fbpx
langitselatan
Beranda » Asteroid 2008 AZ28 Ditemukan Oleh Siswa SMA

Asteroid 2008 AZ28 Ditemukan Oleh Siswa SMA

Apa untungnya menjadi astronom amatir? Bagaimana seandainya kamu menemukan sebuah benda langit baru?

image credit wins.com
Bagaimana rasanya jika kamu menjadi orang yang berhak menamakan sebuah benda langit? Mungkin itu pertanyaan yang seringkali muncul dalam pikiran para pencinta langit, atau bahkan di kalangan orang awam.

Menjadi astronom amatir bukan berarti hanya sekedar memuaskan hobi mengamat langit. Seorang astronom amatir pun seringkali bisa memberi kontribusi bagi dunia astronomi profesional. Contoh menarik bagaimana astronom amatir bisa memberikan penemuan penting adalah 3 siswa SMA di Wisconsins yang berhasil menemukan sebuah asteroid. Penemuan ini terjadi saat mereka melakukan observasi untuk tugas astronomi di kelasnya. Ketiganya adalah Connor Leipold, Tim Patika, dan Kylie Simpson dari The Prairie School. Hasil penemuan mereka telah diverifikasi oleh Minor Planet Center di Cambridge sebagai asteroid.

Saat ini, asteroid tersebut diidentifikasikan dengan kode 2008 AZ28, dan ketiga penemunya akan mendapatkan kesempatan untuk menamai asteroid tersebut. Pengamatan asteroid ini dilakukan menggunakan teleskop yang berlokasi di New Mexico yang dioperasikan via internet, dan disponsori oleh Calvin College di Grand Rapids, Michigan. Teleskop ini akan mengambil gambar digital setiap 1 jam selama 4 jam setiap malam, dan para siswa akan mengamati foto-foto yang diambil, bagaikan sedang menikmati film dalam gerak lambat. Dari sini, mereka akan mencari dan mengamati setiap perubahan yang terjadi.

Menurut Vanden Heuvel, guru sains ketiga siswa tersebut, diperkirakan 2008 AZ28 memiliki periode orbit 5 tahun dalam mengelilingi matahari.

Penemuan asteroid oleh siswa SMA ini memang bukan untuk pertama kalinya, karena pada tahun 1998 sebuah grup siswa SMA juga berhasil menemukan asteroid di Sabuk Kuiper menggunakan National Science Foundation’s (NSF) 4-meter Blanco Telescope di Chile. Program tersebut merupakan bagian dari National Science Foundations’s Hands-On Universe Project.

Nah bagaimana dengan siswa SMA dan astronom amatir di Indonesia? Akankah ada yang berhasil menemukan sesuatu, atau setidaknya melakukan terobosan dalam dunia astronomi?

Baca juga:  OSIRIS-REX: Souvenir Batuan dari Bennu Akhirnya Tiba di Bumi
Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Semoga saja para siswa di Indonesia bisa mengikuti jejak siswa dari luar negeri. Tetapi yang pertama perlu dilakukan adalah bagaimana Astronomi dijadikan sebagai mata pelajaran tersendiri di SMA. Sehingga pengetahuan tentang ilmu ini dapat lebih banyak lagi di serap siswa di Indonesia

  • untuk jadi mata pelajaran tersenduiri mungkin agak berat. Karena bagaimanapun dasar-dasar astro itu ada di matematika dan fisika. Sehingga jika dijadikan materi terpisah harus selalu disesuaikan dengan kurikulum lainnya. Tapi akan sangat baik jika untuk saat ini materi astronomi mendapat porsi lebih dan kesempatan utnuk observasi di lapangan untuk siswa. Ini akan bisa membangun keingintahuan siswa.

  • Saya malah tidak menyarankan astronomi dijadikan mapel resmi. bukannya tidak suka,tapi kalau begitu akan ada kesan keterpaksaan dan ikatan pada sebagian besar siswa,dan menghilangkan suasana ‘Keajaiban’ dan kesenangan yang kita dapat saat belajar astronomi, seperti yang terjadi pada mat dan fis yang seolah menjadi momok bagi siswa. lagipula pengamatan astronomi dilakukan malam hari,tidak cocok dengan jam belajar efektif sehingga jika kurikulum tidak memahami,ditakutkan akan menghapus kegiatan pengamatan yang merupakan inti astronomi dan mengubahnya menjadi sekedar pelajaran menghafal yang membosankan. lagipula dengan jumlah mapel di Indonesia,menambah satu lagi justru akan membebani siswa dan membuat mereka melupakan asyiknya belajar.(negara mana lagi coba,yang murid smp smanya mendapat jatah 10-15 mapel yang semuanya wajib?)

    • Saya setuju dgn pendapat kalau astronomi tidak usah masuk pada pelajaran kelas, karena seperti yg telah diutarakan sebelumnya, tidak ada astronomi tanpa menguasai matematika & fisika dgn baik. Alih-alih menambah beban kurikulum, jg membebani guru jg dgn pelajaran baru.

      Tetapi ada satu hal yg kl boleh saya komentari, astronomi tidak hanya melulu kegiatan ‘malam’, karena ada juga astronomi matahari (yg artinya siang hari), atau juga astronomi teoritis/komputasi, yang artinya bisa jg dikerjakan dimanapun & kapanpun.

      All in all, yg menarik dari astronomi adalah, astronomi bisa menjadi kegiatan hobi dan komunitas, seperti penemuan oleh siswa sma itu, bukan karena kegiatan ‘wajib sekolah’, tetapi karena memang anak2 itu menyukai apa yg mereka kerjain. Dan itulah semangat astronomi 🙂