
Ekspedisi Kandidat Situs Observatorium Nasional di Kupang, NTT
Catatan perjalanan meninjau kandidat lokasi Observatorium Nasional di NTT
jebolan magister astronomi ITB, astronom yang nyambi jadi jurnalis & penulis. Punya hobi dari fotografi sampe bikin komik, pokoknya semua yang berhubungan dengan warna, sampai-sampai pekerjaan utamanya adalah seperti dokter bedah forensik, tapi alih-alih ngevisum korban, yang di visum adalah cahaya, seperti juga cahaya matahari bisa diurai jadi warna cahaya pelangi. Maka oleh nggieng, cahaya bintang (termasuk matahari), bisa dibeleh2 dan dipelajari isinya.
Catatan perjalanan meninjau kandidat lokasi Observatorium Nasional di NTT
Bagaimana rasanya bila astronomi dirayakan sebagai kegiatan ‘hari raya’? Demikian pengalaman penulis menghadiri Pekan Astronomi Nasional (National Astronomy Week) di Filipina, yang dirayakan setiap pekan ketiga di bulan Februari setiap tahunnya.
Pada tanggal 7 Februari 2014 ini secara resmi Profesor Thomas Djamaluddin dilantik oleh Menristek Gusti Muhammad Hatta menjadi kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) terbaru.
Apa itu kalender? Dalam KBBI, kalender adalah daftar hari dan bulan dl setahun; penanggalan; almanak; takwim. Yang artinya bahwa kalender dipergunakan sebagai alat yang menjadi penanda perubahan yang sehari-hari kita kenal sebagai waktu.
Pada 17-18 Desember 2013 yang baru lalu, bertempat di Kantor lembaga ANGKASA Malaysia, Banting, Selangor, Malaysia berlangsung pertemuan SEAAN yang ke-5.
Pada tahun 2013 ini, Indonesia mendapat kehormatan, untuk yang ketiga kalinya menjadi tuan rumah penyelenggaraan International School for Young Astronomers (ISYA), atau Sekolah Internasional untuk Astronom Muda, yang secara internasional diselenggarakan ke -35 kalinya
Kebudayaan Korea tidak hanya menarik perhatian dengan K-Pop-nya, akan tetapi ternyata dalam sejarah panjang ilmu astronominya, paling tidak itu yang terungkap dari diskusi di Pusat Kebudayaan Korea, Jakarta, 22 Juli 2013 yang lalu.
Selama ini pemahaman kita akan asal muasal alam semesta telah didasarkan pada konsep bahwa alam semesta lahir melalui sebuah proses ‘dentuman besar’, pada suatu ketika di masa lampau.
Pada tanggal 22 Januari 2013 yang lalu, bertempat di Taman Nasional Doi Inthanon, diresmikanlah TNO (Thai National Observatory), yaitu fasilitas observatorium dengan peralatan utamanya berupa teleskop berukuran 2.4 meter; teleskop optik terbesar untuk wilayah Asia Tenggara saat ini.
Para astronom yang melakukan pengamatan menggunakan teleskop ruang angkasa milik NASA, Spitzer dan Hubble, mengamati dan menyusun analisis akan adanya badai dari sebuah katai coklat, kemudian menyusun “peta cuaca” paling detail untuk benda langit berbentuk bola, menyerupai kondisi bintang yang cenderung dingin.
Pada tahun 2011, sebuah ledakan yang sangat berenergi yang terjadi mencapai sebulan lamanya, diakbiatkan oleh lubang hitam yang sangat besar,
Wahana Nuclear Spectroscopic Telescope Array (NuSTAR) milik NASA telah mengarahkan pandangannya pada sebuahgalaksi spiral dan menangkap cahaya cemerlang dari dua lubang hitam bersembunyi di dalam.
Pada bulan Agustus 2012 ini, maka perjalanan studi ilmu pengetahuan pada fenomena alam yang dikenal sebagai berkas sinar kosmis (Cosmic Ray), telah mencapai 100 tahun.
Bagi kebanyakan orang, bila kita melihat bintang di langit, tentunya kita mendapatkan bahwa semua bintang hampirlah serupa satu sama lain, yaitu bola gas yang berpijar kemerlap. Pertanyaannya adalah, bagaimanakah kita tahu berapa usia bintang itu?
Beberapa waktu yang lalu seorang rekan dari media massa menanyakan kepada penulis tentang fenomena ‘super moon’ 19 Maret 2011, apa itu?