Semuanya diawali dari kegemaran memandangi bintang, bulan sabit, beberapa goresan meteor, serta berbagai obyek penghias langit malam sejak bertahun-tahun lalu. Semakin lama, kegemaran tersebut justru menumbuhkan rasa penasaran. Dari sinilah saya mulai mengenal dan mempelajari ilmu astronomi, ilmu yang mengajak saya mengenal lebih dekat berbagai hal tentang antariksa.
Awalnya memang terasa janggal, mempelajari dan menyukai astronomi, ilmu yang masih belum dikenal luas. Namun tak mengapa, tak ada salahnya menjadi seorang astronom “kelas teri” diantara kalangan astronom amatir. Perlahan tapi pasti, ilmu-ilmu astronomi mulai saya peroleh dari berbagai bacaan tentang astronomi.
Salah satu yang saya baca adalah perlombaan resmi dari pemerintah, yaitu OSN atau Olimpiade Sains Nasional dengan salah satu bidang yang diperlombakan adalah astronomi. Dari sinilah saya mulai bermimpi untuk mengikuti bahkan mendapat medali dalam perlombaan tersebut. Tapi entah mengapa, semakin kedepan, mimpi itu terasa semakin menjauh. Mungkin karena kenyataan bahwa kebanyakan peserta OSN merupakan siswa-siswi pilihan yang memiliki prestasi di bidang akademik, sedangkan saya? Saya hanyalah seorang yang bisa dibilang “Tak tahu apa-apa”, langganan remidi, belum pernah masuk peringkat 20 besar dikelas, dan bahkan hampir tak masuk jurusan IPA (bodohnya saya, hehehe . .).
Namun mimpi tetap mimpi, saya tetap berharap dapat bertanding dalam OSN Astronomi. Hingga akhirnya datanglah ajakan untuk mengikuti bimbingan OSN Astronomi dari sahabatku yang tahun sebelumnya berhasil lolos ke tingkat propinsi. Awalnya sempat ragu karena materi yang dibahas lebih mengarah pada astrofisika ketimbang astronomi. Apalagi saya pun mulai pesimis membayangkan hitungan fisika dan matematika yang aduhai. Namun akhirnya saya coba yakinkan diri bahwa yang akan saya hadapi adalah astronomi, bukan fisika, matematika, atau ilmu yang lainnya. Dan tentu saja, tawaran itu saya terima dengan penuh harapan.
Seiring waktu, ternyata keraguan itu tak jua hilang, beberapa masalah kecil seperti umur yang katanya “ketuaan”, kisah sukses teman-teman peraih medali yang pintar di semua bidang, dan sedikit sindiran dari teman-teman dan guru turut mewarnai perjalananku (mirip film yang penuh cobaan). Tapi tentu saja hal tersebut tak dapat mematahkan impian yang sudah lama dibangun.
Waktu berjalan, dan tibalah seleksi OSN tingkat kabupaten dan kota (biasa disingkat OSK). Berbekal ilmu yang dipelajari bertahun-tahun dan ilmu yang diajarkan guru pembimbing, saya berangkat bersama teman-teman ke SMAN 1 Sooko Mojokerto, tempat diadakannya OSK. Sempat terkejut juga saat ujian, ternyata beberapa soal terdapat hitungan yang tak berhubungan dengan astronomi. Ujian selesai, waktunya berlega dan berharap lolos ke tingkat propinsi (OSP). Waktu berjalan, dan keluarlah pengumuman OSK. Dan ternyata, saya dapat kabar dari teman-teman bahwa saya lolos ke propinsi dan menjadi wakil tunggal dari sekolahku, SMAN 1 Puri. Wow, ternyata orang seperti saya dapat bersaing dengan mereka yang dalam anggapa jauh lebih baik.
Dan perjalanan saya pun masih berlanjut. Saya kembali bersiap untuk perlombaan di tingkat propinsi agar dapat lolos ke tingkat nasional. Seiring dengan waktu, saya mendapat banyak pengalaman. Di antaranya, terkenal diantara teman dan guru di sekolah, mendapat banyak uang saku (ini yang ditunggu, hehehe..), kenal banyak teman dari seluruh Jatim yang lolos ke OSP, mendapat bimbingan bersama teman-teman yang masuk Passing Grade dan bahkan dapat mencoba teleskop reflektor dari Dinas Jatim di Asrama Haji Sukolilo, serta banyak lagi.
Akhirnya tibalah waktu untuk ujian OSP. Dan, lagi-lagi dengan berbekal hobi dan ilmu yang saya pelajari serta bimbingan dari Dinas Mojokerto dan Dinas Jatim, saya pun siap untuk bertempur eh berlomba. Dengan jumlah pesain 113 rekan lainnya, saya menghadapi ujian seleksi OSP di Hotel New Grand Park, Surabaya. Ujian selesai, sedikit bimbang karena soal esai lebih banyak membahas koordinat ekuatorial. Setelah Semua tentang OSP 2010 selesai, waktunya pulang dan berpamitan dengan seluruh kenalan baru selama OSP.
Walau ketar ketir tapi harapan untuk dapat meraih mimpi itu masih terus terpatri. Mimpi untuk mengikuti OSN bahkan kalau memungkinkan untuk memenangkan sebuah medali. Dan hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, pengumuman peserta yang lolos ke Olimpiade Sains Nasional pun diumumkan.
Dan tak disangka nama saya pun ada di sana. Alhamdulillah, mimpi untuk mengikuti OSN (inilah pertandingan yang sesungguhnya) terwujud. Sekarang tiba waktunya untuk mempersiapkan diri memperebutkan 30 medali (5 emas, 10 perak, 15 perunggu) bersama 114 rekan lainnya dari seluruh Indonesia.
Dari cerita ini saya mendapat pelajaran bahwa, “Untuk menjadi bintang, kita tak harus bersinar terang”??Semoga sepenggal kisah saya ini dapat memotivasi teman-teman, karena untuk menjadikan diri kita apa yang kita inginkan, kita tak harus menjadi baik ataupun sempurna disegala bidang. Dengan keyakinan dan tekad, pasti berhasil . .
Ditunggu ya, cerita OSN dari medan akan segera dirilis, hehe . .
I proud of you Gih. Bangga rasanya punya teman kaya kmu. Sayang ya kita jauh, kalo aja deket aku bisa sering-sering nanya sama kamu. Kapan ya kita bisa ketemu?
Wah. .prjlanan mu mirip ma pnyQ 2 tahun yg lalu. Tp syang aq cm smpe pr0vinsi. Semangat boy. . .
Luph u astr0n0mi. . .
wah, alumni osn 😀
saya penggemar astronomi yang kesasar di matematika 😀
Wah, kondang Spyn Le. Hehehe, mugo2 anakku pintere tiru Spyn y. . .
keren….
Aku dulu pas sma cm bsa math ama fis tapi di ikutkan osk astronomi, kalah karena krg persiapan…
Huhuhuhu
smangat. .
Wah. .
Sama cerita. .
Tanpa pengalaman sama skali ikut astro. .
Alhamdulilah bisa tmbus ke nasional. .
Loh sama kyk aq kk gigih wkwkwk
Kisah kamu mirip dengan kisah saya, Gih. Mirip sekali dengann saya pada osn 2009, saya tidak diperhitungkan oleh guru saat osn tapi tekad dan niat membawa saya bisa mengikuti osn 2009 walaupun tidak mendapat medali
wah, wajahnya mirip ucup, mantan kahim himastron ..hehehe =)
Emang hidup itu berawal dari mimpi…(seperti kata bondan prakoso)