fbpx
langitselatan
Beranda » Ketika Matahari Menjadi Hitam

Ketika Matahari Menjadi Hitam

Bulan April 2023 terjadi peristiwa gerhana matahari yang langka jenisnya. Dua tipe gerhana dalam satu peristiwa gerhana.

Tugu Selamat Datang di Exmouth. Kredit: Iman Santosa
Tugu Selamat Datang di Exmouth. Kredit: Iman Santosa

Yang umum diketahui adalah Gerhana Matahari Total (GMT), Gerhana Matahari Sebagian (GMS) dan Gerhana Matahari Cincin (GMC). Tetapi yang terjadi pada bulan April lalu bukanlah salah satu dari tiga jenis itu melainkan dua jenis gerhana terjadi dalam satu peristiwa. Jadi dalam perjalanannya di lintasan gerhana, Matahari mengalami GMT di satu tempat dan GMC di tempat lain. Jenis gerhana ini disebut dengan Gerhana Matahari Hibrida (GMH) dan terhitung jarang terjadi dibanding jenis gerhana lainnya.

Sayang sekali bahwa sebagian besar lintasan GMH di bulan April itu melalui lautan luas. Hanya sebagian kecil yang melintasi daratan yaitu sebagian wilayah Papua Barat, Timor Timur dan Exmouth di Australia Barat. Saya pergi ke Exmouth sambil sekaligus mengunjungi tempat-tempat eksotis yang banyak terdapat di sekitarnya.

Kota kecil Exmouth berlokasi di sudut terpencil Australia Barat di tepi samudera Hindia. Saya berusaha mendapatkan akomodasi di sana namun delapan bulan sebelum gerhana terjadi seluruh akomodasi telah habis terpesan. Bahkan tidak ada lagi caravan park yang masih menyisakan spot untuk berkemah. Semua ludes terpesan. Rupanya para pemburu gerhana, baik dari dalam maupun luar Australia, telah jauh-jauh hari memesan akomodasi di Exmouth. Beruntunglah kemudian otoritas setempat membuka satu lapangan perkemahan sementara yang sangat luas untuk menampung ribuan orang yang tidak mendapatkan akomodasi. Meskipun bersifat sementara namun dilengkapi dengan fasilitas sangat bagus. Ada dapur, kamar mandi dan toilet yang selalu dijaga kebersihan dan ketersediaan airnya. Pemerintah setempat memang melakukan persiapan serius menyambut peristiwa yang tidak akan terulang lagi dalam waktu yang sangat lama. Selain meyediakan akomodasi tambahan juga diadakan bazar kuliner dan kerajinan lokal serta panggung hiburan di beberapa titik. Sebuah acara khusus bertajuk Dark Sky Festival berlangsung selama 3 hari dengan salah satu acaranya adalah Drone Show yang menceritakan gerhana dalam perspektif budaya Abirigin di Ningaloo.

Begitu hebatnya daya tarik GMH di Exmouth sehingga pada hari terjadinya gerhana, 20 April 2023, media melaporkan lebih dari 18 ribu orang berkumpul di kota itu. Angka itu melebihi enam kalinya jumlah penduduk lokal. Jumlah sesungguhnya tentu lebih besar karena banyak pengunjung yang memilih tinggal di Coral Bay, Carnavorn maupun tempat-tempat sementara di luar Exmouth.

Gerhana Dalam Budaya

Pengamatan gerhana Matahari dengan KacaMatahari. Kredit: Iman Santosa
Pengamatan gerhana Matahari dengan KacaMatahari. Kredit: Iman Santosa

Dalam budaya Jawa gerhana terjadi karena raksasa Bathara Kala menelan Matahari. Penduduk yang tidak ingin kehilangan Matahari kemudian beramai-ramai memukul lesung padi, simbol tubuh Bathara Kala, untuk memaksa raksasa itu memuntahkan apa yang hendak ditelannya. Tetapi penduduk Aborigin wilayah Ningaloo, kawasan luas dengan Exmouth termasuk di dalamnya, mempunyai cerita yang berbeda. Dalam budaya mereka, kisah Matahari dan Bulan bermula pada masa yang sangat silam. Ketika ombak belum membasuh pantai. Ketika belum ada suara. Ketika hanya ada kesunyian. Bulan adalah lelaki bernama Wilarra dan Matahari adalah perempuan bernama Jirndal.

Wilarra adalah pengembara semesta yang bisa mengubah wujud sekehendak hatinya. Kadang Wilarra muncul dalam wujud seutuhnya, kadang hanya setengahnya atau hanya berupa lengkungan kecil. Pada kesempatan lain ia bahkan menghilang. Wilarra melanglang buana mencari Jirndal yang menantinya. Ketika akhirnya bertemu merekapun saling melepas rindu. Itulah gerhana yang pertama. Namun pertemuan itu tidak lama. Wilarra pergi melanjutkan pengembaraanya meninggalkan Jirndal yang kemudian melahirkan bintang-bintang di langit.

Kisah itu bukan satu-satunya dalam cerita rakyat Aborigin. Penduduk Aborigin di kawasan lain memandang peristiwa gerhana dengan cara yang berbeda. Begitulah pemaknaan gerhana dalam berbagai budaya.

Pada jaman modern gerhana juga mendapat tempatnya sendiri. Tidak saja gerhana menjadi obyek eksotis fotografi tetapi juga bagian penting dalam berbagai topik penelitian astronomi. Maka banyak di antara pengunjung Exmouth adalah para astronom dari berbagai belahan dunia. Ada yang datang dari Perancis dalam rombongan 20 orang. Rombongan lain terdiri dari 25 orang berasal dari Belanda dan Belgia. Salah seorang di antaranya bernama Jaap, seorang matematikawan yang bekerja di sebuah institusi penelitian di Belanda. Sampai tahun ini dia sudah menyaksikan 19 kali gerhana. Ia mengejar gerhana ke setiap pelosok dunia. Ia menyaksikannya di dekat Kutub Utara, di Kutub Selatan, di pedalaman China, di Amerika Selatan dan banyak tempat lainnya. Ia bahkan sudah memesan akomodasi untuk gerhana tahun 2024 di Amerika Serikat. Dan masih banyak lagi para pemburu gerhana yang lain karena begitu banyak orang berbicara dalam bahasa asing yang berbeda-beda.

Ketika Matahari Menjadi Hitam

Tahapan Gerhana Matahari Total yang dipotret dari Exmouth. Kredit: Iman Santosa
Tahapan Gerhana Matahari Total yang dipotret dari Exmouth. Kredit: Iman Santosa

Di Exmouth gerhana mulai jam 10:04 pagi dan barakhir pada jam 1:02 siang. Totalitas gerhana terjadi pada jam 11:29 dan hanya berlangsung kurang dari satu menit. Sangat singkat tetapi itulah saat paling berharga dari keseluruhan proses gerhana yang berlangsung selama tiga jam. Puncak gerhana di Exmouth adalah GMT. Sedangkan GMC telah terjadi di atas samudera Hindia sebelum gerhana menyentuh daratan Australia.

Bagi saya berada di alam terbuka, di hamparan tanah gersang yang dipenuhi tenda, dan menyaksikan langsung totalitas gerhana adalah sebuah pengalaman luar biasa. Ketika totalitas gerhana terjadi seketika langit menjadi redup. Udara di perkemahan yang semula panas dengan cepat menjadi sejuk. Keriuhan terhenti. Tiba-tiba sunyi. Pandang mata semua orang melekat ke satu titik di langit. Ke arah Matahari yang menjadi hitam. Hanya ada seekor anjing hitam dari sebuah tenda menggonggong ke sana kemari. Bingung tidak tahu apa yang sedang terjadi. Di langit, dari tepi lingkaran hitam pekat Matahari, cahaya lemah menyemburat. Berusaha menerangi ruang di sekitarnya. Itulah cahaya korona, bagian terluar Matahari, yang tidak pernah bisa disaksikan kecuali pada saat terjadi gerhana total. Tidak jauh dari lingkaran hitam itu Jupiter muncul dari kegelapan. Langit menjadi begitu berbeda. Gelap tetapi tidak seperti malam biasa.

Dunia terasa gaib. Kegaiban yang hanya bisa dihayati ketika berada di bawah kegelapan totalitas gerhana. Kegaiban yang hilang dari rekaman digital foto dan video. Benarlah bahwa bagi sebagian orang gerhana tidak sekedar peristiwa alam Bulan menghalangi sinar Matahari. Tetapi lebih mendalam dari itu. Itulah sebabnya para pemburu gerhana yang berpengalaman seperti Jaap dan yang lainnya menasehatkan: lupakan semua instrumen yang Anda bawa ketika totalitas terjadi. Sebab yang terpenting adalah pengalaman spiritual yang Anda alami.

Mereka, para pemburu sejati itu, selalu ingin mengulangi kegaiban yang sama. ***

Avatar photo

Iman Santosa

Alumni astronomi ITB yang juga penggagas Majalah Astronomi.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Keren mas tulisannya …
    Saya salut pada perhatian dari pemerintah setempat yang jeli melihat peluang untuk menjadikan peristiwa tersebut menjadi daya tarik wisatawan dengan memfasilitasi para pemburu gerhana