Di bulan Oktober, Mars ada pada posisi terbaik untuk diamati, Merkurius, Venus, Jupiter dan Saturnus juga masih bisa diamati. Selain itu, tentu saja saatnya berburu hujan meteor.
Planet
Merkurius. Sampai pertengahan Oktober, Merkurius bisa diamati di ufuk barat setelah Matahari terbenam dengan kecerlangan 0,1 magnitudo. Planet ini bisa ditemukan bergerak dari rasi Virgo ke Leo dan di penghujung Oktober tampak di Virgo lagi meski planet ini sudah terbenam sebelum Matahari terbenam.
Venus. Si bintang kejora bisa diamati sebelum Matahari terbit. Venus terbit sekitar pukul 03:15 WIB di awal Oktober dan terus turun mengejar Matahari di ufuk timur dengan waktu terbit bergeser jadi 03:25 di penghujung Oktober. Melanjutkan perjalanan dari bulan September, Venus akan melintasi rasi Leo sampai pertengahan Oktober dan bisa ditemukan di Virgo pada akhir bulan dengan kecerlangan -3,9 magnitudo. Waktu terbaik mengamati Venus adalah 14 Oktober saat Venus dan Bulan sabit berdampingan di ufuk timur.
Mars. Mars juga bisa diamati di rasi Pisces sepanjang malam dengan kecerlangan yang terus meningkat dari -2,2 magnitudo di awal bulan sampai -2,6 magnitudo saat oposisi dan kembali “meredup” jadi -2,2 magnitudo di penghujung Oktober.
Pada awal Oktober, Mars terbit sekitar pukul 18:47 WIB dan terus bergeser sampai terbit saat Matahari terbenam ketika oposisi pada tanggal 14 Agustus. Sepanjang Oktober, Mars berpapasan dua kali dengan Bulan di awal dan akhir Oktober.
Jupiter & Saturnus. Kedua planet gas raksasa ini bisa diamati sampai tengah malam di sepanjang bulan Oktober. Jelang akhir Oktober, keduanya juga akan berpapasan dengan Bulan dan tampak sebaris atau membentuk segitiga di langit malam. Duo planet raksasa Jupiter dan Saturnus bisa diamati di rasi Sagittarius dengan kecerlangan -2,2 dan 0,5 magnitudo.
Uranus & Neptunus. Planet es raksasa ini terlalu redup untuk diamati dengan mata tanpa alat. Siapkan teleskop jika ingin melihat kedua planet es tersebut. Uranus bisa diamati di rasi Aries sementara Neptunus di rasi Aquarius. Pada awal bulan, Uranus terbit pukul 19:43 WIB dan terus menanjak naik dan terbit pukul 17:49 WIB di penghujung Oktober. Di akhir Oktober, Uranus akan berada pada posisi terdekat dengan Bumi saat oposisi tanggal 31 Oktober. Sementara itu, Neptunus bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai jelang fajar.
Bulan
Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.
2 Oktober. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.
4 Oktober. Bulan di titik apogee. Bulan mencapai jarak dari Bumi pada jarak 406.321 km
10 Oktober. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.
17 Oktober. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan
17 Oktober. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 359.912 km.
23 Oktober. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.
31 Oktober. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.
4 Oktober. Bulan di titik apogee. Bulan mencapai jarak dari Bumi pada jarak 406.394 km
Hujan Meteor
8 Oktober — Hujan Meteor Draconid
Hujan meteor minor yang tampak datang dari rasi Draco ini akan berlangsung dari tanggal 6 – 10 Oktober. Puncaknya tanggal 8 Oktober dengan laju 10 meteor per jam. Hujan meteor Draconid berasal dari sisa debu komet 21P Giacobini-Zinner. Hujan meteor ini bisa dinikmati setelah Matahari terbenam sampai rasi Draco terbenam pukul 21:32 WIB.
Bulan baru terbit pukul 22:52 sehingga tidak akan mengganggu pengamatan dengan cahayanya. Rasi Draco bisa ditemukan di arah utara. Agak sulit untuk menemukan rasi yang satu ini karena posisinya yang cukup rendah di horison. carilah lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya untuk berburu meteor Draconid.
10 Oktober – Hujan Meteor Taurid Selatan
Hujan meteor Taurid berasal dari butiran debu Asteroid 2004 TG10 dan sisa debu Komet 2P Encke, berlangsung sejak 10 September – 20 November dan tidak pernah menghasilkan lebih dari 5 meteor per jam. Menariknya, hujan meteor taurid ini kaya dengan bola api.
Puncak hujan meteor yang tampak datang dari rasi Taurus berlangsung tanggal 10 Oktober, hanya dengan 5 meteor per jam yang lajunya hanya 28 km/detik. Hujan meter Taurid bisa diamati setelah Matahari terbenam saat rasi Taurus juga terbit di arah timur sampai jelang fajar saat rasi ini akan terbenam di barat.
Hujan meteor Taurid Selatan bisa diamati tanpa ada gangguan cahaya yang dipantulkan Bulan sampai tengah malam, ketika Bulan kuartir terakhir terbit. Pada saat yang sama, rasi Taurus yang jadi arah datang hujan meteor ini sudah berada di titik tertingginya di langit dan bisa menampilkan atraksi meteor yang menarik untuk diamati.
11 Oktober – Hujan Meteor delta Aurigid
Hujan meteor delta Aurigid berlangsung dari 10 – 18 Oktober dan mencapai puncak dengan 3 meteor per jam pada tanggal 11 Oktober. Tampak datang dari rasi Auriga, hujan meteor delta Aurigid bergerak dengan kecepatan 64 km/detik. Masih belum diketahui asal hujan meteor Aurigid.
Hujan meteor Aurigid bisa diamati setelah rasi Auriga berada di atas horison mulai pukul 22:26 WIB sampai fajar menyingsing. Bulan kuartir terakhir yang terbit tengah malam akan jadi polusi cahaya utama bagi pengamatan.
20-21 Oktober – Hujan Meteor Orionid
Hujan meteor Orionid yang berasal dari sisa debu komet Halley akan kembali menghiasi langit malam dari 2 Oktober sampai 7 November. Sesuai namanya, hujan meteor Orionid tampak muncul dari rasi Orion si Pemburu dan mencapai puncak pada tanggal 21 Oktober.
Saat malam puncak, pengamat bisa menikmati 25 meteor per jam yang melaju dengan kecepatan 66 km/detik. Rasi Orion terbit pukul 22:14 WIB di arah timur dan bisa diamati sampai fajar menyingsing. Bulan kuartir pertama yang terbenam sebelum Orion terbit, tidak akan menjadi sumber polusi cahaya yang mengganggu pengamatan.
Peristiwa
1 Oktober — Elongasi Timur Maksimum Merkurius
Merkurius dan Matahari membentuk sudut maksimal terhadap Bumi. Elongasi Timur maksimum yang dicapai Merkurius 25,8º. Artinya, Merkurius akan berada 25,8º di arah barat Matahari. Merkurius yang berada di rasi Virgo bisa diamati dengan kecerlangan 0,1 magnitudo setelah Matahari terbenam sampai pukul 19:18 WIB.
3 Oktober — Venus — Regulus
Venus berpasangan dengan bintang Regulus atau alpha Leo sejak keduanya terbit jelang fajar dan bisa diamati sampai saat Matahari terbit. Venus terbit pukul 03:16 WIB disusul Regulus 1 menit kemudian.
3 Oktober — Bulan — Mars
Bulan berpasangan dengan Mars sejak keduanya terbit di ufuk timur sampai fajar menyingsing. Pada tanggal 3 Oktober malam, Mars terbit lebih dahulu pada pukul 18:36 WIB disusul Bulan yang terbit pukul 18:54 WIB. Keduanya hanya terpisah 0,7° dan mencapai ketinggian 77º di atas horison utara pada pukul 00:38 WIB. Keduanya bisa diamati sampai fajar menyingsing pukul 05:20 WIB dengan ketinggian 18º di ufuk barat.
Pada pukul 11:00 WIB, Bulan akan mengokultasi Mars. Sayangnya, peristiwa menghilangnya Mars di balik Bulan terjadi siang hari sehingga tidak dapat teramati. Peristiwa ini hanya dapat diamati oleh pengamat di sebagian area Amerika Selatan.
14 Oktober — Bulan — Venus
Bulan sabit berjumpa dengan Venus sebelum fajar menyingsing. Bulan sabit yang hanya 10% terbit pukul 03:16 WIB disusul Venus pukul 03:19 WIB. Keduanya hanya terpisah 4,3º dan berada pada ketinggian 27º ketika Matahari terbit. Bulan sabit akan tampak cukup terang dengan kecerlangan -10,4 magnitudo sedangkan Venus -4,1 magnitudo.
14 Oktober — Oposisi Mars
Mars akan berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi dan tampak sebagai titik merah terang di langit malam. Saat oposisi, Mars berada pada jarak 0,42 AU atau sekitar 63 juta km dengan kecerlangan -2,6 magnitudo dan diameter piringan lebih besar yakni 22,3 detik busur.
Jangan kuatir, Mars tidak akan tampak sebesar Bulan. Tidak ada Bulan kembar. Planet merah ini akan mudah ditemukan di rasi Pisces sebagai titik merah terang ditemani Bulan purnama di rasi Aquarius.
Bagi pengamat, Mars bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai fajar.
18 Oktober — Bulan — Merkurius
Bulan sabit tipis berpasangan dengan Merkurius di langit senja setelah Matahari terbenam dengan ketinggian 11º di ufuk barat. Keduanya tampak berpasangan sampai saat Merkurius terbenam pukul 18:35 WIB dan disusul Bulan pukul 19:18 WIB.
22 Oktober — Bulan — Jupiter
Bulan berada 2º di selatan Jupiter setelah Matahari terbenam di arah barat daya pada ketinggian 70º. Bersama Saturnus yang juga berada di rasi Sagittarius, ketiga objek ini bisa diamati jelang tengah malam. Bulan dan Jupiter terbenam bersama pada pukul 23:20 WIB disusul Saturnus 23:44 WIB.
23 Oktober — Bulan — Saturnus
Bulan berada 2,5º di selatan Saturnus di langit setelah Matahari terbenam di arah selatan pada ketinggian 74º. Keduanya bisa diamati sampai tengah malam saat Bulan dan Saturnus terbenam sekitar pukul 23:45 WIB
26 Oktober — Konjungsi Inferior Merkurius
Merkurius berada sejajar di antara Matahari dan Bumi dan terpisah 0,9° dari Matahari. Pada posisi ini, Merkurius berada pada papasan terdekatnya dengan Bumi dengan jarak 0,67 AU. Karena itu Merkurius tidak akan tampak bagi pengamat karena planet terdekat Matahari ini terbit dan terbenam hampir bersamaan dengan Matahari. Jika bisa diamati, maka piringan Merkurius akan tampak lebih besar dengan diameter 10”.
Peristiwa konjungsi inferior Merkurius menandai akhir kenampakan planet ini kala senja dan mulai bertransisi untuk hadir kala fajar dalam beberapa minggu lagi.
29 Oktober — Bulan — Mars
Bulan berpasangan dengan Mars sejak Matahari terbenam sampai jelang fajar. Saat Matahari terbenam, kedua objek ini berada pada ketinggian 22º di timur dan hanya terpisah 2,9º dengan Bulan di selatan Mars.
Bulan dan Mars mencapai meridian pada ketinggian 78º di atas horison utara pada pukul 22:20 WIB. Dan keduanya bisa diamati sampai kisaran pukul 03:50 WIB saat Bulan dan Jupiter sudah rendah di ufuk barat atau kurang dari 7º. Mars terbenam pukul 04:16 WIB disusul Bulan pukul 04:27 WIB.
31 Oktober – Oposisi Uranus
Uranus, si planet es raksasa akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 18,79 AU. Planet yang bergerak menggelinding ini akan tampak unik sebagai titik warna biru kehijauan di teleskop. Untuk menemukannya, arahkan teleskop ke rasi Aries. Saat oposisi Uranus sedang berada di rasi Aries dengan kecerlangan 5,7 magnitudo dan diameter piringannya 3,8 detik busur.
Bagi pengamat, Uranus bisa diamati dengan teleskop dari pukul 19:10 WIB – 04:01 WIB.
Rasi Bintang & Bima Sakti
Pertengahan Oktober menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan menuju fase Bulan Baru. Bimasakti dapat diamati setelah Matahari terbenam sampai tengah malam membentang dari Timur Laut ke Barat Daya.
Setelah Matahari terbenam, ada segitiga musim panas Antares di rasi Scorpius, Altair di rasi Aquila, dan Deneb di rasi Cygnus. Selain itu ada Vega di rasi Lyra, Archenar di rasi Eridanus, dan Fomalhaut di rasi Piscis Austrinus.
Tengah malam sampai jelang fajar ada Canopus di rasi Carina, Sirius di rasi Canis Major, RIgel dan Betelegeus di rasi Orion, Aldebaran di rasi Taurus, Capella di rasi Auriga, Procyon di rasi Canis Minor, Pollux dan Castor di Gemini. Jelang fajar, bersama Venus, ada Regulus di rasi Leo.
Bintang-bintang tersebut cukup terang untuk dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.
Peta Bintang 1 Oktober 2020
Peta Bintang 15 Oktober 2020
Kampanye Langit Gelap
8 — 17 Oktober — Kampanye Globe At Night
Pada bulan Oktober, Kampanye langit gelap untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diadakan dari 8 – 17 Oktober. Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.
Untuk kampanye bulan Oktober, para pengamat di belahan utara bisa mengamati rasi Cygnus dan rasi Pegasus sementara pengamat di belahan selatan diajak untuk mengamati rasi Grus dan rasi Pegasus. Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.
Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.
Clear Sky!
Keren!