fbpx
langitselatan
Beranda » International School for Young Astronomers 2007 di Malaysia

International School for Young Astronomers 2007 di Malaysia

International School for Young Astronomers (ISYA) adalah salah satu program dari International Astronomical Union (IAU) sebagai perhimpunan astronom sedunia. IAU bertujuan untuk mempromosikan dan memelihara semua aspek dalam astronomi melalui kerja sama internasional.

Untuk mewujudkan misi tersebut, IAU membentuk 12 bagian keilmuan dan 40 komisi. Salah satu di antaranya adalah komisi 46, yang mengurusi masalah pendidikan dan pengembangan astronomi. Komisi 46 bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan astronomi pada semua tingkatan di dunia. Usaha yang dilakukan tergambar dari kelompok kerja yang terdapat di dalamnya, misalnya pengembangan astronomi di seluruh dunia, mengajar untuk pengembangan astronomi, pertukaran astronom, bantuan buku dan jurnal, dan ISYA.

  1. ISYA diselenggarakan di negara yang sedang berkembang dalam bidang astronomi. Peserta berasal dari berbagai Negara dan mempunyai latar belakang pendidikan pasca sarjana ke atas. Pengajarnya juga mempunyai latar belakang yang beraneka ragam. Secara umum tujuan ISYA adalah: Mendorong ilmuwan muda untuk ikut berperan dalam penelitian astronomi dan mengetahui rencana pengembangan astronomi di masa depan.
  2. Melatih dan memberikan pengetahuan terbaru dalam penelitian astronmi.
  3. Membentuk jaringan antar negara yang kuat dalam sebuah kawasan. ISYA juga merupakan salah satu kesempatan bagi peserta untuk berdiskusi antar sesamanya dan dengan ahli dalam bidangnya selama tiga minggu.

ISYA pada tahun 2007 ini diselenggarakan di Malaysia. Minggu pertama di Universiti Kebangsaan Malaysia, Selangor dan dua minggu berikutnya di MARA Junior Science College, pulau Langkawi. ISYA 2007 merupakan ISYA yang memiliki peserta paling banyak (38 orang) dibandingkan ISYA sebelumnya, dan juga ISYA terakhir yang dikoordinir oleh Prof. Michele Gerbaldi selama 15 tahun. Wakil dari Indonesia berjumlah tujuh orang, yaitu Mochammad Ikbal Arifyanto, Hanindyo Kuncarayakti, Dading Hadi Nugroho, Emanuel Sungging Mumpuni, Clara Yono Yatini, Agustinus Gunawan Admiranto, dan Nanang Widodo. Peserta terbanyak adalah wakil dari Malaysia sebagai tuan rumah (10), diikuti Indonesia, Filipina (4), Thailand (3), India (3), Korea Utara (3), Cina (2), Vietnam (2), Nepal (1), New Zealand (1), Sri Lanka (1), dan Taiwan (1).

Topik yang diajarkan dan pengajarnya merupakan hasil diskusi dari pihak Malaysia dan IAU. Untuk ISYA 2007 ini topik yang dititik beratkan adaah instrumentasi astronomi, Matahari, dan astronomi radio. Para pengajar ISYA 2007 dan materi yang diajarkan adalah :

  1. Prof. Dr. Mohd. Zambri Zainuddin (Malaysia), astronomi dasar.
  2. Prof. Dr. N. Udaya Shankar (India), astronomi radio.
  3. Prof. Dr. Michele Gerbaldi (Perancis), atmosfer bintang.
  4. Prof. Dr. Edward Guinan (Amerika Serikat), bintang ganda, exoplanets, pengaruh Matahari terhadap planet.
  5. Dr. Mamoru Doi (Jepang), galaksi dan kosmologi
  6. Dr. Hakim L. Malasan (Indonesia), instrumentasi astronomi, fotometri dan spektroskopi.
  7. Dr. Chenzhou Cui (China), data base, dan observatorium virtual.
  8. Dr. Mark Rast (Amerika Serikat), helioseismologi.
  9. Prof. Dr Kenneth R Lang (Amerika Serikat), matahari.
  10. Prof. Dr. Jean Pierre de Greve (Belgia), evolusi bintang ganda dekat.

Tiga minggu adalah waktu yang sangat singkat apabila kita ingin mendapatkan semua pengetahuan dan keahlian dalam astronomi, sehingga tujuan yang lebih diutamakan adalah memberikan kesempatan untuk berdiskusi menggunakan bahasa inggris dengan sesama peserta dan pengajarnya sehingga diharapkan dapat membangun dan mengembangkan jaringan di kawasan Asia.

Berkenalan dan berinteraksi dengan orang yang mempunyai latar belakang beraneka ragam dapat memperkaya pengalamaan hidup kita. Pada awalnya, semuanya masih terasa canggung tetapi dengan bertambahnya waktu dan juga acara dari panitia, pertemanan itu semakin terjalin kuat (meskipun kualitasnya bisa berbeda-beda tiap orang). Dari interaksi itu juga kita dapat mengetahui kondisi negara lain dari sumber yang terpercaya (bukan hanya dari media).

Dalam hal astronomi, kita dapat mengetahui keinginan yang kuat dan usaha keras dari Malaysia untuk mengembangkan astronomi, juga kabar dari Thailand yang akan membangun teleskop berukuran 2,4 meter, atau bahkan mengenai keterbatasan di Korea Utara (belum ada jaringan internet, buku dan jurnal yang terbatas, dll) dan suasana yang kurang kondusif bagi pengembangan astronomi di Filipina.

Pada skala yang lebih besar lagi, masyarakat astronomi Indonesia dapat berperan dalam pengembangan astronomi di kawasan Asia tenggara. Terdapat banyak peluang untuk kerja sama dan kolaborasi dari ISYA 2007, misalnya mengenai program pengamatan yang komplementer antara Indonesia dan Malaysia, pertukaran dan pelatihan sumber daya manusia, akses untuk pengamatan yang terbuka (berdasar proposal), kontribusi dalam pengamatan yang memerlukan cakupan waktu berkesinambungan, program pengamatan multi panjang gelombang dan lain-lain. Dengan mengetahui bagaimana kondisi keastronomian di Indonesia, juga informasi mengenai keadaan negara-negara lain, diharapkan masyarakat astronomi Indonesia dapat merencanakan dan melaksanakan langkah ke depan untuk lebih memajukan astronomi di Indonesia.

Avatar photo

Dading Nugroho

Dading Nugroho adalah seorang astronom yang menyelesaikan pendidikan doktoralnya di The Max-Planck-Institut für Astronomie, Jerman. Keahliannya adalah pembentukan dan evolusi galaksi. Dading meninggal karena sakit pada bulan November 2017.

4 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • Maksud bung syam gimana ya? kalau kesan-kesan pribadi dan pengalaman serta sedikit cerita tentang ilmu-ilmu yang dipelajari di sana, bisa dilihat di mblog saya (http://nggieng.wordpress.com), ditulis dalam bahasa inggris.

    Yang pasti adalah, kalau sudah urusan ilmu pengetahuan, kita bisa mengesampingkan semua perbedaan, baik SARA maupun politik. Demikian kesan saya tentang ISYA, menyenangkan mempunyai banyak teman dari berbagai negara dengan latar belakang berbeda. Sama saja dengan hal-hal yang lain, menjadi manusia yang lebih baik dengan mempelajari dan berbagi banyak hal.

    Satu hal lagi, mudah2an di tahun-tahun mendatang, kerjasama astronomi di tingkat asia tenggara bisa ditingkatkan lagi (sudah ditulis oleh mbak Avie mengenai SEAAN). 🙂