langitselatan
Beranda » Galaksi Zhúlóng, si Naga Merah di Awal Alam Semesta

Galaksi Zhúlóng, si Naga Merah di Awal Alam Semesta

Ketika alam semesta masih sangat muda, ternyata sudah ada galaksi yang mirip Bimasakti. Zhúlóng, galaksi spiral terjauh di Alam Semesta.

Galaksi Zhúlóng, si Naga Obor merah di Alam Semesta. Kredit:  NOIRLab/NSF/AURA/NASA/CSA/ESA/M. Xiao (University of Geneva)/G. Brammer (Niels Bohr Institute)/D. de Martin & M. Zamani (NSF NOIRLab)
Galaksi Zhúlóng, si Naga Obor merah di Alam Semesta. Kredit: NOIRLab/NSF/AURA/NASA/CSA/ESA/M. Xiao (University of Geneva)/G. Brammer (Niels Bohr Institute)/D. de Martin & M. Zamani (NSF NOIRLab)

Cahaya dari galaksi ini datang dari Alam Semesta yang masih sangat muda. Cahaya tersebut meninggalkan Zhúlóng saat Alam Semesta baru berusia satu miliar tahun! 

Ya. Tidak salah. Galaksi Zhúlóng sudah ada kira-kira satu miliar tahun setelah Big Bang. Para astronom menamai galaksi ini Zhúlóng, dari nama Naga Obor mistis di China yang dianggap punya hubungan dengan cahaya dan waktu kosmis. Apalagi galaksi Zhúlóng termasuk galaksi purba. Usianya sudah sangat tua.  

Dan yang lebih mengejutkan, Zhúlóng ternyata termasuk galaksi ultra masif dengan struktur mirip Bimasakti. Sebuah galaksi spiral yang terdiri dari tonjolan di pusat dan lengan spiral. 

Galaksi Spiral Tertua

Menurut para astronom, 60% galaksi yang ada di Alam Semesta merupakan galaksi spiral. Tapi, galaksi spiral ini umum di Alam Semesta dekat atau Alam Semesta lokal. Atau singkatnya, kita bisa menemukan galaksi spiral dengan mudah di lingkungan “sekitar” Bima Sakti. 

Tidak demikian ketika Alam Semesta masih sangat muda. 

Ketika Alam Semesta masih muda atau saat Alam semesta baru terbentuk, galaksi spiral sulit ditemukan. Dan ini tentu saja selaras dengan teori karena piringan raksasa dengan lengan-lengan spiral butuh waktu beberapa miliar tahun untuk terbentuk dan berevolusi sampai akhirnya seperti Bimasakti. 

Tapi, lagi-lagi Alam Semesta punya ceritanya sendiri. 

Para astronom menemukan galaksi spiral dengan struktur seperti Bimasakti ketika Alam Semesta baru berusia satu miliar tahun setelah Big Bang atau Dentuman Besar. Kali ini penemunya adalah Christina Williams dari NSF NOIRLab, asisten astronom yang ikut memimpin proyek Survei PANORAMIC bersama Pascal Oesch dari University of Geneva (UNIGE).

Galaksi Spiral Masif Langka

 yang ditemukan dalam survei PANORAMIC JWST. Kredit: NOIRLab/NSF/AURA/NASA/CSA/ESA/M. Xiao (University of Geneva)/G. Brammer (Niels Bohr Institute)/D. de Martin & M. Zamani (NSF NOIRLab)
Citra galaksi Zhúlóng dalam survei PANORAMIC JWST. Kredit: NOIRLab/NSF/AURA/NASA/CSA/ESA/M. Xiao (University of Geneva)/G. Brammer (Niels Bohr Institute)/D. de Martin & M. Zamani (NSF NOIRLab)

Survei PANORAMIC dengan Teleskop Antariksa James Webb untuk melakukan pengamatan dan pencitraan area-lebar untuk memperoleh galaksi masif yang langka. Dalam hal ini tentu saja galaksi masif yang terang pada epoh Alam Semesta Muda supaya para astronom bisa mempelajari evolusi galaksi.

Untuk Alam Semesta yang masih sangat muda baru berusia satu miliar tahun, seharusnya galaksi yang terbentuk sedang berevolusi sehingga tampak seperti gumpalan tak beraturan.

Tapi, Zhúlóng berbeda. Galaksi ini memiliki massa dan ukuran serupa Bimasakti. Selain itu, strukturnya juga sudah terbentuk. Ada tonjolan pusat dengan penghuni bintang-bintang tua dan dikelilingi piringan besar dengan bintang-bintang muda yang terkonsentrasi pada lengan spiral.  Galaksi ini sepertinya terlalu cepat dewasa, jika kita mengacu pada strukturnya.

Penemuan memperlihatkan pada kita bahwa galaksi bisa terbentuk di Alam Semesta, jauh lebih awal dari dugaan sebelumnya. Selain itu dari strukturnya, bisa disimpulkan juga bahwa lengan spiral galaksi bisa terbentuk dalam rentang waktu yang lebih singkat dari dugaan sebelumnya. Tidak butuh beberapa miliar tahun, cukup satu miliar tahun untuk seperti Bimasakti. Dan tidak ada galaksi lain yang seperti Zhúlóng di awal Alam Semesta. 

Kelangkaan galaksi serupa menjadi petunjuk kalau galaksi seperti Zhúlóng dengan struktur spiral bisa jadi berumur pendek pada epoh Alam Semesta Muda. Tabrakan dan penggabungan antar galaksi serta proses evolusi lainnya di awal Alam Semesta jadi penyebab kehancuran galaksi-galaksi spiral. Karena itu, galaksi spiral baru bisa lebih stabil di kemudian hari dalam skala waktu kosmik, dan ini menjawab juga kenapa galaksi spiral lebih umum dalam lingkup Alam Semesta dekat dengan Bimasakti saat ini. 

Di masa depan, pengamatan dengan JWST dan teleskop radio ALMA bisa mengungkap sejarah pembentukan Zhúlóng dan menemukan lebih banyak galaksi spiral di awal Alam Semesta. Tujuannya tentu saja untuk memperoleh informasi dan wawasan terkait proses kompleks yang membentuk Alam Semesta ketika masih sangat muda. 

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

Kanal LS

Toko LS
tanya LS
Gerhana

Paling Banyak Dicari

Fenomena Langit Bulan Mei 2025
Planet Bumi, Si Kelereng Biru Rumah Kita
Zodiak dalam Astronomi
Planet Merkurius: Pengantar Pesan di Langit

Langanan LS