Lebih dari satu juta foto digunakan untuk menyusun atlas dari lima palung kelahiran bintang. Mosaik raksasa dengan bintang-bintang muda di dalam awan debu nan tebal.
Pembentukan Bintang
Bintang terbentuk dari awan molekular gas dan debu yang mengalami keruntuhan akibat terjadinya gangguan pada awan. Ketika awan mengalami keruntuhan, materi berupa gas dan debu pada awan juga tertarik ke pusat. Semakin banyak materi yang ditarik ke arah pusat, maka area tersebut juga makin padat dengan gravitasi yang semakin besar dan temperatur yang meningkat. Ketika materi di pusat keruntuhan semakin padat dan panas sampai akhirnya bisa memulai reaksi pembakaran di dalam dirinya, maka pada saat itulah bintang baru terbentuk
Meskipun kita mengetahui bagaimana bintang terbentuk, tapi masih banyak hal dalam proses ini yang tidak kita ketahui. Detail bagaimana keruntuhan bisa terjadi pada awan masih belum kita ketahui. Selain itu, berapa banyak bintang yang terbentuk saat keruntuhan awan, seberapa masif bintang yang terbentuk, serta seberapa banyak bintang yang bisa memiliki planet, masih jadi misteri.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut para astronom melakukan survei pada lima palung kelahiran bintang atau wilayah pembentukan bintang. Tentu saja tidak mudah untuk mengamati wilayah ini. Apalagi bintang-bintang muda tersebut tersembunyi di balik debu tebal. Pengamatan pada panjang gelombang tampak tidak akan bisa melihat bintang-bintang ini.
Karena itu, para astronom melakukan pengamatan pada panjang gelombang inframerah. Pengamatan pada panjang gelombang ini memungkinkan para astronom untuk melihat jauh ke dalam awan. Lebih tepatnya, untuk melihat pembentukan bintang secara langsung.
Survei Wilayah
Untuk mempelajari kelahiran bintang, para astronom melakukan survei yang diberi nama VISIONS. Survei ini menargetkan lima area pembentukan bintang yang jaraknya kurang dari 1500 tahun cahaya. Tapi perlu diingat juga kalau satu wilayah kelahiran bintang itu ukurannya sangat besar. Wilayah pembentukan bintang yang diamati itu berada di rasi Orion, Ophiuchus, Chamaeleon, Corona Australis dan Lupus.
Selama lima tahun para astronom mengamati wilayah-wilayah tersebut dan memperoleh lebih dari satu juta citra. Foto-foto ini kemudian dirangkai menjadi mosaik yang menyingkap lanskap kosmik yang sangat luas. Panorama yang sangat detail ini memperlihatkan bercak-bercak gelap debu, awan yang bercahaya, bintang yang baru lahir, dan latar belakang bintang-bintang di Bimasakti.
Pengamatan selama lima tahun tentu memberi kesempatan pada para astronom untuk mengamati satu area berulang kali. Hasilnya, para astronom bisa mempelajari gerak bintang dari data VISIONS.
Bukan cuma itu. Seperti orang tua yang mengawasi bayi, dengan VISIONS, para astronom juga bisa mengamati bayi-bayi bintang ini selama beberapa tahun. Dengan demikian, para astronom bisa mengukur pergerakannya dan mempelajari bagaimana bintang-bintang yang baru lahir ini meninggalkan awan tempat kelahirannya.
Lagi-lagi ini bukan hal mudah. Melihat pergerakan bintang dari jarak yang sangat jauh itu sulit. Dari Bumi, pergeseran bayi bintang tersebut hampir setara dengan lebar rambut manusia jika dilihat dari jarak 10 km!
Survei ini tak pelak jadi pelengkap untuk data pengukuran gerak bintang yang dilakukan GAIA pada panjang gelombang tampak.
Pengamatan
Survei pada lima wilayah kelahiran bintang dilakukan dengan teleskop VISTA di Observatorium paranal, Chile. Para astronom menggunakan kamera inframerah VIRCAM pada VISTA untuk memotret cahaya dari balik debu. Diameter medan pandang VIRCAM yang sebesar tiga kali lebar Bulan Purnama juga sangat cocok untuk memotret dan memetakan wilayah pembentukan bintang yang sangat luas.
Di masa depan, survei VISIONS bisa dilakukan dengan Extremely Large Telescope (ELT) yang sedang dibangun di Chile. Dengan ELT, para astronom bisa fokus pada area yang lebih spesifik dengan hasil yang sangat detail. Mirip seperti kita memperbesar satu wilayah di layar untuk dilihat detailnya.
Tulis Komentar