Bagi kita yang tinggal di Indonesia mungkin pernah pada suatu waktu menemukan bintang-bintang membentuk pola layang-layang di langit malam.
Keberadaan awan gelap dan terang di antara bintang medan telah diketahui secara visual. Dengan fotografi bermedan luas awan gelap dan terang terpotret dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Gugus bintang lahir bersebadan di dalam awan molekul raksasa dan pada saat pembentukannya hanya dapat diamati dalam panjang gelombang inframerah karena awan antar bintang yang melingkupi gugus ini menghamburkan panjang gelombang optik. Dari katalog gugus-gugus muda dapat disusun distribusi usia gugus muda dan gugus terbuka, dan ditemukan bahwa lebih dari 90% gugus muda tidak terus terikat secara gravitasi dan bertahan menjadi gugus terbuka namun menguap dan bergabung dengan bintang-bintang medan di sekitarnya. Dengan kata lain, terdapat tingkat kematian gugus yang tinggi.
Pada abad pertengahan sudah banyak astronom yang mulai tidak puas dengan model geosentris karena semakin tidak akurat, rumit dihitung, dan tidak “sempurna” karena ada konsep titik equant yang digunakan ptolomeus untuk mensimulasikan gerak eliptis (Bumi tidak berada di pusat lingkaran tempat planet2 mengorbit, tetapi sedikit digeser) planet-planet.
Kalender adalah sistem penentu waktu yang memiliki arti sangat penting dalam kehidupan masyarakat.