jadi warna cahaya pelangi. Maka oleh nggieng, cahaya bintang (termasuk matahari), bisa dibeleh2 dan dipelajari isinya.

3 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini