fbpx
langitselatan
Beranda » 2006 SQ372 Perjumpaan Setiap 22500 Tahun

2006 SQ372 Perjumpaan Setiap 22500 Tahun

Sebuah planet minor bernama 2006 SQ372 dengan jarak sekitar lebih dari 3 milyar km dari Bumi atau sedikit lebih dekat dari Neptunus, tengah melintasi orbit Neptunus dalam perjalanannya mengitari Matahari. Objek kecil yang menyerupai komet raksasa ini membutuhkan waktu 22500 tahun untuk menyelesaikan perjalanannya mengitari Matahari. Saat ia berada pada jarak terjauhnya dari Matahari saat itu si objek 2006 SQ372 akan berada pada jarak 241 milyar km atau mendekati 1600 kali jarak Bumi – Matahari.

Orbit SQ372 (biru) dibandingkan dengan orbit Neptunus, Pluto dan Sedna (putih, hijau, merah). Kredit : N. Kaib
Bidang orbit planet mayor yang ada di Tata Surya memiliki bentuk hampir lingkaran, namun untuk kasus 2006 SQ372 orbitnya berbentuk ellips. Satu-satunya objek yang bisa dibandingkan dengan 2006 SQ372 adalah Sedna (planet katai yang ditemukan tahun 2003). Objek baru ini jauh lebih kecil dari Sedna, dengan diameter hanya sekitar 48-96 km dan bukannya 1000 km. Pada dasarnya oobjek ini adalah sebuah komet, namun ia tak pernah bergerak sampai pada jarak yang cukup dekat dengan Matahari sehingga bisa memiliki ekor terang hasil penguapan gas dan debu.

Tim yang dipimpin Andrew Becker astronom dari Washington University, menemukan komet tersebut saat mengaplikasikan simulasi terhadap data ang sudah diambil untuk mencari ledakan supernova pada jarak milyaran tahun cahaya untuk mengukur pengembangan alam semesta.

Dalam pencarian ini, jika objek yang meledak dapat ditemukan maka objek yang bergerak pun akan dapat dikenali, walaupun untuk itu dipelukan alat yang berbeda. Dan menurut salah satu anggota tim, Lynne Jones dari University of Washington, objek yang cukup dekat dan dapat berubah posisi dalam waktu pendek adalah objek di Tata Surya.

SQ372 pertama kali ditemukan dalam deretan citra yang diambil antara 27 September – 21 Oktober 2006. Saat itu salah satu anggota tim, Andrew Puckett dari University of Alaska Anchorage, kemudian melakukan pencarian dalam survey Supernova musim gugur 2005 untuk mendapatkan deteksi yang lebih awal. Ternyata SQ372 ini sudah ditemukan dalam musim pengamatan 2006 dan 2007.

Deteksi 2006 SQ372 oleh SDSS-II. Kredit : A. Becker and the SDSS.

Dalam simulasi komputer yang dilakukan Nathan Kaib, mahasiswa pasca sarjana University of Washington, tampaknya SQ372 ini memiliki model pembentukan yang sama dengan Pluto yakni di sabuk serpihan es di area sekitar Neptunus dan kemudian terlontar keluar akibat pertemuan gravitasi antara Neptunus dan Uranus. Namun menurut Kaib, diperkirakan SQ372 ini berasal dari bagian dalam awan Oort.

Pada tahun 1950, Jan Oort seorang astronom asal Belanda menyimpulkan kalau sebagian besar komet berasal dari waduk es yang berada jauh. Waduk yang berisi objek-objek seperti asteroid ini sebenarnya terlontar keluar dari Tata Surya akibat tolakan gravitasi planet-planet raksasa. Sebagian besar objek di awan Oort mengorbit Matahari pada jarak beberapa bilyun km, namun gaya gravitasi dari bintang yang berpapasan dengan awan oort dapat mengubah orbit mereka. Akibatnya sebagian akan masuk ke ruang antar bintang dan sebagian lagi justru memiliki orbit yang melintasi Tata Surya dimana mereka bercahaya sebagai komet.

Baca juga:  Komet Hartley 2 dari Bandar Lampung

2006 SQ372, pada titik baliknya yang terjauh pun akan 10 kali lebih dekat ke Matahari dibanding objek-objek utama di awan Oort. Secara teori awan Oort telah diprediksikan ada semenjak beberapa tahun lalu, namun tampaknya penemuan Sedna dan SQ372 merupakan 2 objek pertama yang tampaknya berasal dari awan Oort tersebut.

Menurut Kaib, salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk memahami asal muasal Komet namun tujuan yang lebih jauh lagi adalah untuk menelusuri sejarah awal Tata Surya dan menempatkan potongan-potongan informasi tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi saat Planet terbentuk.

Sumber : SDSS

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • ada yang menarik jeng ivie..saya belajar penggabungan mikro kosmos dgan makro kosmos juga mendapat pandangan masa depan seperti saat ini.mungkin menurut saints ga ada ya(bullshit) cuma saya juga mencari informasi saya co2kan dengan realita yg ada kok agak mirip dengan hasil penemuan saint ya..cuma informasi yg saya dapat mungkin kurang jelas..kira2 seperti ini ..sekitar th 2011-2013 akan ada tsunami yg tingginya _kira2 200m. dan gempa yg dhsyat..setelah membaca artikel mbak kok masuk akal juga..soalnya dalam budaya jawa kan gak mau jelas jadi yg menerima harus bisa menerjemahklan dan mencari pembenaran berita…ternyata ilmu saint dengan ilmu metafisika bisa disandingkan…terima kasih jeng evie..

    • ini semacam teori konspirasi tingkat tinggi yg menyatakan bahwa peradaban manusia di bumi ini sebetulnya hidup berdampingan dengan peradaban lain yg lebih tinggi yg sengaja bersembunyi, tp justru peradaban inilah yg menjaga manusia dari kepunahan dan ancaman bencana skala katastropis lainnya. krn mrk gak mau terekspos kpd manusia, caranya ialah dengan memberi warning dalam bentuk mitos, legenda, hikayat, dsb..

  • Komentar bagus untuk mengetahui perkembangan serta tanggapan pembaca, tetapi dapat memperlambat kinerja browswere sehingga kalo bisa komentar melalui email saja, sehingga tidak mengganggu transportasi.
    TQ