fbpx
langitselatan
Beranda » Stein – Permata Di Angkasa Dalam 3-Dimensi

Stein – Permata Di Angkasa Dalam 3-Dimensi

Rosetta adalah wahana antariksa yang dimiliki oleh ESA (European Space Agency) yang ditujukan untuk mempelajari komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Wahana ini telah diluncurkan pada tahun 2004, dan dalam perjalanannya, wahana ini akan terbang dari dekat (flyby) dengan dua buah asteroid, yaitu, 2867 Stein (2008) dan 21 Lutetia (2010).

Citra 3 Dimensi asteroid Steins. Kredit : ESA

Proses terbang dekat terhadap Stein telah berhasil dilakukan sebulan yang lalu, yaitu pada 5 September 2008, dengan jarak 800 km dari asteroid dengan laju 8,6 km/dtk terhadap Stein dan teriluminasi oleh Matahari, memberikan kesempatan untuk pengamatan asteroid dari dekat. Pada saat itu, Rosetta akan berjarak 2,41 Satuan Astronomi, atau sekitar 360 juta km dari Bumi, dan sinyal yang dikirimkan dari Rosetta mencapai Bumi setelah menempuh perjalanan selama 20 menit.

Yang menarik, citra dari sistem pencitra OSIRIS dan VIRTIS spektrometer inframerah memberikan hasil yang sangat luar biasa. Citra yang diperoleh dari pengamatan memperlihatkan bahwa Stein berbentuk seperti Permata di angkasa

Dari citra tersebut, tampak bahwa di asteroid tersebut ada beberapa kawah kecil dan dua kawah besar dengan diameter mencapai 2 km, yang mengindikasikan bahwa asteroid tersebut sudah sangat tua. Dalam citra tersebut ada serangkaian rantai kawah tumbukan. Artinya, rantai kawah itu terbentuk dari serangkaian tumbukan ketika asteroid itu berotasi, yang bisa saja disebabkan oleh aliran meteorid atau rangkaian pecahan benda-benda kecil.

Rantai tersebut tersusun dari tujuh buah kawah, dan untuk menentukan umur asteroid, perhitungan pada kawah permukaan telah dilakukan. Semakin banyak kawah, semakin tua umurnya, dan telah tercatat ada 23 kawah teramati. Dan untuk memahami keseluruhan permukaan asteroid, citra dibuat menjadi bentuk citra tiga dimensi.

Dari citra tersebut, ilmuwan mencoba memahami mengapa asteroid tersebut sangat luar biasa cerlang, dan seberapa halus bulir pada permukaan regolith. Dari itu maka bisa dipahami bagaimana asteroid terbentuk. Steins sendiri diklasifikasikan sebagai asteroid tipe-E, dengan komposisi utama adalah silikat dan basalt. Dengan pemahaman yang lebih baik akan sampel yang diperoleh dari data-data tersebut, kita bisa lebih jauh mengerti tentang asal-usul planet-planet dan sistem keplanetan tetangga kita.

Sumber : ESA

Baca juga:  Berkunjung ke Istana Naga: Catatan Perjalanan Misi Hayabusa2
Avatar photo

Emanuel Sungging

jebolan magister astronomi ITB, astronom yang nyambi jadi jurnalis & penulis. Punya hobi dari fotografi sampe bikin komik, pokoknya semua yang berhubungan dengan warna, sampai-sampai pekerjaan utamanya adalah seperti dokter bedah forensik, tapi alih-alih ngevisum korban, yang di visum adalah cahaya, seperti juga cahaya matahari bisa diurai jadi warna cahaya pelangi. Maka oleh nggieng, cahaya bintang (termasuk matahari), bisa dibeleh2 dan dipelajari isinya.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini