fbpx
langitselatan
Beranda » Penemuan Bayi Galaksi Dengan Binokuler Alam

Penemuan Bayi Galaksi Dengan Binokuler Alam

Para astronom menemukan bayi galaksi yang sedang berotasi saat Alam Semesta masih sangat muda dengan bantuan binokuler alam.

Gugus galaksi RXCJ0600-2007 (lensa gravitasi) yang dipotret oleh Teleskop Hubble NASA/ESA, digabung dengan citra efek lensa gravitasi dari galaksi jauh RXCJ0600-z6 (si bayi galaksi). Kredit: ALMA (ESO/NAOJ/NRAO), Fujimoto et al., NASA/ESA Hubble Space Telescope
Gugus galaksi RXCJ0600-2007 (lensa gravitasi) yang dipotret oleh Teleskop Hubble NASA/ESA, digabung dengan citra efek lensa gravitasi dari galaksi jauh RXCJ0600-z6 (si bayi galaksi). Kredit: ALMA (ESO/NAOJ/NRAO), Fujimoto et al., NASA/ESA Hubble Space Telescope

Bayi galaksi ini bisa ditemukan karena ada bantuan objek masif lain yang membantu para astronom untuk bisa melihat keberadaannya yang sangat redup.

Sebelum kita lanjutkan. Coba bayangkan kamu sedang mengamati burung yang berada di atas pohon. Burung itu bertengger pada dahan yang sangat tinggi. Saking tingginya, bentuk dan warna burung itu tidak tampak jelas. Supaya jelas kita butuh kekeran atau binokuler untuk memperbesar penampakan hewan yang berada sangat jauh atau hewan-hewan kecil.  Hal ini karena makin jauh jarak sebuah benda dari pengamat, maka akan semakin sulit melihat dan mengenali sebuah objek.

Para astronom juga menghadapi tantangan serupa. Bintang dan galaksi yang posisinya sangat jauh tampak kecil dan redup sehingga sulit untuk bisa kita ketahui apa yang ada di dalamnya. 

Tapi, ada satu hal yang menarik. Ketika kita melihat benda-benda yang sangat jauh di alam semesta, maka sebenarnya kita sedang melihat ke masa lalu. Ini karena cahaya membutuhkan waktu untuk bisa sampai ke pengamat di Bumi. Padahal cahaya itu geraknya sangat cepat, dan belum ada benda apapun yang bergerak melebih kecepatan cahaya. Kecepatannya 300.000 km/detik!

Bayi Galaksi dari Masa Lalu

Menurut para astronom, sebagian besar galaksi yang lahir saat Alam Semesta masih sangat muda merupakan galaksi kecil dan redup. Saking redupnya, teleskop terbesar yang ada di Bumi dan Antariksa saat ini tidak bisa melihatnya dengan jelas. 

Tapi bukan berarti kita tidak bisa menemukan dan mengamati galaksi seperti itu. Para astronom berhasil melihat cahaya galaksi kecil yang lokasinya sangat jauh. 

Namanya RXCJ0600-z6. Galaksi ini lahir saat usia Alam Semesta hampir satu miliar tahun. Dari hasil pengamatan, diketahui kalau galaksi ini ditemukan 900 juta tahun setelah Dentuman Besar atau 12,9 miliar tahun lalu. Usia Alam Semesta saat ini 14 miliar tahun. 

Para astronom mengamati bayi galaksi RXCJ0600-z6 dengan teleskop radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA). Tapi untuk bisa melihat bayi galaksi ini dengan jelas, para astronom memperoleh bantuan dari gugus galaksi raksasa RXCJ0600-2007 berperan sebagai binokuler alam. 

Binokuler Alam

Gugus galaksi RXCJ0600-2007 yang berperan sebagai binokuler atau teleskop alam ini berada di rasi Lepus dengan massa 1000 triliun massa Matahari!

Jangan lupa kalau semua benda bermassa punya gravitasi. Semakin besar massa, semakin kuat pula gravitasinya. Akibatnya, ruang-waktu yang dilengkungkan juga semakin dalam. Nah, ketika ada cahaya dari benda jauh atau biasa disebut benda di latar belakang melewati gugus galaksi yang gravitasinya besar, cahaya objek yang lewat itu dibengkokkan. 

Baca juga:  Astronaut Inggris Mengorbit dari ISS

Efek ini dikenal sebagai efek lensa gravitasi karena gravitasi yang kuat dari gugus galaksi berperan seperti lensa yang memperkuat cahaya dari objek yang redup sehingga bisa tampak oleh pengamat. Jadi gravitasi gugus galaksi masif ini bertindak sebagai kaca pembesar raksasa atau binokuler alam. 

Hasilnya, gugus galaksi RXCJ0600-2007 memperkuat cahaya bayi galaksi galaksi RXCJ0600-z6.

Voila! Para astronom menemukan bayi galaksi dari Alam Semesta dini. 

Untuk mengetahui bentuk asli si bayi galaksi, para astronom harus mengetahui sebaran massa dalam gugus galaksi. Setelah itu, para astronom menggunakan data dari Teleskop Hubble dan Very Large Telescope milik ESO, untuk merekonstruksi bentuk asli dari galaksi dan menghilangkan efek lensa gravitasi.

Hasilnya, massa bayi galaksi RXCJ0600-z6 sekitar 2 -3 miliar massa Matahari atau sekitar 1/100 ukuran Bima Sakti. 

Mau tahu apa lagi yang ditemukan?

Galaksi RXCJ0600-z6 ternyata sedang berotasi, bak menaiki komidi putar di taman bermain!

Ada yang aneh di sini. 

Gas pada galaksi muda harusnya tidak mengalir atau bergerak pada satu arah tertentu. Biasanya, geraknya acak seperti ayam yang ketakutan di kandang ayam. Untuk pertama kalinya, para astronom bisa melihat pergerakan di dalam sebuah galaksi yang sangat redup. 

Dari penelitian ini, para ilmuwan berharap bisa memahami cara kerja galaksi dan menemukan petunjuk penting tentang evolusi galaksi saat Alam Semesta masih muda. Setidaknya supaya bisa selangkah lebih dekat ke Dentuman Besar. 

Fakta Keren

Efek lensa gravitasi diamati pertama kali pada tahun 1919 saat Gerhana Matahari Total. Peristiwa gerhana Matahari tersebut sangat terkenal karena saat itu untuk pertama kalinya Teori Relativitas Umum Einstein dibuktikan

Ada dua tim yang melakukan pengamatan terpisah. Satu tim di Sobral, Brazil dan tim satu lagi di pulau Principe (di pantai barat Afrika). Kedua tim mengamati gerhana yang sama dan melihat bintang di rasi Taurus tidak berada pada posisi seharusnya. Gravitasi Matahari menjadi penyebab perubahan posisi bintang tersebut.


Sumber: Artikel ini merupakan publikasi ulang yang dikembangkan dari Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini