fbpx
langitselatan
Beranda » Kepler Mendeteksi Atmosfer Planet

Kepler Mendeteksi Atmosfer Planet

Kepler Space Telescope yang merupakan teleskop pencari exoplanet milik NASA berhasil mendeteksi atmosfer salah satu planet raksasa. Keberhasilan ini sekaligus menunjukan kemampuan Kepler yang luar biasa untuk mengawali perjalanannya menelusuri dunia extrasolar.

Ilustrasi planet yang mengorbit dekat dengan bintang. Kredit : NASA
Ilustrasi planet yang mengorbit dekat dengan bintang. Kredit : NASA

Kepler memasuki dunia pencariannya dengan gemilang. Ia berhasil mendetksi atmosfer planet hanya dalam 10 hari pertama pengumpulan data.

Dan perburuan planet pun dimulai!.

Diluncurkan pada tanggal 6 Maret 2009 dari Cape Canaveral Air Force Station di Florida, Kepler akan menghabiskan 3,5 tahun untuk mencari planet seukuran Bumi termasuk di dalamnya benda-benda yang mengorbit bintang pada “area Goldilock” yang hangat dan diperkirakan memiliki air. Kepler akan melakukan pencarian dengan mengamati kedipan periodik pada kcerlangan bintang, saat planet yang ada di bintang tersebut melintas di depan sang bintang.

Dari uji coba pengumpulan data yang dikumpulkan Kepler, kurva cahaya dari sepuluh sampai ribuan bintang berhasil menunjukan pengukuran yang sangat detil dan bervariasi dari setiap tipe bintang. Pengamatan dilakukan pada planet HAT-P-7 yang dikenal mengorbit bintang transit dan berlokasi 1000 tahun cahaya dari Bumi. Planet tersebut mengorbit bintang hanya dalam 2,2 hari dan jaraknya 26 kali lebih dekat dari jarak Matahari-Bumi. Selain orbitnya yang pendek, ia juga memiliki massa lebih besar dari Jupiter dan diklasifikasi sebagai “Hot Jupiter”. Dekatnya planet ini dengan bintang menyebabkan ia sepanas api yang sedang membara di kompor.

HAT-P-7 telah dikenal sebelum Kepler mengarahkan matanya kesana. Namun ketajaman mata Kepler memberikan hasil pengukuran yang demikian presisi, dan menunjukkan sesuatu yang baru di sana. Naik turun atau cerlang dan redupnya cahaya di antara transit disebabkan oleh perubahan fasa planet, mirip dengan fasa Bulan. Naik turunnya cahaya ni juga dibubuhi butir-butir cahaya, yang disebut okultasi. Okultasi terjadi saat planet berada di balik bintang.

Perbandingan pengamatan landas Bumi dan pengamatan Kepler pada HAT-P-7. Kredit : NASA
Perbandingan pengamatan landas Bumi dan pengamatan Kepler pada HAT-P-7. Kredit : NASA

Data Kepler yang baru ini bisa dipergunakan untuk mempelajari planet panas ini dengan lebih detil lagi. Kedalaman okultasi juga bentuk dan aplitudo kurva cahaya menunjukkan planet ini memiliki atmosfer dengan temperatur siang hari sekitar 4310 derajat Fahrenheit atau sekitar 2400 derajat Celcius. Hanya sedikit dari panas tersebut yang dibawa ke area malam. Dari perbandingan waktu okultasi dan transit bisa diketahui juga kalau planet ini memiliki orbit sirkular. Penemuan ini mengkonfirmasi prediksi yang dibuat para peneliti dan model teoretik kalau pancaran cahayanya akan dapat dideteksi Kepler.

Variasi kecerlangan yang diamati ini tentunya hanya merupakan satu setengah kali dari yang diharapkan dari transit yang disebabkan oleh planet seukuran Bumi. Dan meskipun hasil ini sudah memberikan tingkat keakuratan yang cukup tinggi, diharapkan dengan pengembangan piranti lunak analisis yang sedang dikembangkan akan dapat membawa Kepler pada tingkat keakuratan yang lebih baik lagi.

Baca juga:  Kisah Bintang Katai Merah Dingin dan 7 Planet Kebumian

Apapun itu, yang pasti hasil awal ini menunjukan Kepler sudah di jalur yang benar dan memiliki prospek bagus untuk mendeteksi planet-planet seukuran Bumi.

Selamat bekerja Kepler.

Sumber : Science@NASA

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini