fbpx
langitselatan
Beranda » Gerhana Bulan Sebagian 19 November 2021

Gerhana Bulan Sebagian 19 November 2021

Sebelum mengakhiri tahun 2021, pengamat di Indonesia bisa menyaksikan Gerhana Bulan Sebagian 19 November 2021.

Gerhana Bulan Sebagian 17 Juli 2019. Kredit: langitselatan
Gerhana Bulan Sebagian 17 Juli 2019. Kredit: langitselatan

Pengamat di Indonesia bisa mengamati Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 19 November 2021 setelah Matahari terbenam di barat. Ketika Matahari terbenam, Bulan Purnama yang juga terbit di timur sudah dalam kondisi gerhana, dan pengamat bisa menikmati sisa proses gerhana. 

Gerhana Bulan tanggal 19 November 2021 merupakan Gerhana Bulan kedua sekaligus yang terakhir di tahun 2021. Setelah GBS 19 November, gerhana Matahari Total 14 Desember 2021 akan menjadi gerhana terakhir yang menutup musim gerhana 2021. Sayangnya, GMT kali ini hanya bisa diamati dari Antartika. 

Yang menarik, Gerhana Bulan Sebagian 19 November akan berlangsung selama 6 jam dan merupakan gerhana dengan total durasi terpanjang selama hampir enam abad. Total durasi yang dimaksud merupakan keseluruhan gerhana sejak awal sampai akhir gerhana penumbra. Sedangkan untuk durasi gerhana sebagian ketika Bulan memasuki umbra Bumi sekitar 3,5 jam. 

Gerhana Bulan

Skema Gerhana Bulan. Kredit: langitselatan
Skema Gerhana Bulan. Kredit: langitselatan

Dalam satu tahun, minimal ada dua Gerhana Bulan dan dua gerhana Matahari yang terjadi dan bisa diamati dari Bumi. Tentu saja pengamatan akan bergantung pada waktu dan lokasi pengamat. Peristiwa ini terjadi saat Bulan sedang mengalami fase purnama dan berada tepat segaris dengan Matahari dan Bumi. Pada saat gerhana Bulan, Bumi berada di antara Matahari dan Bulan sehingga planet tempat tinggal kita ini menghalangi cahaya Matahari ke Bulan. Tanpa cahaya Matahari, tidak ada cahaya yang bisa dipantulkan Bulan. 

Ketika Bulan tidak memperoleh cahaya dari Matahari, Bumi tidak akan gelap.  Bulan justru tampak berwarna merah darah atau merah bata. Warna merah ini karena hanya cahaya pada panjang gelombang merah yang lolos melewati atmosfer dan menyinari Bulan. Tetapi, sebagian cahaya merah juga ada yang dibiaskan atau dibelokkan. Sementara itu, cahaya pada panjang gelombang hijau sampai ungu disebarkan dan disaring oleh atmosfer.

Gerhana Bulan terjadi setiap Bulan Purnama. Akan tetapi, tidak setiap Purnama terjadi gerhana Bulan.Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang miring 5º dibanding orbit Bumi.  Akibatnya, ada saatnya Bulan tidak selalu masuk dalam bayang-bayang Bumi yang menyebabkan Matahari terhalang.

Ketika Bulan masuk dalam bayang-bayang Bumi atau umbra Bumi, pada saat itulah terjadi gerhana. Kita bisa menyaksikan Gerhana Bulan Total saat seluruh piringan Bulan masuk dalam umbra Bumi. Akan ada kalanya hanya sebagian piringan yang masuk dalam umbra Bumi, dan sebagian lagi tetap berada di area penumbra (bayangan kabur). 

Jika demikian, Bulan yang berada dalam fase purnama akan jadi lebih redup dan sebagian lagi tidak tampak atau jadi lebih gelap. Inilah peristiwa Gerhana Bulan Sebagian (GBS). 

Baca juga:  Menyingkap Misteri Planet Uranus Yang Menggelinding

GBS Paling Lama

Skema Gerhana Bulan Sebagian 19 November 2021. Kredit: langitselatan
Skema Gerhana Bulan Sebagian 19 November 2021. Kredit: langitselatan

Di sepanjang tahun 2021, kita bisa menyaksikan dua gerhana Bulan. Yang pertama adalah Gerhana Bulan Total pada tanggal 26 Mei dan yang kedua Gerhana Bulan Sebagian 19 November.

Pengamat di Indonesia bisa mengamati kedua fenomena saat Bulan terbit di ufuk timur dalam kondisi gerhana. Dengan demikian, pengamat di Indonesia hanya bisa mengamati sebagian akhir proses gerhana. Pada tanggal 19 November, obskurasi atau permukaan Bulan yang berada dalam bayanng-bayang bumi mencapai 99,1%. Dengan kata lain, hampir seluruh permukaan Bulan akan berada dalam umbra selama 3 jam 28 menit 23 detik. 

Secara keseluruhan, GBS akan berlangsung selama 6 jam 1 menit dan 29 detik dan menjadi gerhana sebagian paling lama sejak 18 Februari 1440. GBS yang durasi total gerhananya setara baru akan terjadi pada tanggal 30 November 2039 dengan waktu 1,4 menit lebih pendek dari GBS tahun 2021. Rekor durasi total GBS baru akan terpecahkan sekitar 2 menit lebih lama pada saat GBS 8 Februari 2669. 

Lamanya durasi total gerhana Bulan atau saat Bulan di penumbra terkait dengan posisi Bulan yang sedang mengitari orbit Bumi. Bulan mengorbit Bumi dalam lintasan elips. Dengan demikian, ada saat Bulan berada pada titik terdekat (perigee) dan berada di titik terjauh (apogee).

Berdasarkan Hukum Kepler II, luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama. Akibatnya Bulan yang mengorbit Bumi akan bergerak lebih cepat saat berada dekat Bumi dan lebih lambat saat berada pada titik terjauh dari Bumi. 

GBS 19 november terjadi 41 jam sebelum apogee atau saat Bulan berada pada titik terjauh dari Bumi. Karena sudah mendekati apogee, Bulan bergerak lebih lambat dibanding saat di perigee. Akibatnya, saat gerhana, waktu yang dibutuhkan Bulan di penumbra juga lebih lama.

Selain durasi yang panjang, saat mendekati apogee, kenampakan piringan Bulan dari Bumi juga jadi lebih kecil dibanding saat berada di perigee. Secara umum, Bulan saat di apogee disebut juga Bulan Mikro.

Visibilitas GBS di Indonesia

Kenampakan Gerhana Bulan Sebagian 19 november 2021 dari Indonesia. Kredit: langitselatan
Kenampakan Gerhana Bulan Sebagian 19 november 2021 dari Indonesia. Kredit: langitselatan

Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 19 November 2021 bisa diamati dari wilayah Amerika, Eropa utara, Asia timur, Pasifik, Australia, dan Selandia Baru. 

Pengamat di Indonesia bisa ikut mengamati Gerhana Bulan Sebagian. Akan tetapi, pengamat tidak bisa menyaksikan seluruh proses gerhana. Gerhana sudah dimulai sejak siang hari sebelum Matahari terbenam. Saat terbit di ufuk timur, Bulan sudah dalam kondisi gerhana. 

Secara umum, pengamat di seluruh Indonesia bisa menyaksikan GBS sejak Bulan terbit sampai gerhana berakhir. Sebagian besar wilayah Indonesia bisa menyaksikan gerhana sebagian setelah Bulan melewati gerhana maksimum dan bergerak keluar dari umbra Bumi. Tentu saja seberapa besar permukaan Bulan di dalam umbra Bumi akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain. 

Baca juga:  Gerhana Bulan Total di Penghujung 2010

Semakin ke timur, semakin besar permukaan Bulan yang mengalami gerhana. Pengamat di wilayah Papua, Papua Barat, dan beberapa pulau di Maluku tenggara, Bulan terbit jelang gerhana maksimum sehingga pengamat bisa menyaksikan puncak GBS sampai gerhana berakhir.

Untuk pengamat di sebagian besar wilayah Maluku, Maluku Utara, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan sebagian wilayah Jawa Barat bisa menyaksikan proses akhir gerhana sebagian sampai saat Bulan meninggalkan penumbra. Pengamat di area Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan sebagian Jawa Barat, hanya bisa mengamati gerhana secuil karena hanya sebagian kecil Bulan yang masih pada fase GBS saat Bulan terbit. Tapi, pengamat bisa menyaksikan gerhana penumbra saat Bulan mengakhiri seluruh proses gerhana.

Sebagian besar wilayah Jawa Barat, Jakarta, Banten, dan seluruh Pulau Sumatera termasuk Kepulauan Riau hanya bisa menyaksikan bagian akhir gerhana saat Bulan sudah di penumbra. Atau Gerhana Bulan Penumbra. 

Sebagai catatan, untuk wilayah Indonesia barat, proses akhir gerhana terjadi saat Bulan masih rendah di ufuk.

Waktu Indonesia Bagian Barat

Awal Gerhana Penumbra (P1) : 13:02:09 WIB
Awal Gerhana Sebagian (U1) : 14:18:41 WIB
Maksimum :  16:04:05 WIB
Akhir Gerhana Sebagian (U4) : 17:47:04 WIB
Akhir Gerhana Penumbra (P4) : 19:03:38 WIB

Waktu Indonesia Bagian Tengah

Awal Gerhana Penumbra (P1) : 14:02:09 WITA
Awal Gerhana Penumbra (P1) : 14:02:09 WITA
Awal Gerhana Sebagian (U1) : 15:18:41 WITA
Maksimum :  17:04:05 WITA
Akhir Gerhana Sebagian (U4) : 18:47:04 WITA
Akhir Gerhana Penumbra (P4) : 20:03:38 WITA

Waktu Indonesia Bagian Timur

Awal Gerhana Penumbra (P1) : 15:02:09 WIT
Awal Gerhana Penumbra (P1) : 15:02:09 WIT
Awal Gerhana Sebagian (U1) : 16:18:41 WIT
Maksimum :  18:04:05 WIT
Akhir Gerhana Sebagian (U4) : 19:47:04 WIT
Akhir Gerhana Penumbra (P4) : 21:03:38 WIT

Selamat mengamati gerhana.

Clear Sky!

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

7 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini