Astronomi! Bidang ilmu yang satu ini memang unik. Sebuah penemuan tidak hanya dilakukan oleh para ahli yang bekerja sebagai astronom profesional tapi juga bisa dari kontribusi para astronom amatir.
Komet
Di tahun 2013, benda-benda kecil di Tata Surya tampil sebagai bintang. Benda-benda yang biasanya berada di area terluar Tata Surya tersebut menyambangi area dalam Tata Surya dan penduduk Bumi bisa menikmati kehadiran mereka. Bahkan salah satu kometnya saat ini sudah bisa kita lihat di ufuk barat kala Matahari terbenam.
Jose A. y. Bonilla (1853-1920) sedang memulai tugas rutin hariannya di Observatorium negara Bagian Zacatecas (Meksiko) pada Senin 12 Agustus 1883 saat matanya menangkap sesuatu yang tak biasa.
Sejak akhir September sampai dengan Oktober, astronom amatir melakukan pengamatan intens pada komet 168P/Hergenrother yang sedang berada dalam fase yang sangat terang untuk beberapa malam.
Sebuah bintik cahaya kecil muncul di sisi kanan bawah medan pandang instrumen LASCO (Large Scale Coronagraph) C3 satelit SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) pada 12 Juli 2012 pukul 09:08 WIB.
Sebuah peristiwa langit yang amat jarang terjadi segera datang pada Jumat pagi hari 16 Desember 2011 besok. Sebuah komet dengan ukuran hampir menyamai stadion GBK Senayan bakal melintas sangat dekat dengan Matahari dalam perjalanan mengelilingi bintang pusat tata surya tersebut.
Antiklimaks. Begitulah bab akhir untuk saga komet Elenin. Jika semula digadang–gadang bakal menjadi komet paling terang sepanjang 2011 (lihat di sini) dan sebagian manusia lainnya khususnya yang meyakini komet ini sebagai the real Nibiru dan bakal terlibat dalam petaka 2012 berharap–harap cemas, faktanya sang komet justru bernasib tragis.
Bumi adalah sebuah keajaiban semesta. Pada masa awal tata surya, Matahari berada dalam fase T–Tauri yang dramatis sehingga membuat senyawa–senyawa gampang menguap seperti air, hidrogen, helium, metana, amoniak, nitrogen, karbon monoksida dan karbondioksida terusir dari permukaan planet–planet terestrial bersama sisa gas dan debu yang membentuk tata surya.
30 September 2011 jelang pukul 22:00 WIB, sebuah titik putih dengan magnitudo semu sekitar +1 terekam di sudut kanan bawah citra LASCO C3 SOHO (Solar and Heliospheric Observatory), sang veteran pemantau Matahari yang telah bertengger di orbitnya selama hampir 16 tahun.
22 Agustus 2011, Michael Matiazzo baru saja usai mengobservasi komet Elenin tatkala ia mendapati sesuatu tak biasa dalam layar komputernya. Tiga hari sebelumnya, astronom amatir dari Castlemaine, Victoria (Australia) yang bersenjatakan teleskop pemantul Celestron Nexstar 28 cm dilengkapi kamera CCD Starlight Express MX7c juga mengabadikan komet yang sama, sebagai bagian dari observasi menerus sejak awal Agustus tatkala komet Elenin telah menyeberangi ekliptika sehingga hanya bisa disaksikan dari belahan Bumi bagian selatan.
Sebuah komet tak dikenal teramati bergerak menuju ke Matahari dengan perihelion (titik terdekat ke Matahari dalam orbitnya) teramat dekat. Sehingga komet seolah-olah terjun ke Matahari dan teruapkan hingga habis tanpa sisa.
Sebuah komet baru saja berhasil diidentifikasi meski masih berada pada jarak yang sangat jauh dari Bumi. Komet tersebut baru akan mencapai perihelionnya, yakni titik terdekat terhadap Matahari, dalam 1,5 tahun mendatang dan berpeluang menjadi salah satu komet tercerlang dalam sepuluh tahun terakhir khususnya setelah kemunculan komet McNaught di 2007 silam.
Jelang akhir tahun 2011, Bumi akan dikunjungi sebuah komet yang sedang melintasi Bumi menuju titik terdekatnya dengan Matahari sebelum kemudian kembali menjauh.
Di tempat itu dulu berdiri sebuah bukit selebar 50 m. Setelah 4 Juli 2005 pukul 12:52 WIB, bukit menghilang dan digantikan lubang sumur raksasa yang semula diperkirakan memiliki garis tengah 100 m dengan kedalaman 30 m.
Ada planet baru di Tata Surya dan ia berada jauh di bagian terluar Tata Surya di awan Oort. Itulah berita yang dicetuskan oleh duo ilmuwan yang berkecimpung dalam dunia keplanetan dari University of Lousiana-Lafayette.