fbpx
langitselatan
Beranda » Apa Dampak Aphelion & Perihelion Pada Bumi?

Apa Dampak Aphelion & Perihelion Pada Bumi?

Sejak awal 2022, pesan berantai tentang aphelion sebagai penyebab cuaca dingin yang diikuti penyakit penyerta beredar luas lewat media sosial. 

Matahari di horison. Kredit: Travis Rupert/Canva
Matahari di horison. Kredit: Travis Rupert/Canva

Rupanya pesan ini masih terus beredar meski sudah ada penjelasan yang diberikan. Dan di awal Februari ini, kami masih menerima pertanyaan serupa. Benarkan isi pesan tersebut? Apa efek aphelion pada Bumi? Apakah Bumi jadi dingin dan warga Bumi akan sakit seperti isu yang beredar?

Sebelum menjawab dan menjelaskan, ada baiknya kita lihat dulu pesan yang beredar. Pesannya:

*Mulai hari ini* jam 05.27 kita akan mengalami FENOMENA APHELION, dimana letak Bumi akan sangat jauh dari Matahari.  Kita tidak bisa melihat fenomena tsb, tp kita bisa merasakan dampaknya. Ini akan berlangsung sampai bulan Agustus. 

Kita akan mengalami cuaca yg dingin melebihi cuaca dingin sebelumnya, yang akan berdampak meriang flu, batuk sesak nafas dll. Oleh karena itu mari kita semua tingkatkan imun dengan banyak2 meminum Vitamin atau Suplemen agar imun kita kuat. Semoga kita semua selalu ada dalam lindungan_NYA. 

Aamiin … 

Jarak Bumi ke Matahari perjalanan 5 menit cahaya atau 90.000.000 km. Fenomena aphelion menjadi 152.000.000 km . 66 % lebih jauh. Jadi hawa lebih dingin, dampaknya ke badan kurang enak karena ga’ terbiasa dengan suhu ini,. 

Untuk itu jaga kondisi kesehatan kita agar tetap sehat dengan keadaan cuaca yang sedemikian rupa…

Jangan sampai nanti sebagai dalih utk corona fase berikutnya

Salam sehat…

Mohon di bagikan ke semua org yg kita kenal…Agar mereka jg tahu dan tdk mudah dibodohi sebagai CORONA Varian baru ..

Jawaban singkat: Pesan tersebut berisi informasi yang tidak tepat dan tidak ada keterkaitan aphelion dengan cuaca dingin dan penyakit. 

Orbit Bumi

Bumi memiliki orbit elips sehingga saat mengitari Matahari, Bumi bisa berada pada jarak terjauh dan terdekat. Kredit: langitselatan

Pada kisaran tahun 310-230 SM, perhitungan Aritachrus dari Samos menghasilkan kesimpulan kalau Bumi mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran. Kesimpulan yang sama juga diberikan oleh Copernicus, Menurut Copernicus, Matahari merupakan pusat sistem Tata Surya, dan Bumi bergerak mengeliinginya dalam orbit lingkaran.

Akan tetapi, pengamatan ternyata memberi hasil yang berbeda. Selama hampir 20 tahun, Tycho Brahe melakukan pengamatan posisi Matahari, Bulan, dan planet-planet dari observatoriumnya di pulau Hven. Data ini kemudian ditelaah oleh Johannes Kepler setelah kematian Brahe. 

Hasilnya, Bumi serta planet-planet mengelilingi Matahari dan orbitnya bukan lingkaran melainkan lonjong atau berbentuk elips. Analisis data tersebut pada akhirnya menghasilkan tiga hukum gerak Kepler, yakni:

  1. Planet bergerak dalam orbit elips mengelilingi Matahari sebagai pusat sistem.
  2. Radius vektor menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama.
  3. Kuadrat kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata dari matahari.

Karena Bumi memiliki lintasan elips dan Matahari berada pada salah satu titik fokusnya, maka ketika mengelilingi Matahari, Bumi akan melewati titik terdekat (perihelion) maupun titik terjauh (aphelion) dari Matahari.

Peristiwa ini bukan fenomena langka. Bumi memerlukan waktu 365 hari atau satu tahun untuk menyelesaikan orbitnya mengelilingi Matahari. Dengan demikian, dalam satu tahun Bumi pasti melintasi titik terdekat dan terjauhnya. Itu artinya, peristiwa ini akan terjadi setiap tahun seiring perjalanan Bumi melintasi Matahari. 

Setiap tahunnya, Bumi akan berada di titik perihelion pada awal Januari dan tiba di titik aphelion pada bulan Juli.  

Pada tahun 2022, Bumi berada di titik perihelion pada tanggal 4 Januari dan di titik aphelion pada 4 Juli.

Jadi pesan berantai tersebut tidak tepat untuk menyatakan Bumi sedang di aphelion atau titik terjauh dari Matahari. Saat ini Bumi masih berada pada wilayah di dekat perihelion yang baru dilintasi tanggal 4 Januari. 

Pengaruh Aphelion

Ketika berada di titik terdekat dengan Matahari, apakah itu artinya Bumi akan sangat panas? Dan apakah Bumi jadi sangat dingin ketika berada di titik terjauh dari Bumi?

Ada informasi salah lainnya pada pesan berantai tersebut. Jarak Bumi bukan 90.000.000 km atau 5 menit cahaya. 

Jarak rerata Bumi ke Matahari itu 150.000.000 km atau 93 juta mil atau kalau dikonversi ke tahun cahaya, maka jaraknya jadi 8 menit cahaya. Sederhananya, cahaya Matahari butuh waktu 8 menit untuk tiba di Bumi dengan kecepatan 300.000 km/detik.

Pada tanggal 4 Januari, saat Bumi di perihelion, jaraknya 147.105.052 km dan tanggal 4 Juli saati di aphelion, Bumi akan berada pada jarak 152.098.455 km. Dari jarak ini kita bisa lihat bahwa saat berada pada jarak terdekat, Bumi berada 5 juta km lebih dekat ke Matahari, dibanding saat Bumi berada pada titik terjauh. 

Bagi kita, pergeseran 5 juta tampak sangat besar dan bisa memberi dampak. Tapi, jika kita melihat jarak rerata Bumi dan Matahari yakni 150 juta km, maka pergeseran tersebut sangat kecil. Tidak ada perubahan jumlah energi yang diterima dari Matahari dan tidak ada dampak signifikan pada cuaca maupun iklim di Bumi. 

Kita baru bisa merasakan dampaknya seandainya orbit Bumi sangat lonjong dan perbedaan jarak terdekat dan terjauh sangat besar. Misalnya seperti asteroid yang mendekat sampai lebih dekat dari jarak Merkurius ke Matahari maka tentu akan lebih panas, atau menjauh sampai jarak Neptunus, maka tentunya akan sangat dingin.

Kemiringan Poros Bumi & Musim

Kemiringan poros Bumi. Kredit: langitselatan
Kemiringan poros Bumi. Kredit: langitselatan

Faktor penentu yang menyebabkan terjadinya perbedaan musim bukan perubahan jarak Bumi ke Matahari melainkan kemiringan poros Bumi sebesar 23,5º. Kemiringan ini menyebabkan terjadinya perubahan sudut dan durasi sinar Matahari di permukaan Bumi. 

Ketika Bumi bergerak mengelilingi Matahari, porosnya selalu mengarah ke titik yang sama di angkasa, yakni ke bintang utara, Polaris. Akibatnya, saat bumi mengelilingi Matahari, orientasinya ke Matahari berubah sepanjang tahun dan menghasilkan terjadinya perbedaan musim di Bumi belahan utara dan selatan. Saat bagian utara ekuator lebih condong ke arah Matahari, bagian Bumi ini mengalami musim panas dan bagian selatan khatulistiwa justru sedang musim dingin. Demikian juga sebaliknya, saat di selatan lebih condong ke Matahari dan mengalami musim panas, bagian utara justru mengalami musim dingin.  Untuk wilayah ekuator, hanya ada dua musim.

Kemiringan poros Bumi menyebabkan perbedaan musim di bumi belahan utara dan selatan. Kredit: langitselatan
Kemiringan poros Bumi menyebabkan perbedaan musim di bumi belahan utara dan selatan. Kredit: langitselatan

Jadi, panas dan dinginnya permukaan Bumi tidak bergantung pada jarak Bumi dan Matahari. Perbedaan musim akibat kemiringan Bumi bisa jadi salah satu penyebab perubahan musim. Selain itu, ada banyak faktor lain yang menyebabkan perubahan cuaca. 

Tapi ada implikasi lain. 

Saat aphelion, Bumi berada pada jarak terjauh. Berdasarkan hukum kedua Kepler, radius vektor menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama. Dengan demikian, kecepatan Bumi meningkat saat mendekati Matahari, dan melambat saat menjauh dari Matahari. Akibatnya, saat aphelion, musim panas di utara lebih panjang 2-3 hari. 

Perubahan Suhu Bumi

Pada saat Bumi di aphelion, intensitas cahaya Matahari sedikit lebih rendah dibanding saat perihelion. Perbedaannya sekitar 7%. Akan tetapi, suhu di Bumi tetap panas. Bahkan, temperatur rerata Bumi justru lebih tinggi 2,3ºC dibanding saat di perihelion pada bulan Januari. 

Apa yang terjadi?

Peta Bumi memperlihatkan di area utara terdapat lebih banyak daratan dibanding selatan yang lebih banyak lautan. Kredit: brgfx/freepik

Bumi memang diisi oleh 2/3 air. Akan tetapi, pembagian daratan dan lautan tidak merata di Bumi. Daratan justru banyak ditemukan di Bumi belahan utara, sementara di belahan selatan lebih banyak lautan. 

Aphelion terjadi di bulan Juli. Pada saat itu, Matahari sedang berada di titik balik utara, dan ini artinya musim panas di utara dan musim dingin di selatan. 

Ketika belahan utara lebih condong ke Matahari, daratan luas di utara yang menerima cahaya Matahari akan lebih cepat menyerap panas dan udara di daratan lebih cepat memuai dan naik ke angkasa. Akibatnya suku di darat jadi lebih panas. Selama aphelion, suhu rerata Bumi jadi meningkat sekitar 2,3ºC. 

Sementara itu, saat perihelion, sisi selatan Bumi yang lebih dekat ke Matahari justru lautannya lebih luas. Laut (perairan) lebih lambat menerima panas dan juga lambat melepaskannya. Akibatnya, meskipun cahaya Matahari lebih intens pada saat perihelion di bulan Januari, suhu lautan tidak cepat memanas dan cenderung lebih dingin. 

Jadi secara keseluruhan, tidak ada dampak yang ekstrim untuk mengubah suhu dan cuaca di Bumi saat aphelion maupun perihelion.


Bacaan tambahan:

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

1 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini