fbpx
langitselatan
Beranda » Exoplanet Dengan Orbit Berbeda Ditemukan

Exoplanet Dengan Orbit Berbeda Ditemukan

Penemuan yang janggal bisa jadi dapat mengungkap bagaimana planet dan tata surya terbentuk.

Joshua Winn, saat menjlaskan penemuan planet XO-3b. Kredit : MIT
Joshua Winn, saat menjlaskan penemuan planet XO-3b. Kredit : MIT

Tim peneliti internasional berhasil menemukan planet yang mengelilingi bintang dengan kemiringan orbit yang sangat miring dari bidang ekuator bintang. Penemuan ini tentunya menjadi kontradiksi terhadap beberapa teori pembetukan Tata Surya.

Di Tata Surya, seluruh planet mengorbit Matahari pada bidang yang sama dengan rotasi Matahari – penjajaran ini dibutuhkan oleh teori yang saat ini diterima sebagai teori pembentukan bintang dan planet yang terbentuk dari keruntuhan piringan debu dan gas. Dan berdasarkan teori, sedikit saja tidak sejajar seperti planet yang ditemukan tim ini, maka akan terjadi gangguan pada suatu waktu setelah planet terbentuk.

Astronom saat ini tertarik untuk mengeksplorasi lebih jauh karakteristik planet jauh seperti yang baru ditemukan ini agar dapat memperbaiki teori pembentukan planet yang sudah ada, dan sekaligus untuk memahami berbagai perbedaan yang mungkin terjadi di alam semesta di sekitar kita. Atau mungkin lebih tepat lagi, “untuk mengetahui bagaimana dadu itu dimainkan di Tata Surya yang lain”, kata Joshua Win fisikawan MIT yang memimpin tim pengukur planet pada orbit miring tersebut.

Mendeteksi planet pada kemiringan orbit seperti ini membutuhkan kombinasi dari keberuntungan, teknologi yang memadai, dan metodologi yang tepat guna. Joshua Winn dan rekan-rekannya mnggunakan 2 teleskop terbesar untuk mendapatkan si planet unik ini. Planet yang disebut XO-3b, ditemukan tahun 2007 melalui metode penjajaran orbit planet dan garis pandang antara bintang dan Bumi. Penjajaran ini akan memberi kesempatan pada pengamat untuk melihat si planet saat ia melintasi bintangnya atau yang dikenal dengan nama sistem transit. Akibat transit planet, cahaya bintang akan sedikit meredup. Cahaya bintang yang meredup ini dapat dideteksi oleh teleskop yang tersambung pada fotometer yang bersensitivitas tinggi.

Kemiringan orbit plaet XO-3b dibanding planet pada umumnya. Kredit : New Scientist
Kemiringan orbit plaet XO-3b dibanding planet pada umumnya. Kredit : New Scientist

Pendeteksian planet XO-3b ini relatif lebih mudah, karena ia meredupkan cahaya bintang sekitar 1%. Namun untuk lebih maju lagi dalam mengukur sudut orbit, meski dengan alat yang canggih sekalipun masih cukup sulit. Jika sebuah planet melintasi piringan bintang pada sudut rotasi bintang, maka akan muncul pola perubahan khusus pada keseluruhan warna bintang, seperti yang terukur pada spektograf super sensitif sebagai akibat dari pergeseran Doppler yang disebabkan oleh rotasi bintang.

Petunjuk adanya tanda spektrum seperti itu dilihat oleh tim lain tahun lalu, namun mereka tidak begitu yakin dengan hasil yang mereka dapatkan. Pengamatan lain kemudian dilakukan oleh Winn dkk di Observatorium Keck I di Hawaii, dan didapat planet tersebut berada pada kemiringan yang cukup tajam yakni dengan sudut 37 derajat dari ekuator bintang.

Planet XO-3b memiliki massa sekitar 13 kali massa Jupiter dengan periode orbit 3,5 hari. Selain itu ukuran planet dan jarak planet tersebut terhadap bintang juga tidaklah biasa dibanding exoplanet pada umumnya. Planet “hot Jupiter” seperti XO-3b ini tidak dapat terbentuk pada tempat mereka terlihar saat ini, menurut teori pembentukan planet yang diyakini saat ini. Mereka seharusnya terbentuk jauh dari bintang, baru kemudian bermigrasi ke posisi sekarang. Mekanisme yang digunakan untuk memperhitungkan migrasi adalah keberadaan gaya tarik garvitasi planet lain saat saling mendekati, atau gaya tarik piringan debu dan gas dimana bintang dan planet-planetnya terbentuk.

Baca juga:  Astro Wicara Bersama Dr. Hakim L. Malasan - sesi 1

Pertemuan terdekat dengan planet lain akan dapat mengubah kemiringan awal, namun gaya tarik piringan materi tidak dapat menyebabkan perubahan kemiringan. Karena itu teori yang ada ini belum bisa ditrapkan untuk mengetahu mengapa terjadi kemiringan yang demikian tajam pada planet.

Di masa depan, kehadiran Kepler Space Observatory akan membawa kita pada era penemuan lebih banyak planet di luar Tata Surya. Saat itu, kemunkinan penemuan planet dengan kemiringan orbit yang berbeda diharapkan akan semakin banyak sehingga dapat memecah misteri mengapa ada planet yang memiliki pola orbit yang berbeda.

Sumber : MIT
Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

3 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Munurut saya (walau masih awam banget di astronomi) mungkin teori konvensional masih berlaku di beberapa sistem bintang, tapi ada cara pembentukan sistem bintang yang lain mungkin berbeda.
    Planet yang ditemukan tadi itu mungkin saja cuma objek asing yang “nyangkut” di bintang tersebut dan sangat beruntung karena tidak menabrak bintang itu.

  • wah kok bisa gitu ya…?
    mantab banget mungkin benar teori yg ada bisa berubah2 di tiap2 galaxy teori yg di gunakan bisa berbeda2