fbpx
langitselatan
Beranda » Lokasi Peristirahatan Terakhir Philae Ditemukan

Lokasi Peristirahatan Terakhir Philae Ditemukan

Philae ditemukan!

Berita gembira di penghujung misi Rosetta. Tampaknya Philae tak ingin misi ini berakhir tanpa ada yang mengetahui keberadaannya.

Si penjejak kecil yang tidak lagi mampu berkomunikasi dengan Rosetta dan para astronom di Bumi seakan hendak mengucapkan selamat tinggal dari lokasi peristirahatan terakhirnya. Ucapan yang tidak bisa ia ungkapkan lewat pengiriman data apapun selain penampakan terakhirnya dalam foto yang diambil Rosetta, sebelum wahana yang membawa Philae ini mengakhiri misinya tanggal 30 September 2016.

Kamera OSIRIS pada Rosetta berhasil memotret keberadaan pendarat Philae. Kredit: ESA/Rosetta/MPS
Kamera OSIRIS pada Rosetta berhasil memotret keberadaan pendarat Philae. Kredit: ESA/Rosetta/MPS

Dari komet 67P/Churyumov–Gerasimenko, Philae memberi kabar lokasi peristirahatan terakhirnya pada kita di Bumi.  para peneliti di Bumi berhasil melihat keberadaan Philae dalam foto yang diambil pada tanggal 2 September oleh kamera OSIRIS pada Wahana Rosetta. Foto yang diambil pada jarak 2,7 km dari permukaan komet tersebut, untuk pertama kalinya memperlihatkan dimana Philae berada. Sekaligus juga mengkonfirmasi lokasi keberadaan Philae di Abydos.

Foto pertama dan bisa jadi juga yang terakhir. Dalam foto itu Philae tampak tergeletak menyamping, terjepit di celah komet 67P/Churyumov–Gerasimenko. Philae juga berada dalam bayangan bukit tempat ia mendarat. Jadi tidak mengherankan jika si robot kecil ini tidak mampu berkomunikasi maupun mengisi baterenya.

Philae, robot kecil ini dikirim ke komet 67P/Churyumov–Gerasimenko dengan cara menumpang pada pengorbit Rosetta.

Tujuannya untuk mempelajari dari dekat kandungan penyusun komet, obyek beku di Tata Surya yang masih menyimpan materi pembentuk Tata Surya. Yang ingin diketahui tentunya juga terkait dengan asal muasal air di Bumi. Apakah karena dibawa oleh komet dan asteroid yang dulu menabrak Bumi?

Misi Rosetta yang diberi nama Rosetta ini memang unik. Ia merupakan misi pertama yang membawa sebuah robot untuk mendarat di komet. Mendarat dan bukan sekedar mengorbit ataupun menabrakan diri.

Misi ini terdiri dari Wahana Rosetta yang akan mengorbit komet 67P/Churyumov–Gerasimenko dan robot Philae, pendarat yang dibawa oleh Rosetta. Keduanya menempuh jarak 6,4 miliar km untuk bersua dengan komet 67P/Churyumov–Gerasimenko yang mirip bebek. Misi ini diluncurkan tahun 2004 atau sekitar 12 tahun yang lalu.

Jadi idenya Wahana Rosetta akan berpapasan dekat dengan komet 67P/Churyumov–Gerasimenko dan melepas Philae si robot pendarat itu agar mendarat dan menetap di komet yang saat itu sedang bergerak mendekati Matahari. Untuk itu, Philae harus menempuh perjalanan selama 7 jam setelah dilepaskan dari Philae untuk tiba di komet 67P/Churyumov–Gerasimenko.

Ternyata, setelah melalui teror 7 jam, Philae masih harus berhadapan dengan pendaratan yang tidak mulus pada tanggal 12 November 2014 lalu, setelah mengalami kerusakan pada sistem pendorong mini. Setelah tiba di komet 67P/Churyumov–Gerasimenko, robot kecil ini terpental beberapa kali sebelum benar-benar mendarat di lokasi yang berbeda dari yang ditentukan sebelumnya. Begitu mendarat, masalah lain muncul. Sistem penambat yang berfungsi untuk menempelkan Philae agar tidak lepas dari komet yang gravitasinya kecil ini ternyata tidak berfungsi. Akibatnya Philae tidak bisa mengisi baterainya dengan tenaga surya. Setelah mendarat, Philae masih melaksanakan tugasnya selama 60 jam dan mengirim semua data yang ia peroleh pada wahana induknya, Rosetta. Setelah itu, Philae pun  tertidur.

Philae yang bangun dari tidur. Kredit: ESA
Philae yang bangun dari tidur. Kredit: ESA

Setelah melewati 7 bulan masa hibernasi, Philae sempat bangun selama 85 detik saat lokasi tempat ia menetap bisa menerima sinar Matahari. Perjalanan komet 67P/Churyumov–Gerasimenko menuju perihelion atau jarak terdekatnya dengan Matahari, memberi kesempatan bagi Philae untuk memperoleh tenaga surya. Akan tetapi, setelah komunikasi terakhir setahun yang lalu, Philae kembali hening, menjauh dari sang Surya bersama komet 67P/Churyumov–Gerasimenko…..

Tanpa komunikasi selama setahun, para astronom akhirnya memutuskan untuk mengucapkan selamat tinggal pada Philae pada tanggal 27 Juli 2016 pukul 16:00 WIB. Perangkat komunikasi antara Rosetta dan Philae dimatikan agar Rosetta bisa menghemat tenaga. Ini penting, karena komet 67P/Churyumov–Gerasimenko sudah menjauh dari Matahari. Pada tanggal 27 Juli 2016, komet tersebut sudah mencapai jarak 520 juta km dari Matahari. Karena itu, Rosetta harus mengurangi penggunaan tenaga untuk hal yang tidak diperlukan. Apalagi, Rosetta memang harus maksimal bekerja di penghujung misinya yang akan berakhir 30 September 2016.

Akan tetapi, sebelum misi Rosetta berakhir dan wahana ini menghancurkan dirinya dengan menabrak komet 67P/Churyumov–Gerasimenko, ia berhasil menemukan dimana lokasi pendaratan Philae, si robot kecil yang ia bawa dari Bumi selama 10 tahun.

Hasil foto OSIRIS yang memperlihatkan keberadaan Philae di celah bebatuan besar. Kredit: ESA/Rosetta/MPS
Hasil foto OSIRIS yang memperlihatkan keberadaan Philae di celah bebatuan besar. Kredit: ESA/Rosetta/MPS
Perbesaran lokasi Philae di celah bebatuan besar di komet 67P/Churyumov–Gerasimenko. Kredit: OSIRIS/ROSETTA/ESA
Perbesaran lokasi Philae di celah bebatuan besar di komet 67P/Churyumov–Gerasimenko. Kredit: OSIRIS/ROSETTA/ESA

Foto yang diambil OSIRIS tanggal 2 September 2016 pada jarak 2,7 km dari permukaan berhasil memperlihatkan orientasi Philae pada para ilmuwan di Bumi.

Dengan demikian, kita bisa memahami mengapa Philae sulit berkomunikasi dengan Rosetta dan juga mengetahui sudut pandang pengambilan citra dan data yang dilakukan Philae selama 60 jam masa hidupnya di Abydos, lokasi pendaratannya pada bulatan kecil komet 67P/Churyumov–Gerasimenko yang berbentuk kepala bebek. Rosetta berhasil memperlihatkan seluruh bagian Philae beserta dua dari tiga kakinya.

Seperti yang diduga para astronom, Philae memang berada pada lokasi yang sulit menerima cahaya Matahari. Lebih tepatnya, Philae mendarat di celah curam tepat di samping batu besar di kepala bebek komet 67P/Churyumov–Gerasimenko. Ia juga berada dalam bayangan batuan besar di sampingnya. Posisi pendaratan yang miring mengakibatkan antena Philae diblok oleh batuan besar di komet sehingga komunikasinya dengan Rosetta juga tidak mulus. Lokasinya di dalam bayangan bukit batu sekelilingnya menjadi alasan utama mengapa baterainya cepat habis setelah bertugas selama 60 jam. Ia kesulitan menerima sinar Matahari yang cukup untuk mengisi baterai.

Informasi ini menjadi kejelasan terkait kondisi Philae, yang semenjak pendaratan sampai jelang akhir misi Rosetta, keberadaannya tidak diketahui. Data radio yang diperoleh selama ini hanya memberikan informasi rentang area keberadaan Philae. Sedangkan foto yang diambil dari jarak jauh dengan resolusi rendah belum dapat dianalisa secara detil.

Philae dari dekat. Kredit: OSIRIS/ROSETTA/ESA
Philae dari dekat. Kredit: OSIRIS/ROSETTA/ESA

Rupanya, foto jarak dekat yang dilakukan kamera OSIRIS memberi jawaban misteri lokasi Philae, dengan resolusi 5 cm/piksel.

Kita memang sudah mengetahui dimana Philae berada. Tapi tidak akan ada lagi komunikasi dengan Philae karena jaringan komunikasi Rosetta ke Philae sudah dimatikan.

Memang, komunikasi tidak lagi bisa dilakukan, dan Philae juga tidak akan bangun kembali. Tapi, selama bertugas, Philae berhasil memperlihatkan kondisi lokasi pendaratannya. Nah, citra atau foto tebing perihelion yang diambil Philae bisa kita ketahui sekarang kalau itu merupakan batuan besar yang tajam tepat di samping robot kecil tersebut. Dengan mengetahui dimana Philae berada, para astronom yang mempelajari data dari Philae sudah bisa mengetahui konteks lingkungan di sekitar robot kecil seukuran mesin cuci tersebut. Ini penting untuk bisa memahami apa yang dilihat oleh Philae dan juga Rosetta.

Foto lokasi peristirahatan Philae merupakan fakta lapangan yang akhirnya bisa menyambung semua teka teki yang hilang.

Dalam kurun waktu kurang dari sebulan, Rosetta akan mengakhiri misinya, seiring perjalanan komet 67P/Churyumov–Gerasimenko menjauh dari Matahari. Saat ini komet 67P/Churyumov–Gerasimenko menuju orbit Jupiter. Implikasinya, cahaya Matahari yang diterima semakin berkurang untuk bisa mengoperasikan instrumen Rosetta. Selain itu lebar pita yang tersedia untuk mengunduh data juga berkurang.

Rosetta sendiri saat ini sudah semakin tua, dan jika memaksa hibernasi pun tidak ada jaminan wahana bisa selamat. Apalagi tidak ada tenaga yang cukup pada jarak yang sangat jauh yang bisa menjamin pemanas Rosetta tetap bekerja menghangatkan wahana antariksa ini. Karena itu, diputuskan Rosetta akan mengikuti jejak si robot kecil Philae di penghujung misinya dan “mendarat” di komet 67P/Churyumov–Gerasimenko.

Di waktu terakhir ini jugalah, Rosetta akan melakukan pengukuran sekali untuk selamanya termasuk mengambil citra resolusi tinggi dari jarak dekat saat wahana ini mendarat atau lebih tepatnya tabrakan yang dikendalikan para ilmuwan. Tabrakan tersebut direncakan terjadi dengan kecepatan 50 cm/detik dengan seluruh instrumen akan dimatikan. Ada banyak resiko yang harus dihadapi Rosetta di akhir misinya. Tapi ia akan terus mengirim data jarak dekat yang diambil sampai akhr masa hidupnya.

Komunikasi dengan Rosetta akan berhenti setelah wahana pengorbit ini mencapai permukaan komet 67P/Churyumov–Gerasimenko. Misi Rosetta pun berakhir.

Selamat tinggal Rosetta dan Philae.

Selamat jalan Rosetta dan Philae. Kredit: ESA
Selamat jalan Rosetta dan Philae. Kredit: ESA

 

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini