Tiga belas jam sebelum asteroid 2014 RC mencapai titik terdekatnya ke planet kita sebuah peristiwa aneh terjadi di pinggiran bandara internasional Augusto Cesar Sandino di kota Managua (Nikaragua). Petugas bandara dan penduduk sekitar melaporkan adanya dentuman keras disertai getaran tanah menjelang tengah malam, tepatnya sekitar pukul 23:05 waktu setempat. Keesokan paginya di kawasan penyangga bandara dijumpai lubang besar membulat nan aneh dengan bentuk mirip mangkuk, yang menghamburkan tanah alluvial ke sekelilingnya. Terdapat juga pepohonan yang rubuh. Diameter lubang besar ini sekitar 12 meter dengan kedalaman maksimum 5 meter. Di dasar lubang dijumpai bongkahan-bongkahan tanah berukuran besar yang kasar (blocky).
Temuan ini, bersama dengan fakta terjadinya dentuman menggelegar beserta tanah bergetar, sontak menghebohkan jagat. Ia mengingatkan semua orang pada peristiwa sejenis 1,5 tahun silam. Yakni tatkala asteroid 2012 DA14 melintas-dekat Bumi hingga hanya sejarak 27.700 kilometer saja di atas sudut barat daya pulau Sumatra (Indonesia). Beberapa jam sebelumnya, Rusia dikejutkan oleh munculnya kilatan cahaya singkat di langit namun benderangnya melebihi Matahari, yang disusul dengan hempasan kuat di udara dan getaran tanah. Awan nan lurus segera terlihat memanjang di langit. Ribuan orang luka-luka ringan hingga sedang, akibat terkena pecahan kaca-kaca jendela yang hancur berkeping oleh hempasan udara. Sejumlah bangunan ambruk. Beberapa orang bahkan melaporkan ada rasa pedih di kulit ibarat lama terpapar sinar Matahari tropik. Total kerugian material mencapai puluhan milyar rupiah.
Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa peristiwa yang kemudian lebih dikenal sebagai Peristiwa Chelyabinsk atau Tumbukan Chelyabinsk disebabkan oleh jatuhnya asteroid tak-bernama sebesar sekitar 20 meter ke Bumi. Atmosfer Bumi masih sanggup meredamnya sehingga ia keburu hancur berkeping dan melepaskan sebagian besar energi kinetiknya menyerupai ledakan di udara (airburst). Namun tetap saja dampak pelepasan energi tersebut, dalam rupa rambatan gelombang kejut (gelombang tekanan di udara) tetap terasakan di permukaan Bumi yang ada dibawahnya. Inilah yang menciptakan kerusakan berskala luas di akwasan Chelyabinsk dan sekitarnya serta merenggut korban luka-luka.
Apakah hal serupa juga yang terjadi di Nikaragua barusan?
Pemerintah Nikaragua segera membentuk komisi penyelidik beranggotakan sejumlah astronom dan geosifikawan untuk menguak peristiwa tersebut. Sejauh ini geofisikawan Instituto Nicaraguense de Estudios Territoriales (INETER) menyebut lubang besar itu terbentuk akibat tumbukan benda langit (meteor) dan dikaitkan dengan kepingan asteroid yang mungkin menjadi bagian dari asteroid 2014 RC. Maka lubang besar itu boleh disebut sebagai ‘kawah meteor’ Nikaragua. Namun demikian banyak astronom dan geofisikawan di luar Nikaragua yang tak sependapat.
Faktor
Dalam hemat penulis, ada empat faktor yang membuat ‘kawah meteor’ Nikaragua diragukan keabsahannya sebagai produk tumbukan meteor. Yang pertama, terbentuknya kawah tumbukan seukuran itu seharusnya didahului penampakan boloid (bolide), yakni meteor yang sangat terang disertai suara gemuruh, di langit. Simulasi sederhana memperlihatkan agar sebuah meteoroid yang dianggap sebagai bagian pecahan 2014 RC dapat menghasilkan kawah tumbukan bergaris tengah 12 meter, maka ia harus berukuran sekitar 10 meter dengan massa sekitar 1.600 ton. Saat memasuki atmosfer Bumi meteoroid akan berpijar sangat terang dengan kecerlangan menyamai Bulan purnama. Andaikata terjadi peristiwa airburst, kecerlangannya bahkan akan berlipat-lipat kali Bulan purnama atau malah bahkan mendekati benderangnya Matahari.
Pemandangan seperti itu akan sangat mudah dilihat di langit, bahkan di kala siang sekalipun. Kita umat manusia pernah menyaksikan langsung betapa sebentuk boloid dengan terang hampir menyamai Matahari terlihat di siang bolong dan kemudian jatuh di Desaguadero (Peru) pada 15 September 2007. Inilah Peristiwa Carancas. Titik jatuhnya boloid itu pun kini dikenal sebagai kawah Carancas (diameter 13,5 meter), kawah tumbukan termuda di Bumi. Dengan situasi tersebut maka boloid pun bahkan masih bisa disaksikan kala langit tertutupi awan sekalipun. Apalagi di saat malam. Apalagi jika terjadi di sebuah kota besar seperti Managua, yang adalah ibukota Nikaragua. Apalagi di dekat sebuah bandara internasional yang sibuk dan nyaris tak pernah tidur. Ketiadaan ini membuat status “kawah meteor” Nikaragua diragukan.
Yang kedua, saat meteoroid yang bersumber dari pecahan asteroid berukuran kecil (dalam skala astronomi) memasuki atmosfer Bumi, pada umumnya hanya menyisakan 1 % saja massanya untuk menjadi meteorit. Sisanya terhambur di dalam atmosfer sebagai partikulat berukuran debu. Di sisi lain, kawah tumbukan bergaris tengah 12 meter dapat dibentuk oleh meteorit tunggal seukuran 2,2 meter (massa hampir 16 ton) yang jatuh pada kecepatan 700 kmjam, menyamai kecepatan jelajah pesawat jet komersial. Jika meteorit ini dianggap sebagai bongkahan tunggal yang tersisa dari sebuah meteoroid, maka sebelum memasuki atmosfer Bumi meteoroid itu akan bermassa sekitar 1.600 ton dengan diameter 10 meter. Mayoritas massanya memang akan terhambur menjadi partikulat debu, Namun andaikata terjadi peristiwa airburst, maka akan terbentuk kepingan dan bongkahan seukuran kerikil atau lebih besar lagi. Mereka akan berjatuhan sebagai meteorit ke permukaan Bumi dibawahnya, dalam sebuah kawasan ellips (lonjong) seluas beberapa kilometer persegi.
Lokasi ‘kawah meteor’ Nikaragua berada di pinggiran kota Managua. Jika benar ia dibentuk oleh meteor, seharusnya ada kawasan ellips tempat meteorit berjatuhan. Kawasan itu sangat mungkin berimpit dengan pemukiman di pinggiran kota. Dan meteorit-meteorit yang mengguyur pemukiman ini tentu akan menyebabkan hujan batu yang mudah diidentifikasi. Ketiadaan temuan meteorit dalam jarak tertentu dari ‘kawah meteor’ menjadi salah satu faktor untuk meragukan statusnya.
Yang ketiga, kawah meteor berdiameter kecil pada umumnya berbentuk mirip mangkuk, khususnya bila meteoroidnya memiliki lintasan yang terhadap paras Bumi membentuk sudut 30 derajat atau lebih. Namun cekungan mirip mangkuk ini mempunyai sejumlah ciri khas, yakni salah satunya memiliki tepi yang meninggi sebagai tanggul yang melingkari cekungan. Fenomena ini dikenal sebagai cincin kawah. Cincin kawah merupakan konsekuensi dari hantaman berkecepatan sangat tinggi dari meteorit ke tanah. Sehingga tanah target tergerus dan terciprat ke sekelilingnya hingga mengendap dengan posisi lapisan-lapisan tanahnya terbalik dibanding semula. Akibat lainnya, hantaman berkecepatan sangat tinggi juga akan menghamburkan material tanah dalam wujud bongkahan beraneka ukuran keluar dari kawah ke lingkungan sekelilingnya hingga radius tertentu.
Hal tersebut tak teramati di ‘kawah meteor’ Nikaragua. Nyaris tak ada cincin kawah di ‘kawah meteor’ tersebut. Partikel-partikel tanah yang terhambur ke sekelilingnya juga berukuran kecil, seukuran butir pasir. Bongkah-bongkah besar memang ada, namun justru berserakan di dasar ‘kawah meteor’ tanpa bisa keluar darinya. Fenomena ini juga yang meragukan identitas ‘kawah meteor’ Nikaragua.
Dan yang keempat, tiap kali meteoroid memasuki atmosfer Bumi, ia akan menekan lapisan-lapisan udara yang dilintasinya dengan sangat kuat sekaligus mentransfer sejumlah energi kinetiknya. Sehingga terjadi sebentuk gelombang yang menjalar sebagai gelombang akustik (suara). Salah satu bagiannya adalah gelombang infrasonik, yang sanggup menjalar sangat jauh dari sumbernya. Bila gelombang akustiknya masih sangat kuat saat menyentuh permukaan Bumi, maka terjadi transformasi menjadi gelombang permukaan yang disebut gelombang Rayleigh, bagian dari gelombang gempa (seismik). Gelombang infrasonik dapat diendus oleh detektor mikrobarometer sementara gelombang gempa diindra seismometer. Dewasa ini cukup banyak instrumen seismometer dan barometer yang terpasang simultan di berbagai sudut Bumi, khususnya dalam tiap-tiap IMS (International Monitoring Station) bagian dari CTBTO (The Comprehensive nuclear Test Ban Treaty Organization). CTBTO adalah lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertugas menegakkan pengawasan atas larangan ujicoba nuklir global dalam segala matra. Selain oleh ledakan nuklir, secara alamiah gelombang infrasonik dan gelombang gempa bisa disebabkan oleh peristiwa tumbukan benda langit maupun letusan besar/dahsyat sebuah gunung berapi.
Simulasi sederhana menunjukkan jika meteoroidnya berdiameter 10 meter, bermassa sekitar 1.600 ton dan melejit dengan kecepatan setara asteroid 2014 RC saat di titik terdekatnya ke Bumi, yakni 15 km/detik (54.000 km/jam), maka ia mengandung 42 kiloton energi. Energi tersebut setara dengan 2 butir bom nuklir Hiroshima yang diledakkan serempak. Energi sebesar ini akan menghasilkan gelombang infrasonik dan gelombang gempa yang sangat mudah dideteksi oleh mikrobarometer dan seismometer yang berdekatan dengannya. Sebagai gambaran, saat Peristiwa Carancas terjadi, energi kinetik meteoroidnya berkisar antara 0,06 hingga 0,23 kiloton TNT. Namun gelombang infrasoniknya terekam oleh detektor mikrobarometer yang terpasang di titik berjarak hingga 1.600 km dari lokasi tumbukan. Sementara gelombang gempanya terekam seismometer yang berjarak 100 km dari titik tumbukan. Sampai sejauh ini belum dijumpai stasiun yang mendeteksi gelombang infrasonik dan gempa terkait pembentukan ‘kawah meteor’ Nikaragua ini, hal yang menguatkan keraguan akan statusnya.
Jika empat faktor itu saja cukup membuat status ‘kawah meteor’ Nikaragua diragukan, apalagi bila dikait-kaitkan dengan asteroid 2014 RC. Saat ledakan misterius menggelegar di pinggiran bandara internasional Sandino tersebut, asteroid 2014 RC sedang melintas di atas Amerika Selatan dalam jarak lebih dari 280.000 kilometer dari paras Bumi. Dan kala itu ia sedang bergerak ke arah barat. Sementara lokasi ‘kawah meteor’Â Nikaragua berjarak lebih dari 4.600 kilometer dari titik proyeksi asteroid 2014 RC pada saat itu dengan arah ke utara. Dengan jarak pisah sejauh itu dan apalagi berbeda arah, dapat dikatakan mustahil untuk menghubungkan asteroid 2014 RC dengan ‘kawah meteor’Â Nikaragua. Apalagi status ‘kawah meteor’ itu sendiri meragukan.
Catatan:
Sebagian ditulis juga di Ekliptika.
Tulis Komentar