Akhir pekan yang lalu, tanggal 15 Desember 2007, sebagian besar kru langitselatan berada di Observatorium Bosscha mengambil bagian dalam acara peresmian Wisma Kerkhoven. Wisma Kerkhoven awalnya merupakan rumah kepala Observatorium Bosscha atau yang juga dikenal sebagai rumah A. Rumah tersebut kemudian direnovasi dan dijadikan Museum Astronomi Indonesia dan Rumah Pertemuan.
Museum dimaksudkan untuk mengkoleksi instrumen yang dipakai dulu serta foto-foto dan semua peninggalan sejak Observatorium Bosscha didirikan. Koleksi museum antara lain foto-foto pembangunan observatorium Bosscha, teleskop secretan, micrometer untuk membaca posisi bintang, measuring engine untuk membaca posisi benda langit.
Nama Kerkhoven diambil dari nama Rudolf A Kerkhoven, orang Belanda yang menggemari dan mencintai astronomi. Pada awal berdirinya Observatorium Bosscha, Kerkhoven menyumbangkan teleskop Zeiss, jam astronomi Richter, dan pengadaan teleskop transit yang menentukan posisi geografis Indonesia.
Acara peresmian yang dihadiri oleh Menristek Kusmayanto Kadiman, Astronot Malaysia Sheikh Muszaphar Shukor Al Masrie, Sekretaris I Pendidikan Kedutaan Besar Belanda Arnold van der Zanden, dan Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan Made Emmy Relawati, diisi oleh talk show dan penanaman pohon sebelum dilakukan pengguntingan pita.
Selain para petinggi negara dan tamu, diundang juga siswa-siswi dari SD Merdeka dan SD Pancasila. Kedatangan mereka tidak sekedar untuk melihat acara peresmian, namun untuk melakukan talk show dengan astronot dari Malaysia. Walau awalnya terlihat cukup malu-malu, adik-adik yang duduk di kelas 1-3 ini akhirnya berani juga melontarkan pertanyaan – pertanyaan menggelitik seputar pergi ke angkasa luar. Tidak itu saja, mereka juga sangat antusias untuk mendengar cerita dari angkasawan Malaysia yang ganteng tersebut. Walau sebentar namun Sheik Muzaphar setidaknya bisa memberi sedikit gambaran sekaligus motivasi pada mereka untuk mengejar cita-cita. Talk show tidak melulu diisi oleh pertanyaan anak-anak pada Sheikh Muszaphar. Di antara para penanya, terdapat beberapa siswa SMA dan mahasiswa yang juga bertanya seputar astronomi, Bosscha, sains dan pendidikan pada Kepala Observatorium Bosscha Taufiq Hidayat, Menristek Kusmayanto Kadiman maupun Wakil Rektor ITB Made Emmy Relawati. Setelah talk show berakhir, dilakukan penanaman 20 buah pohon yang semuanya berawalan K. Sepertinya ide ini berasal dari inisial nama Menristek yakni KK.
Di dalam museum saat peresmian dilangsungkan, panitia telah menyiapkan beberapa laptop yang online untuk memperlihatkan situs astronomi dan yang terkait. Selain itu terdapat 42 poster ilmiah astronomi baik yang terkait penelitian di Program Studi Astronomi dan LAPAN maupun poster untuk pendidikan dan populerisasi astronomi. Menarik, karena disini kita bisa melihat betapa produktifnya rekan-rekan dari astronomi dalam melakukan penelitian. Materi poster selain berasal dari riset juga dari hasil Tugas AKhir dan Thesis mahasiswa. Untuk bagian populerisasi astronomi, terdapat Himastron, langitselatan dengan poster media online-nya dan perkembangan komunitas mailing list astronomi via astronomi_indonesia grup. Di antara poster yang dipampangkan terdapat juga perencanaan pembangunan Observatorium Radio di daerah Nusa Tenggara Timur, rencana pembangunan mobile observatory dan rencana pembangunan teleskop Matahari.
Diharapkan keberadaan museum maupun rumah pertemuan ini tidak sekedar untuk dikunjungi dan dilihat saja, namun juga memicu perkembangan komunitas astronomi baik profesional maupun amatir. Selain itu diharapkan keberadaan museum tidak hanya membawa kita pada kemajuan astronomi dalam hal populerisasi dan pendidkan namun juga dalam hal riset. Karena bagaimanapun riset masih merupakan tugas utama dari Observatorium Bosscha.
Tulis Komentar