Pada tanggal 12 September 2011 NASA memberikan informasi bahwa satelit milik Amerika Serikat diperkirakan akan jatuh pada minggu terakhir bulan tersebut. ). Satelit bernama UARS (Upper Atmosphere Research Satellite) ini telah menjadi sampah antariksa sejak tahun 2005. Dulunya UARS digunakan untuk pengamatan atmosfer atas yang penting nilainya bagi studi iklim.
Setelah tanggal 20 September 2011 berbagai pihak termasuk LAPAN membuat perkiraan waktu dan lokasi jatuh benda. Banyak yang memperkirakan bahwa satelit ini akan jatuh pada 23 September 2011 (bisa lebih cepat atau lebih lambat sehari). Lokasi jatuhnya belum dapat diperkirakan karena sangat tergantung pada waktu jatuhnya.
UARS berpotensi jatuh di Indonesia seperti sudah ditunjukkan oleh perangkat lunak pemantau otomatis benda antariksa Track-it yang dikembangkan di LAPAN. Hasil pemantauannya berikut informasi penting lainnya tentang benda jatuh di Indonesia dan upaya mitigasinya dapat dilihat di situs LAPAN yang memuat prediksi jatuhnya UARS. Di samping itu, LAPAN pun dalam berbagai kesempatan mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati walaupun kecil sekali kemungkinannya akan ada korban.
Sesuai prosedur yang sudah dibuat, jika jatuh di negara kita, warga yang menemukan pecahannya dihimbau untuk segera melapor ke kepolisian terdekat yang akan mengamankan benda tersebut. Tim khusus dari LAPAN setelah mengkonfirmasi peristiwanya segera akan meninjau ke lokasi kejadian jika memang diperlukan.
Bagaimana perkiraan LAPAN untuk satelit ini?
Ketinggian UARS di bawah 122 km (umumnya ketinggian benda jatuh antariksa) pada 24 September 2011 pukul 6:35 WIB. Mulai di Samudera Pasifik melintasi Meksiko, Samudera Atlantik, Eropa, Iran, Samudera Hindia lalu naik lagi di atas 150 km di selatan Australia. Tidak melewati Indonesia hingga pukul 15:17 WIB saat ketinggiannya 54 km (diperkirakan sudah jatuh sebelumnya). Perhatikan kedua peta di bawah ini.
Kesimpulannya, Indonesia aman dari kejatuhan UARS. Walaupun kesimpulan ini bisa keliru, tentu saja kita berharap jatuhnya benda ini tidak menimbulkan korban jiwa maupun materi yang berarti.
kenapa jatuh
Satelit yang mengorbit dalam lingkungan antariksa dengan kerapatan udara yang relatif besar (misalnya ketinggiannya kurang dari 1000 km) akan senantiasa mengalami perlambatan gerak akibat hambatan udara yang dialaminya. Makin rendah satelitnya makin kuat hambatan yang dialami sehingga makin cepat turunnya (decay). Jika ketinggian sudah di bawah 120 km maka satelit bersangkutan bisa mengalami reentry. Ketika reentry ini satelit akan pecah dan umumnya sebagian besar massanya terbakar dalam proses tersebut. Hanya komponen yang titik lelehnya tinggi yang bisa selamat sampai ke permukaan Bumi.
Jika sdh dktahui bhwa satelit tdk berfungsi lg knapa tidak segera dihancurkan ?, apakah satelit tdk didesain untuk bsa mengahncurkan diri saat sdh tdk berfungsi ?. smga LS tetap eksis, krn tulisannya sangat berarti banget bg generasi bangsa ini..
Minimal ada 2 faktor yang dipertimbangkan sebelum menghancurkan sebuah satelit. Saat UARS pensiun Desember 2005, ketinggiannya sekitar 550 km. Saya kira cukup banyak satelit aktif di ketinggian tsb (saya belum tahu pasti jumlahnya). Jika dihancurkan maka satelit akan pecah menjadi serpihan2 (debris) yang bisa bertabrakan dengan satelit2 aktif tsb. Itu faktor pertimbangan #1. Dari casualty risk assessment ditunjukkan bahwa resiko adanya korban jiwa akibat jatuhnya UARS sangatlah kecil. Itu faktor pertimbangan #2. Berdasarkan 2 faktor itu saja tidak ada alasan untuk menghancurkan satelit tsb saat tidak lagi berfungsi.
Setahu saya hingga sekarang belum ada laporan ada korban jiwa maupun materi akibat jatuhnya UARS ini. Mungkin ada yang lebih tahu?
penyebab jatuhmya ada hubungannya sama gravitasi ndag ?
Bagi benda yang sudah mengorbit, gravitasi tidak lagi mempengaruhi jatuhnya benda. Jadi, seandainya tidak ada atmosfer Bumi, satelit akan mengorbit selamanya. Berbeda dengan benda yang belum mengorbit misalnya batu yang kita lempar ke udara.