fbpx
langitselatan
Beranda » Proxima d, Planet Baru di Bintang Tetangga Matahari

Proxima d, Planet Baru di Bintang Tetangga Matahari

Ada planet baru lagi di bintang tetangga Matahari. Sebuah planet di sistem bintang Proxima Centauri. Planet Proxima d.

Ilustrasi Proxima d, planet ketiga di sistem Proxima Centauri. Kredit: ESO/L. Calçada
Ilustrasi Proxima d, planet ketiga di sistem Proxima Centauri. Kredit: ESO/L. Calçada

Di masa depan ketika perjalanan antar bintang sudah bisa dilakukan, maka target yang ingin dikunjungi selain planet-planet di Tata Surya adalah planet yang ada di bintang tetangga Matahari. 

Butuh 3,47 tahun untuk bisa mengunjungi sistem terdekat dari Matahari ini dengan wahana berkecepatan cahaya. Sistem bintang bertiga Alpha Centauri di rasi Centaurus yang terdiri dari bintang Rigil Kentarus, Toliman, dan Proxima Centauri. Dari ketiga bintang, yang paling dekat adalah Proxima Centauri. Jaraknya, 4,24 tahun cahaya.

Bintang Proxima Centauri bisa jadi target menarik untuk dikunjungi karena tentu saja kita tidak bisa mengunjungi bintang nan panas ini. Yang jadi target adalah planet yang mengitarinya. 

Proxima d

Bintang Proxima Centauri memang diketahui memiliki dua planet yakni Proxima b yang berada di zona laik huni bintang, dan Proxima c yang letaknya jauh di luar batas beku bintang.

Ternyata, Proxima masih punya planet lain. Para astronom menemukan kandidat planet ketiga di sistem Proxima Centauri. 

Proxima Centauri d atau Proxima d. Planet ini berada pada jarak 4 juta km dari bintang Proxima Centauri, atau sepersepuluh jarak Merkurius ke Matahari. Dari jaraknya, Proxima d merupakan planet terdekat ke bintang induk dibanding Proxima b yang berada 7,5 juta km di zona laik huni. Proxima b membutuhkan waktu 11,2 hari untuk mengorbit bintang induknya. Sementara itu Proxima c berada pada jarak 220 juta km dan mengorbit bintang setiap 5 tahun. 

Yang pasti, Proxima d tidak berada dalam zona laik huni bintang. Planet ini justru berada di antara bintang dan zona laik huni. Berada dekat dengan bintang membuat Proxima d hanya butuh 5 hari untuk mengorbit Proxima Centauri.

Yang pasti, jaraknya yang dekat dengan bintang membuat Proxima d terlalu panas untuk bisa mendukung kehidupan. Meskipun Proxima Centauri adalah bintang katai merah yang lebih kecil dan lebih dingin dari Matahari, tetap saja bintang ini masih sangat panas untuk planet-planet yang ada di dekatnya. Apalagi Proxima Centauri masih melontarkan angin bintang yang bisa menyapu kehidupan jika ada pada planet-planet di dekatnya.

Exoplanet Proxima d merupakan planet paling ringan yang pernah ditemukan. Bahkan lebih ringan dari planet L 98-59 yang massanya setengah massa Venus. Massa Proxima d hanya seperempat massa Bumi! Dan para astronom menduga komposisi planet ini adalah batuan.

Pendeteksian

Para astronom menemukan Proxima d lewat pengamatan kecepatan radial. Dua planet lainnya di Proxima Centauri juga ditemukan dengan metode kecepatan radial. Tapi, Proxima d ini spesial karena meskipun massanya sangat kecil, para astronom bisa mendeteksinya dengan metode kecepatan radial.

Pendeteksian exoplanet dengan metode kecepatan radial merupakan cara astronom untuk menemukan planet di bintang lain secara tidak langsung. Yang dideteksi adalah goyangan bintang saat berinteraksi dengan planet yang mengelilinginya. 

Tiap benda bermassa punya gaya gravitasi. Bintang dan planet pun demikian. Ketika planet mengitari bintang, ada interaksi gravitasi antara keduanya yang menyebabkan kita bisa melihat bintang bergoyang. Semakin besar planet tentu makin besar goyangannya. 

Nah, planet itu kecil. Bahkan untuk planet seukuran Jupiter di bintang lain pun tidak akan bisa kita lihat secara langsung. Karena itu, para astronom melihat gangguan atau efek yang ditimbulkan pada bintang. Pada metode kecepatan radial, kita melihat goyangan bintang. Dan tentu saja bukan melihat langsung bintang bergoyang melainkan perubahan pada garis spektrum yang dihasilkan bintang. Ada pergeseran ke arah biru dan merah pada spektrum yang menandai bintang bergerak mendekat dan menjauhi pengamat akibat interaksinya dengan planet. 

Metode inilah yang digunakan saat Michel Mayor dan Didier Queloz menemukan 51 Pegasi b. Planet 51 Peg b merupakan planet gas raksasa seukuran Jupiter yang tentunya jauh lebih besar dibanding Proxima d. Metode kecepatan radial memang sangat ideal untuk menemukan planet Jupiter panas (planet raksasa). Akan tetapi, perkembangan teknologi menghasilkan instrumen yang sensitivitasnya semakin tinggi sehingga para astronom bisa mendeteksi planet yang massanya seperempat massa Bumi!

Dalam penemuan ini, efek gravitasi dari Proxima d menyebabkan bintang bergerak mendekat dan menjauh sekitar 40 cm per detik atau 1,44 km per jam. 

Perubahan yang sangat kecil! 

Pengamatan

Planet proxima d pertama kali dideteksi tahun 2019 dengan instrumen High Accuracy Radial velocity Planet Searcher (HARPS) pada teleskop 3,6 meter milik ESO. Pada saat itu para astronom menemukan sinyal dengan periode 5,15 hari dan mereka menduga kalau sinyal ini adalah kandidat planet di Proxima Centauri atau justru derau statistik. Pengamatan lanjutan dengan instrumen Echelle SPectrograph for Rocky Exoplanets and Stable Spectroscopic Observations (ESPRESSO) yang memiliki tingkat presisi lebih tinggi justru memperlihatkan kalau sinyal tersebut adalah kandidat planet ketiga di Proxima Centauri. 

Penemuan ini merupakan sebuah pencapaian karena para astronom bisa menemukan planet yang massanya sedemikian kecil. Dengan demikian, metode kecepatan radial tidak hanya ideal untuk menemukan planet massa besar tapi juga planet-planet bermassa kecil seperti Bumi. 

Tak pelak, perburuan exoplanet dengan teleskop landas Bumi dengan metode kecepatan radial akan semakin menarik. Apalagi dengan kehadiran Extremely Large Telescope (ELT) yang sedang dibangun di gurun Atacama, Chile yang akan digunakan juga untuk berburu planet-planet seukuran Bumi. 

Kita tunggu saja perkembangannya.

Dan tentunya, penjelajahan antariksa di masa depan akan sangat menarik jika suatu hari kelak kita bisa mengunjungi planet di bintang tetangga Matahari.  Untuk saat ini kita amati dahulu sambil menanti kehadiran wantariksa yang bisa menjelajah sistem ini.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini