Planet-planet terang masih menghiasi fenomena langit bulan Oktober. Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus masih jadi favorit setelah Matahari terbenam. Jelang akhir Oktober, ada pertunjukan hujan meteor terbaik tahun ini. Hujan meteor Orionid!
Planet
Merkurius. Setelah mengalami konjungsi inferior bulan Agustus lalu, planet Merkurius pun meninggalkan langit fajar dan muncul di langit senja. Pada awal Oktober, Merkurius hanya terpisah 7,8º saat Matahari terbenam. Akibatnya planet terdekt dari Mtahari ini sulit diamati karena rendah di ufuk barat. Perlahan, Merkurius menanjak naik dan mulai pertengahan Oktober jaraknya dari Matahari sudah mencapai 16.1º, cukup tinggi untuk diamati dengan kecerlangan -0,8. Merkurius bisa ditemukan di rasi Virgo pada awal Oktober dan sudah bergeser ke Libra di penghujung bilan Oktober.
Merkurius yang sedang menanjak naik di ufuk barat selama bulan Oktober, akan berpapasan dengan Venus dan Jupiter yang terus turun menuju Matahari.
Venus. Selama bulan Oktober, si bintang kejora masih tampak di ufuk barat. Meskipun dmeikian, venus akan tampak terus turun mengejar Matahari kala senja. Mulai pertengahan Oktober, Venus akan menghilang di balik Matahari saat konjungsi inferior di penghujung Oktober. Venus bisa ditemukan di rasi Virgo dengan kecerlangan -4,4 magnitudo.
Mars. Setelah matahari terbenam, pengamat bisa menemukan Mars sudah mendekati meridian. Planet merah ini bisa diamati di rasi Capricorn dengan kecerlangan -1,3 magnitudo, sampai ia terbenam tengah malam. Mars juga akan berpapasan dengan Bulan pada tanggal 18 Oktober.
Jupiter. Planet terbesar di Tata Surya ini juga sedang mengejar matahari bersama Venus. Meskipun demikian, Jupiter masih bisa diamati di ufuk barat selama bulan Oktober. Planet ini juga berpapasan dengan Bulan pada jarak 6,4º di rasi Libra dan Merkurius di penghujung Oktober.
Saturnus. Planet cincin ini masih bisa diamati sampai jelang tengah malam. Saturnus bisa ditemukan di rasi Sagittarius, sang pemanah, dengan kecerlangan 0,5 magnitudo. Tanggal 15 Oktober, Saturnus akan tampak berpasangan dengan Bulan sampai keduanya terbenam.
Uranus. Planet Uranus baru terbit pada kisaran pukul 19:11 waktu lokal dan terus bergeser ke pukul 17:13 waktu lokal di penghujung Oktober. Planet ini akan tampak di rasi Aries dengan kecerlangan 5,7 magnitudo.
Uranus akan mencapai oposisi pada tanggal 24 Oktober. Pada saat itu, piringan Uranus akan tampak lebih besar dan jadi waktu terbaik mengamati planet ini. Pada kondisi langit yang sangat gelap tanpa ada polusi cahaya apapun, kecerlangan Uranus sudah berada pada ambang batas kemampuan mata untuk melihat tanpa alat. Karena itu planet es ini harus diamati dengan teleskop.
Neptunus. Planet es Neptunus bisa diamati setelah Matahari terbenam sampai jelang dini hari. Planet es raksasa ini bisa ditemukan di rasi Aquarius dengan kecerlangan 7,8 magnitudo. Dengan kecerlangan yang redup seperti ini, Neptunus hanya bisa dilihat dengan teleskop.
Bulan
Bulan tetap jadi atraksi menarik untuk dilihat karena kecerlangannya. Selain itu, konjungsi Bulan dan planet juga jadi suguhan menarik lainnya.
2 Oktober. Bulan Perbani Akhir. Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.
6 Oktober. Bulan di perigee. Bulan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 366.392 km.
9 Oktober. Bulan Baru. Waktunya pengamatan. Langit akan gelap tanpa cahaya Bulan. Saat yang tepat untuk melakukan astrofotografi Deep Sky atau Bima Sakti. Pada saat ini, Bulan terbit hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari. Jadi Bulan dan Matahari akan tampak sepanjang hari. Pengamat bisa menikmati planet-planet tanpa gangguan cahaya Bulan.
17 Oktober. Bulan Perbani Awal. Bulan akan tampak sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Bulan terbenam. Para pengamat langit bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan mulai tengah malam sampai jelang dini hari.
18 Oktober. Bulan di apogee. Bulan mencapai jarak terjauhnya dari Bumi pada jarak 404.227 km.
24 Oktober. Bulan Purnama. Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.
Hujan Meteor
21-22 Oktober – Hujan Meteor Orionid
Hujan meteor Orionid yang berasal dari sisa debu komet Halley akan kembali menghiasi langit malam dari 2 Oktober sampai 7 November. Sesuai namanya, hujan meteor Orionid tampak muncul dari rasi Orion si Pemburu dan mencapai puncak pada tanggal 21 Oktober.
Saat malam puncak, pengamat bisa menikmati 25 meteor per jam yang melaju dengan kecepatan 66 km/detik. Rasi Orion terbit pukul 22:16 WIB. Bulan cembung besar yang sedang mengarah ke barat dan terbenam pukul 02:58 WIB akan jadi polusi cahaya yang mengganggu pengamatan.
Peristiwa
 6 Oktober — Bulan — Regulus
Bulan Perbani Akhir dan bintang regulus, si bintang terang di rasi Leo terbit beriringan pada pukul 03:03 WIB dan tampak berpasangan sangat dekat, hanya terpisah 2,2º sampai fajar menyingsing.
12 Oktober — Bulan — Jupiter
Bulan Sabit dan Jupiter berkonjungsi di rasi Libra pada jarak yang cukup jauh yakni 6,2º dengan kecerlangan -10 magnitudo dan -1,6 magnitudo. Bulan dan Jupiter bisa diamati setelah Matahari terbenam sampai keduanya terbenam. Jupiter terbenam lebih dahulu pada pukul 20:02 WIB disusul Bulan pukul 20:36 WIB.
15 Oktober — Bulan — Saturnus
Pasangan planet cincin Saturnus dan Bulan akan tampak berpasangan dengan jarak 3,8º dan bisa diamati sejak Matahari terbenam di rasi Sagittarius sampai keduanya terbenam jelang tengah malam. Saturnus terbenam lebih dahulu pada pukul 22:40 WIB disusul Bulan pada pukul 23:08 WIB dini harinya.
16 Oktober — Merkurius — Venus
Pengamat bisa menyaksikan pertemuan Merkurius dan Venus kala senja sebelum keduanya terbenam di ufuk barat. Venus terbenam lebih dahulu pada pukul 18:34 WIB disusul Merkurius pada pukul 18:45 WIB. Venus tampak terang dengan kecerlangan -4,2 magnitudo sedangkan Merkurius hanya -0,3 magnitudo. kedua planet ini terpisah 6,2º dan Venus sedang menuju konjungsi inferior.
18 Oktober — Bulan — Mars
Setelah bertemu Saturnus, kali ini giliran Mars yang berpapasan dengan Bulan. Jaraknya juga sangat dekat hanya 1,6º. Bulan kuartir awal akan tampak bersama Mars sejak Matahari terbenam sampai keduanya terbenam lewat tengah malam. Mars akan terlebih dahulu menghilang di ufuk pada pukul 01:21 WIB disusul Bulan pukul 01:29 WIB.
24 Oktober — Oposisi Uranus
Planet es raksasa ini akan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi pada tanggal 20 Oktober, dan tampak lebih terang dan lebih besar. Pada saat oposisi, Uranus sejajar dengan Bumi dan Matahari, dan Bumi berada di antara keduanya. Karena itu, planet yang juga biru ini bisa ditemukan di ufuk timur setelah Matahari terbenam.
Uranus akan berada pada jarak 18,88 AU dengan diameter sudut 3,7 detik busur dan tampak redup dengan kecerlangan 5,7 magnitudo. Uranus berada pada ambang kemampuan mata kita untuk melihat obyek redup. Siapkan teleskop untuk melihat Uranus yang akan tampak sejak Matahari terbenam sampai fajar menyingsing di rasi Aries.
26 Oktober — Konjungsi Inferior Venus
Merkurius berada sejajar di antara Matahari dan Bumi. Pada posisi ini, Merkurius berada pada papasan terdekatnya dengan Bumi. Karena itu Merkurius tidak akan tampak bagi pengamat karena planet terdekat Matahari ini akan terbit dan terbenam hampir bersamaan dengan Matahari. Venus hanya terpisah 6º dari Matahari.
27 Oktober — Bulan — Aldebaran
Bulan cembung besar dan bintang Aldebaran di rasi Taurus terbit beriringan dan tampak berpasangan sangat dekat, hanya terpisah 1,9º di langit mulai tengah malam sampai fajar menyingsing. Aldebaran terbit lebih dahulu pada pukul 20:11 WIB disusul Bulan satu menit kemudian. Keduanya tampak sampai fajar menyingsing.
29 Oktober — Merkurius — Jupiter
Pengamat bisa menyaksikan pertemuan Merkurius dan Jupiter kala senja sebelum keduanya terbenam di ufuk barat. Merkurius terbenam lebih dahulu pada pukul 19:09 WIB disusul Jupiter satu menit kemudian. Jupiter tampak terang dengan kecerlangan -1,6 magnitudo sedangkan Merkurius hanya -0,2 magnitudo, dan terpisah 3,1º.
Rasi Bintang & Bima Sakti
Oktober adalah waktu terbaik untuk mengamati Bima Sakti yang membentang dari Timur laut ke Barat daya sebelum tengah malam. Awal Oktober menjadi waktu terbaik untuk bisa menikmati keindahan langit malam saat Bulan mencapai fase Bulan Baru.
Setelah Matahari terbenam, ada Altair di rasi Aquila, Vega di rasi Lyra, dan Archenar di rasi Eridanus.
Tengah malam sampai jelang dini hari ada Betelguese dan Rigel di rasi Orion, Aldebaran di rasi Taurus, Sirius di rasi Canis Mayor, Canopus di rasi Carina, Capella di rasi Auriga, dan Procyon di rasi Canis Minor yang dapat dijadikan panduan dalam pengamatan.
Peta Bintang 1 Oktober 2018
Peta Bintang 15 Oktober 2018
Kampanye Langit Gelap
1 — 10 Oktober — Kampanye Globe At Night
Di bulan Oktober, kampanye Globe At Night atau Kampanye langit gelap untuk membangun kesadaran akan pentingnya langit gelap dan efek dari polusi cahaya diadakan dari 1 – 10 Oktober. Pengamat diajak untuk mengamati rasi bintang yang sudah ditentukan dari berbagai lokasi untuk mengenali bintang yang bisa dilihat di rasi tersebut. Berapa banyak bintang yang bisa dikenali akan menjadi indikasi tingkat polusi cahaya di area tersebut.
Untuk bulan Oktober, para pengamat di langit utara bisa melakukan pengamatan rasi Pegasus sedangkan pengamat di selatan bisa mengamati rasi Sagittarius untuk mengetahui berapa banyak bintang di rasi tersebut yang tampak.
Pengamat bisa menggunakan modul yang sudah disediakan untuk melakukan identifikasi bintang dan melihat tingkat polusi cahaya di lokasinya.
Clear Sky!
Apakah ada experiment yang membuktikan melengkungnya ruang-waktu diakibatkan oleh keberadaan massa? apakah ruang-waktu adalah suatu entitas, seperti halnya massa dan energy? jika ruang-waktu adalah suatu entitas, asal/sumbernya dari mana?semua entitas termasuk materi gelap dan energy gelap semuanya berada dalam satu lingkup ruang-waktu? dan di luar ruang-waktu apakah ada entitas lainya? Terima Kasih…