fbpx
langitselatan
Beranda » Mata Yang Mengarah ke Angkasa

Mata Yang Mengarah ke Angkasa

By taking our sense of sight far beyond the realm of our forebears’ imagination, these wonderful instruments, the telescopes, open the way to a deeper and more perfect understanding of nature. —René Descartes, 1637.

Galileo Galilei dan teleskopnya. Kredit : ESA/Hubble-M. Kornmesser
Galileo dan teleskopnya. Kredit : ESA/Hubble-M. Kornmesser

Selama beberapa milenium manusia telah dipukau oleh kemegahan langit malam. Kala itu manusia masih belum mengenal dengan pasti bintang, galaksi dan milyaran galaksi yang membentuk jagat raya.

Bahkan kala itu manusia masih belum mengetahui betapa tuanya usia jagat raya dibanding usia manusia. Dengan mata sebagai alat untuk mengamati keajaiban langit, tak pernah ada maksud untuk menemukan sistem di bintang lain atau mencari lebih jauh nasib bintang-bintang.

Sampai suatu hari, seorang pria membawa sebuah alat sederhana yang tersusun dari lensa ke luar rumahnya dan diarahkan ke langit. Saat itulah satu per satu kisah di antara bintang mulai terungkap. Pria itu adalah Galileo Galilei… dan sejak itu.. sejarah manusia pun berubah.

Itulah penggalan awal dari kisah penuh inspirasi,“Eyes on the Skies” yang menjadi film resmi untuk Tahun Astronomi Internasional 2009. Film yang dibuat untuk merayakan 400 tahun semenjak teleskop diarahkan ke langit oleh Galileo ini, menceritakan sejarah panjang perjalanan teleskop yang menjadi mata Bumi yang mengarah ke angkasa.

Poster film Eyes on The Skies. kredit : eyes on the skies
Poster film Eyes on The Skies. kredit : eyes on the skies

Perjalanan perkembangan teleskop semenjak zaman Galileo yang walau sederhana telah berhasil menyingkap berbagai rahasia langit sampai dengan perkembangan teknologi instrumen astronomi yang ada saat ini maupun yang akan datang. Tak hanya di Bumi, mata Bumi di luar angkasa pun diungkap….

Mata… salah satu indra manusia yang mengungkap rahasia apa yang terlihat maupun yang disembunyikan di balik tirai rahasia. Mata manusia bisa menangkap sinyal-sinyal tersembunyi seseorang yang menyembunyikan berbagai rahasia. Demikian juga mata Bumi. Ia bisa melihat segala hal yang tersembunyi bahkan dalam panjang gelombang infra merah sekalipun.

Dua mata yang memandang langit. Large Binocular Telescope di Mount Graham International Observatory, Arizona. Masing-masing memiliki cermin 8,4 meter dengan kemampuan mengumpulkan cahaya sebagai cermin 11,8 meter. Dan melalui interferometri keduanya menjadi kekuatan luar biasa sebagai teleskop 22,8 meter. Kredit : Large Binocular Telescope Corporation /United States /Italy /Germany/ Marc-Andre Besel and Wiphu Rujopakarn)
Dua mata yang memandang langit. Large Binocular Telescope di Mount Graham International Observatory, Arizona. Masing-masing memiliki cermin 8,4 meter dengan kemampuan mengumpulkan cahaya sebagai cermin 11,8 meter. Dan melalui interferometri keduanya menjadi kekuatan luar biasa sebagai teleskop 22,8 meter. Kredit : Large Binocular Telescope Corporation /United States /Italy /Germany/ Marc-Andre Besel and Wiphu Rujopakarn)

Teleskop tak lagi beroperasi sendirian. Ia bisa berpadu dengan teleskop lainnya untuk meghasikan ketajaman penglihatan yang luar biasa. Teknik interferometer berhasil memadukan cahaya dari dua teleskop menjadi satu titik dan mengungkap lebih banyak detil dari luar angkasa. Bukan hanya mata yang melihat secara visual, sinyal dari langit pun bisa ditangkap oleh piringan radio teleskop untuk mengungkap misteri alam semesta.

Dahulu manusia memang hanya bisa mengagumi keindahan bulan, planet Jupiter, Saturnus, Venus, Mars dan bintang-bintang terang. Kini… ketika teknologi semakin berkembang, nebula, bintang yang baru terbentuk, supernova, galaksi, planet di bintang lain dan masih banyak lagi telah berhasil disingkap dan dibawa ke Bumi dalam rekaman citra yang indah dan mengagumkan. Perkembangan teknologi fotografi telah membawa astronom dari menggambar sendiri setiap objek yang dilihatnya ke dalam rekaman plat film. Dan ketika dunia digital merangsk masuk, perkembangan CCD (charge couple device) menjadi salah satu teknologi yang semakin memungkinkan astronomi merekam detail penghuni luar angkasa.

Bukan hanya peta langit yang dihasilkan, peta alam semesta pun berhasil dibuat oleh  misi Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) yang merekam dan memetakan radiasi Cosmic Microwave Background (CMB) di seluruh semesta. Misi luar angkasa saat ini masih terus berlanjut dan masih akan ada misi baru yang akan diluncurkan untuk terus mengawasi luar angkasa. Tak hanya di luar Bumi, di Bumi berbagai teknologi juga diterapkan untuk membuat instrumen pengamatan yang akan membawa manusia untuk menyingkap misteri langit lebih jauh lagi.

Animasi pembentukan planet. Kredit : Eyes on the skies
Animasi pembentukan planet. Kredit : Eyes on the skies

Eyes on the Skies mengupas perjalanan teleskop dengan sangat apik dan dipandu oleh Dr. J atau Dr. Joe Liske, astronom profesional dari ESO (European Southern Observatory) dan pembawa acara video podcast, Hubblecast. Film ini memberi inspirasi lewat gambar-gambar indah dan sangat detail yang dihasilkan berbagai pengamatan di dunia baik pengamatan landas Bumi maupun landas angkasa. Film ini tak hanya memberi inspirasi akan kemegahan semesta namun juga menginspirasikan kita untuk terus berkarya dan menggali sampai kita menemukan jawabannya.

Yang pasti, keberhasilan astronomi modern saat ini dimulai dari satu langkah yang dilakukan Galileo Galilei di masa hidupnya 400 tahun lalu. Mengarahkan teleskopnya ke langit dan mengubah sejarah perjalanan astronomi dunia. Bahkan mungkin suatu hari… di masa depan, langkah yang pernah diambil Galileo ini akan membawa kita bertemu dengan kehidupan lain di antara bintang-bintang dan galaksi. Tak ada yang tahu karena alam semesta masih menyimpan misterinya dari kita.

Satu hal pasti.. sejak saat itu.. astronomi tak lagi sama..

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Manager 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute.

8 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini