fbpx
langitselatan
Beranda » Edukasi dan Populerisasi Astronomi di Asia Pasifik

Edukasi dan Populerisasi Astronomi di Asia Pasifik

Jaringan populerisasi dan edukasi Astronomi akan terus dibangun dan ditingkatkan di Asia Pasifik dan juga di lingkup Asia Tenggara. Demikian inti pembicaraan dalam pertemuan sesi delapan 10th Asia Pacific Regional IAU Meeting (APRIM) 2008 di Kunming, P. R China awal Agustus lalu. APRIM yang secara rutin diadakan setiap 3 tahun sekali itu memiliki 8 program yang melingkupi riset dalam berbagai bidang astronomi dan juga perkembangan populerisasi dan edukasi astronomi di negara-negara terkait.

Foto bersama partisipan 10th APRIM 2008. Kredit : APRIM

Dalam APRIM 2008 kali ini, sesi populerisasi dan edukasi memberi titik berat pada persiapan menjelang tahun astronomi 2009 di Asia Pasifik. Dimulai dengan penjelasan tentang International Year of Astronomy 2009 (IYA 2009) dan kegiatan yang akan dilangsungkan di Jepang, gaung IYA mulai didengungkan kepada setiap astronom yang mungkin saja belum mengetahui secara jelas apa dan bagaimana IYA itu. Penjelasan yang diberikan oleh Prof. Norio Kaifu ini mengundang perhatian semua peserta karena beliau juga memaparkan rencana dan ajakan kerjasama untuk menggali kembali astronomi dalam budaya masing-masing negara. Ini penting agar kita bisa melihat bahwa astronomi telah lama mengakar dalam kehidupan dan budaya masyarakat setempat di setiap negara bukan hanya di Yunani saja atau di Cina saja.

Berbicara tentang jaringan kerjasama, dalam APRIM ini jaringan kerjasama yang dibicarakan bukan hanya untuk Asia Pasifik namun juga untuk lingkup Asia Tenggara. Sebagaimana kita ketahui di Asia Tenggara, belum banyak negara yang berkecimpung di dunia Astronomi sehingga dibutuhkan sebuah jaringan kerjasama yang akan bersama-sama saling membantu dalam memajukan astronomi di kawasan tersebut. South East Asia Astronomy Network (SEAAN) dibentuk pada tahun 2007 di Thailand dan akan diresmikan dalam penandatangan MOU pada tahun 2009 mendatang di Thailand. Di APRIM ini, Dr. Hakim Malasan menyampaikan laporan perkembangan astronomi dari negara-negara yang tergabung dalam SEAAN, sementara Dr. Busaba Kramer dari Thailand yang juga koordinator SEAAN menyampaikan perkembangan pembangunan databse untuk SEAAN. Pada diskusi sesi SEAAN, ide kerjasama untuk membangun jaringan edukasi dalam kaitan dengan edukasi astronomi pada guru dan siswa juga digulirkan dan mendapat sambutan baik untuk diimplementasikan di kawasan Asia Tenggara.

Ajakan membagun jaringan tidak hanya datang dari satu kawasan namun juga dari sebuah negara. Di APRIM kali ini, Dr. O. Hashimoto dari Gunma Astronomical Observatory, Jepang juga memaparkan ajakan untuk membangun jaringan kerjasama secara internasional. Salah satu negara yang sudah memulai kerjasama itu adalah Indonesia dengan jaringan GAO – ITB RTS yang menjalankan program remote service observation antara Indonesia dan Jepang.

Mencoba You Are Galileo dari Jepang. Kredit : langitselatan

Selain pembicaraan tentang kerjasama kawasan, pemaparan mengenai kegiatan populerisasi dan edukasi juga disampaikan oleh beberapa negara seperti Azerbaijan, Jepang, India, Malaysia dan Indonesia. Disini berbagai hal dikemukakan mulai dari membangun jaringan pengamatan, membuat teleskop sederhana untuk siswa, sampai program pengamatan untuk riset dan publik di Nishi Harima Astronomical Observatory. Dari paparan yang ada bisa kita bagaimana Malaysia dan Azerbaijan tengah bergerak maju dalam memulai pembangunan astronomi di negaranya. Dalam pertemuan ini, Dr. Agata dari Jepang membawa model teleskop galileonya. Teleskop tersebut dibuat dengan biaya terjangkau hanya sekitar 10 USD dan mudah untuk dibangun dan dioperasikan. Model tersebut dikatakan akan menjadi salah satu model Galileoscope dalam IYA 2009.

Baca juga:  Gelembung dalam Gelembung

Dari Indonesia, langitselatan memaparkan kegiatan-kegiatannya dan perkembangan blog astronomi semenjak pertama kali diluncurkan. Selain itu salah satu rekan dari langitselatan juga memaparkan penelitiannya dalam bidang etnoastronomi, yang terkait dengan penggalian kembali cerita-cerita dalam masyarakat terkait budaya setempat yang memiliki hubungan dengan astronomi. Penelitian etnoastronomi yang dilakukan oleh Dewi Pramesti dan kawan-kawan ini mengangkat kisah Batara Kala dan juga kisah Bimasakti dari Jawa Tengah. Ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan oleh tim dari Indonesia, dan mendapat sambutan yang baik dari para peserta APRIM. Hasilnya, akan dibuat sebuah pertemuan khusus untuk membahas kaitan astronomi dan budaya di asia pasifik pada periode Mei 2009.

Sudut UNAWE. kredit langitselatan

Selain jaringan asia pasifik, dan laporan mengenai perkembangan populerisasi dan edukasi astronomi, laporan perencanaan kegiatan IYA 2009 juga disampaikan oleh beberapa negara seperti Indonesia, Cina, Jepang, Hongkong, Malaysia, Canada, Rusia, dan Thailand. Selain laporan IYA, ada 3 cornerstone project yang juga memperkenalkan dirinya antara lain Galileo Teacher Training Program, Developping Astronomy Globally dan Universe Awareness. Di APRIM 2008 ini, selain memperkenalkan UNAWE dalam presentasinya, dari Indonesia juga dibawa berbagai mainan untuk ditunjukan. Untuk itu UNAWE Indonesia menampilkannya pada sebuah sudut disertai poster kegiatan dan berbagai model mainannya.

Ketiga cornerstone project tersebut juga menggulirkan ide untuk membangun kerjasama di kawasan Asia Pasifik untuk dapat mensukseskan berbagai program yang akan dilaksanakan sepanjang pelaksanaan IYA di tahun 2009 dan juga pelaksanaan lanjutan setelah IYA. Hasilnya semua yang telah digulirkan akan menjadi agenda yang akan dilaksanakan bersama untuk mengedukasi masyarakat mengenai astronomi.

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini